Dream - Artificial intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan buatan saat ini berkembang sangat pesat. Bukan hanya dalam hal pembuatan alat-alat komunikasi dan teknologi, tapi juga di segala bidang, termasuk kesehatan.
Sistem AI oleh banyak perusahaan kesehatan dimanfaatkan untuk mempermudah menganalisis penyakit, juga banyak digunakan untuk program bayi tabung yang membantu para pasangan saat ingin mendapatkan buah hati.
Dikutip dari Forbes, saat ini penerapan ilmu data dalam kesuburan yang diprogram dalam AI diketahui dapat meningkatkan siklus kapasitas ahli embriologi sebesar 50% dan meningkatkan peluang kelahiran hidup sebesar 4%.
Lalu bagaimana penerapannya dalam program bayi tabung? IVF dimulai dengan penilaian dokter mengenai penyebab infertilitas. Setelah itu, memasuki fase stimulasi di mana dokter menentukan protokol terbaik untuk stimulasi ovarium.
Hal tersebut biasanya diikuti dengan pengumpulan sel telur dan sperma, pembuahan sel telur menggunakan sperma untuk membuat embrio, kultur embrio di klinik, transfer embrio ke ibu, dan kelahiran hidup beberapa bulan kemudian.
Dalam pembentukan embrio berkualitas, dibutuhkan seorang ahli embriologi membuat beberapa penilaian dengan menafsirkan gambar tentang oosit (sel telur yang sedang berkembang), sperma, dan blastosit (sel telur yang telah dibuahi).
Proses tersebut bisa dibantu dengan teknologi AI. Saat ini, klasifikasi embrio dilakukan oleh ahli embriologi yang secara manual memeriksa gambar untuk mengetahui serangkaian fitur yang dapat dideteksi secara visual.
Dengan adanya basis data yang dikembangkan lewat sistem AI, proses kerja ahli embriologi ini bisa dipermudah dan tetap berjalan baik. Penerapan teknologi Ai untuk bayi tabung ini, dikutip dari tulisan Profesor Budi Wiweko, Sp.OG, di situs Rspondokindah.co.id, umum dilakukan di Valencia, Spanyol, juga di negara-negara Asia, seperti Jepang, Cina, dan India.
Untuk di Indonesia sendiri penerapan AI untuk program bayi tabung ini sudah dilakukan di beberapa rumah sakit. Seperti rumah sakit Harapan Kita, RS Pondok Indah.
Sumber: Forbes/ RS Pondok Indah
Advertisement