Pesan Psikolog Saat Liburan Anak Biar Tidak Eat, Sleep, Repeat

Reporter : Mutia Nugraheni
Kamis, 22 Juni 2023 09:47
Pesan Psikolog Saat Liburan Anak Biar Tidak Eat, Sleep, Repeat
Sedang menyiapkan aktivitas liburan bersama anak-anak?

Dream - Anak-anak sudah mulai memasuki masa liburan sekolah. Ayah bunda mungkin sedang bingung mencari aktivitas agar anak-anak merasa senang dengan liburan kali ini.

Akan lebih efektif jika merencanakan jadwal liburan dengan meibatkan anak-anak. Roslina Verauli, seorang psikolog keluarga mengingatkan para orangtua, anak-anak sangat butuh liburan. 

" Anak-anak tetap butuh liburan loh! Gak mesti jauh. Tahukah Anda, salah satu hak anak adalah memperoleh rekreasi," ungkap Vera dalam akun Instagram resminya @verauli.id.

Ia pun mengingatkan agar liburan tak melulu diisi dengan makan tidur lalu berulang (eat, sleep, repeat). Pastikan liburan menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhan anak.

Bisa dengan melakukan hobi anak, mencoba hal baru, jalan-jalan keliling kota, keluar kota, campping, ikut cooking class, gym class dan masih banyak lagi. Sahabat Dream bisa juga membuat daftar aktivitas yang diinginkan anak. 

Selama iburan, Vera mengingatkan untuk mencari kegiatan yang bisa memenuhi tiga aspek motorik dan kognitifnya.

1. Fun atau menyenangkan
2. Anak dapat menentukan kegiatan yang ia inginkan
3. Pastikan kegiatan tersebut bermakna bagi anak dan berbeda dari rutinitas hariannya

Selamat liburan!

1 dari 4 halaman

Alasan Penting Anak Harus Dibiasakan Rapikan Mainan

Dream - Kebiasaan buruk bisa memengaruhi keharmonisan di rumah. Untuk itu, anak-anak perlu belajar tentang kerapian dan keteraturan. Penting bagi buah hati untuk memiliki rutinitas merapikan.

Kita tidak selalu punya waktu untuk merapikan rumah, asisten rumah tangga pun tak selalu ada. Itu sebabnya setiap anggota keluarga harus ikut andil untuk menjaga kenyamanan rumah.

Tidak ada yang lebih buruk dari kekacauan di rumah. Mencurahkan waktu untuk bekerja, keluarga, dan waktu luang merupakan hal yang umum, tetapi penting juga untuk menyisihkan waktu untuk pekerjaan rumah. Jika selalu mengambil apa yang ditinggalkan orang lain di lantai, inilah saatnya untuk mengubah dinamika keluarga," kata Tamar Chansky, psikolog dan juga penulis buku “ Freeing Your Child from Anxiety" .

Rutinitas merapikan harus dibentuk sejak dini. Biasakan anak merapikan tempat tidur, mengatur pakaian, dan mengatur mainan mereka. Jika ingin rumah dalam kondisi nyaman bagi semua orang, penting untuk mengembangkan kebiasaan yang meningkatkan kesejahteraan keluarga.

 

2 dari 4 halaman

Berdampak Saat Dewasa

" Kerapian adalah kunci. Anak-anak perlu belajar meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Mereka membutuhkan ruangnya sendiri. Ini menghindari barang-barang berserakan di seluruh lantai," kata Chansky.

Jika anak-anak belajar menjaga rumah tetap rapi dan memahami pentingnya keharmonisan di rumah, mereka akan menjadi bertanggung jawab dan teratur. Kamar tidur anak-anak adalah ruang pribadi mereka. Untuk itu, mereka membutuhkan rutinitas kerapian agar tetap bersih dan teratur.

" Penting untuk mengajari mereka kebiasaan sehat. Ini akan berdampak positif pada kehidupan mereka sebagai orang dewasa," ujar Chansky.

3 dari 4 halaman

Dibelikan Mainan Mahal tapi Si Bayi Lebih Suka Main Kardusnya, Mengapa?

Dream - Orangtua memang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Termasuk juga ingin membelikan mainan berkualitas yang harganya cukup mahal. Setelah dibelikan, si kecil malah tak terlalu tertarik dan lebih suka kardus kemasannya.

Pernah mengalami hal ini, Sahabat Dream? Saat disodori mainan, anak malah mengambil kertas pembungkus, kardus atau benda lain yang bisa mereka dapatkan, memasukkan semuanya ke dalam kotak dan membuang semuanya lagi. Bayi akan melakukan ini berulang kali.

Perlu diketahui, para ahli perkembangan anak mengatakan bahwa anak-anak balita sebenarnya belajar saat mereka bermain dengan kotak kardus yang ada di sekitarnya. Mereka tidak hanya belajar tentang diri mereka sendiri, tetapi mereka juga menemukan dunia di sekitar mereka.

" Ketika bayi belajar cara duduk, kita akan melihat bahwa mereka akan mulai tertarik untuk mengisi wadah dengan barang-barang kecil dan kemudian membuang benda-benda tersebut. Sekitar usia 7 hingga 8 bulan, mereka mulai membuang yang ada di depannya menjelajahi lingkungan dengan cara yang berbeda," ujar Jana Beriswill, seorang terapis okupasi di Rumah Sakit Anak Wolfson di Jacksonville.

 

 

4 dari 4 halaman

Belajar Banyak

Hal itu adalah perkembangan utama kognitif mereka dan bisa jadi tanda kalau anak mulai memahami bahwa mereka dapat memengaruhi lingkungannya. Saat anak mengeksplorasi dan bereksperimen dengan objek di sekitarnya, dia sudah menggunakan indera dan fisiknya untuk memperluas pemikirannya.

" Ini memperkenalkannya pada konsep dan penemuan baru, termasuk bagaimana objek berhubungan satu sama lain dan sebab dan akibat. Di otaknya penuh rasa penasaran 'kotak apa ini dan apa yang dapat saya lakukan dengannya? Akankah tangan saya muat di dalam? Apa lagi yang bisa saya masukkan ke dalamnya? Apa yang akan terjadi jika saya membalik kotak itu?," kata Beriswill.

Bayi memang sebenarnya tak memerlukan mainan mahal, tapi lebih kepada stimulus dari orangtuanya. Selalu mendampingi mereka, membiarkan anak bereksplorasi dan belajar dengan memanfaatkan barang-barang sekeliling yang ada di rumah dan tentu saja aman untuknya.

Sumber: SmartParenting

Beri Komentar