Ilustrasi
Dream - Angka stunting (gagal tumbuh) di Indonesia masih tergolong tinggi. Menurut data Kementerian Kesehatan, kasusnya 17 hingga 19 persen dari total anak yang ada di Indonesia.
Salah satu faktor yang sangat berperan dalam risiko stunting adalah status gizi anak. Sejak kehamilan, hingga anak dilahirkan penting untuk memberikan gizi yang optimal demi mencegah stunting. Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Untuk itu penting bagi ayah dan bunda memonitor tumbuh kembang anak sejak lahir. Dokter Dimple Gobind Nagrani, Sp.A dalam webinar yang digelar oleh aplikasi Tentang Anak soal " Korelasi Stunting dan ASI" pada 4 Juli 2022, menjelaskan beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk tahu pencapaian tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah menimbang berat badan.
" Setiap bulannya orang tua dapat mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala menurut umur. Bisa mengukur sendiri ataupun dengan bantuan tenaga medis setiap cek secara berkala ke fasilitas kesehatan," kata dr Dimple dalam siaran pers yang diterima Dream.
Jika pertumbuhan fisik anak kurang, orangtua wajib mengevaluasi bersama ahli. Konsultasi bisa dilakukan dokter spesialis anak untuk mengetahui penyebab tumbuh kembang anak di bawah grafik normal. Ada beberapa hal yang perlu diketahui secara detail.
" Apakah asupan makanannya, kualitas nutrisi, dan asupan susunya cukup," ujar dr. Dimple.
Orangtua tak perlu merasa ragu jika ternyata dari hasil evaluasi anak membutuhkan gizi tambahan. Biasanya dokter akan merekomendasikan asupan tambahan seperti susu formula dan makanan pendamping ASI. Hal ini demi tumbuh kembang anak optimal dan terhindari dari stunting.
Informasi seputar perkembangan anak bisa di lihat di aplikasi Tentang Anak, yang berkomitmen membantu banyak orangtua dalam memantau perkembangan anak dengan mudah, cepat dan praktis, bersama ahlinya. Aplikasi dapat diunduh secara gratis di App Store dan Play Store.
Dream - Air susu ibu (ASI) memang merupakan nutrisi terbaik bagi bayi. Terutama bagi yang berusia 0 hingga 6 bulan. Setelah itu, bayi juga membutuhkan makanan pendamping (MPASI) untuk memenuhi nutrisi demi tumbuh kembangnya.
Saluran pencernaan bayi di usia 6 bulan, dikutip dari KlikDokter.com, sudah lebih optimal untuk menerima jenis makanan yang lebih kompleks. Bayi bisa diberikan protein, karbohidrat serta sumber makanan lain.
Hal yang perlu diingat adalah pastikan porsinya sesuai dengan kebutuhan anak. Tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Biar tak salah, berikut beberapa panduan untuk memberikan porsi MPASI yang tepat bagi bayi usia 6 bulan.
Takaran pemberian MPASI pada bayi usia 6 bulan diberikan secara bertahap. Targetnya adalah pada usia 6-9 bulan, bayi dapat makan 3 sendok makan hingga ½ mangkuk ukuran 250 ml.
Namun tentunya tidak mungkin langsung mencapai jumlah tersebut, apalagi di awal-awal pemberian. Tidak perlu terlalu ambisius pada fase awal pemberian karena bayi memerlukan masa adaptasi.
Pada awal pemberian MPASI, mulailah dengan 1-2 sendok sambil melihat bagaimana respons dari bayi. Kemudian secara bertahap tingkatkan jumlah MPASI hingga mencapai 3 sendok makan tiap kali makan.
Frekuensinya juga dapat dimulai dari 1-2 kali per hari, kemudian ditingkatkan hingga 3 kali sehari ditambah 1-2 kali makanan selingan. Sejak awal pemberian makan, bayi harus diberikan menu lengkap. Artinya mengandung karbohidrat sekitar 45-55 persen, lemak 35-45 persen, dan protein 10-15 persen.
Jadi, campurkanlah sumber karbohidrat seperti nasi dengan sumber protein (misalnya lauk) dan tambahkan sumber lemak (seperti minyak/butter) pada MPASI. Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Membuat makanan pendamping air susu ibu (MPASI) memang jadi hal yang sangat seru sekaligus menantang bagi para ibu. Sebisa mungkin kita pastinya ingin membuat menu yang disukai si kecil, dengan tekstur yang sesuai kemampuan oralnya, kaya gizi, serta tak memicu alergi.
Ada beberapa bahan makanan yang kerap dihindari untuk membuat MPASI, seperti udang atau ikan laut. Banyak yang khawatir karena bahan makanan dari laut tersebut kerap memicu alergi. Hal ini ternyata tak dianjurkan, padahal kita tahu kandungan protein pada hidangan laut sangat tinggi yang sangat baik perkembang otak si kecil.
Dokter Ardi Santoso, spesialis anak, menjelaskan dalam video yang diunggah di Instagramnya @ardisantoso kalau jangan memantang makanan tertentu. Apalagi jika alasannya karena takut anak mengalami reaksi alergi.
" Banyak orangtua selalu menunda beranggapan penundaan pemberian makan MPASI dan memantang-mantang jenis makanan tertentu dengan tujuan supaya si anak tidak terjadi alergi itu tidak terbukti secara penelitian," ujarnya.
Ia mengungkap kalau memantang bahan makanan tertentu tak terbukti bisa mencegah alergi. " Beberapa penelitian penundaan memantang jenis makanan tertentu tidak menjamin bahwa si anak ini tidak akan alergi. Jadi jangan pernah memantang atau menunda MPASI pada anak kita," pesan dr. Ardi.
Dream - Pertumbuhan gigi pada bayi biasanya baru dimulai di usia empat bulan. Dalam masa pertumbuhan tersebut, si kecil sangat mungkin mengalami keluhan di gusinya.
Mereka tentu saja tak bisa menyampaikan apa yang dirasakan karena belum bisa berbicara. Jangan kaget jika saat tumbuh gigi, bayi akan kehilangan nafsu makan, bahkan malas-malasnya saat menyusu.
" Segera setelah gigi pertama mulai tumbuh, area di sekitar gigi, termasuk gusi, bisa menjadi bengkak. Si kecil juga akan mulai ngiler lebih dari biasanya. Air liur perlu dibersihkan sesegera mungkin untuk menghindari infeksi. Mungkin juga terlihat beberapa ruam di dagu dan wajah bayi yang disebabkan oleh air liur," ujar drg. Toral Ardeshna, dikutip dari Trucaredentistry.com.
Tergantung pada tingkat rasa sakitnya, beberapa bayi mungkin terus menangis selama berjam-jam. Ketidaknyamanan dapat mengganggu anak selama beberapa minggu.
Bayi yang tumbuh gigi juga menunjukkan hilangnya nafsu makan dan mungkin lebih suka menyusu.
" Hal ini dianggap normal hingga bayi menjadi terlalu enggan untuk makan. Selama fase ini, bayi juga mulai mengunyah berbagai barang untuk meredakan gatal di gusi dan mencari kenyamanan," kata drg. Toral.
Memberi mainan berupa teether bisa dilakukan. Usahakan yang lembut dan berukuran besar dan tak bisa tertelan bayi. Cobalah raba gusi bayi, jika muncul bakal gigi yang tumbuh dan anak sangat rewel serta tak nafsu makan, bisa memberikan pijatan lembut.
Gunakan kassa steril, cuci tangan dan lilit jari dengan kassa. Berikan pijatan lembut pada gusi bayi menggunakan jari. Bisa juga mengompresnya dengan kassa yang telah disiram air hangat.
Advertisement
Bikin Ngakak, Solusi Tora Sudiro yang Sering Dipunggungi Oleh Sang Istri Saat Tidur
Layanan Transaksi 7 Gerbang Tol Dalam Kota Jakarta Kembali Normal
Perhatian Buat yang Suka Menyangga HP Pakai Kelingking, Ini Bahayanya!
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Bikin Ngakak, Solusi Tora Sudiro yang Sering Dipunggungi Oleh Sang Istri Saat Tidur
Layanan Transaksi 7 Gerbang Tol Dalam Kota Jakarta Kembali Normal