Sekolah di Rumah, Anak Kekurangan Akses Sosialisasi

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 25 September 2020 08:04
Sekolah di Rumah, Anak Kekurangan Akses Sosialisasi
“Anak dalam usia sekolah itu penting untuk bisa bersosialisasi dengan teman seusianya".

Dream - Bermain, interaksi dan sosialisasi sangat dibutuhkan anak, terutama mereka yang berada di tahap pertumbuhan. Interaksi biasanya dilakukan anak di sekolah, tempat main, tempat les atau ketika mereka beraktivitas dengan teman sebayanya.

Dalam situasi pandemi seperti sekarang, hal itu tak mungkin dilakukan karena sangat berbahaya dan bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19. Dampaknya adalah anak mengalami masalah psikologis.

Psikolog Klinis sekaligus Pendiri Sadari Diri, Fadhilah Eryananda, menyebut empat dampak bagi si Kecil lantaran harus sekolah dari rumah. Pertama, sekolah dari rumah menyulitkan anak-anak untuk bertemu dengan teman-temannya.

“ Anak dalam usia sekolah itu penting untuk bisa bersosialisasi dengan teman seusianya. Biasanya mereka mengidentifikasi diri dari teman-temannya,” ujar Fadhila dalam sebuah diskusi secara daring belum lama ini.

 

1 dari 2 halaman

Terisolasi

Terisolasi © Dream

Menurutnya, bersosialisasi menjadi hal yang sangat penting bagi seorang anak. Jika si kecil kesulitan bertemu teman-temannya, interaksi langsung sangat minim, anak akan merasa kesepian, terisolasi dan stres.

Sekolah di rumah, lanjut Fadhilah, juga membuat anak lebih banyak menggunakan media belajar baru yang serba daring. Mau tak mau anak harus lebih terpapar internet dan gawai yang memaksanya untuk beradaptasi dengan cara yang cukup merepotkan.

Sekolah dari rumah juga menimbulkan adanya pola interaksi dengan figur otoritas. “ Biasanya mereka mengetahui bahwa guru adalah figur otoritas di sekolah dan orangtua figur otoritas di rumah. Kalau sekarang tidak bisa begitu, orangtua jadi dua figur otoritas begitupun guru yang memberi tugas di luar jam sekolah yang menyebabkan figur otoritas tambahan," katanya.

 

2 dari 2 halaman

Bingung

Bingung © Dream

Kondisi ini akhirnya membuat mereka bingung dan tidak nyaman karena ada perubahan pola interaksi figur otoritas baik dengan guru maupun orangtua. Sebelum pandemi, anak-anak biasanya belajar dengan duduk di kelas dan dapat berinteraksi dengan teman-temannya. Bahkan, di jam istirahat mereka dapat berlari-lari, jajan bersama, dan melakukan kegiatan menyenangkan lainnya.

“ Sekarang dia ada di rumah untuk belajar, situasi sekolah dibawa ke rumah. Mereka gak bisa lagi belajar sambil sesekali berjalan ke meja temannya. Ini membuat mereka mengalami perubahan yang berdampak dan mungkin menimbulkan stres akibat sekolah dari rumah," kata Fadhilah.

Laporan: Ade Nasihudin Al Ansori/ Sumber: Liputan6.com

Beri Komentar