Negosiasi
Dream - Menghadapi anak yang beranjak remaja dan sudah memasuki usia 16 tahun ke atas, memang butuh kesabaran ekstra. Mereka sudah bisa membuat keputusan sendiri, berpikir kritis dan menyampaikan argumentasinya.
Tak suka dilarang, dan kerap mendesak orangtua untuk memberi izin melakukan hal yang kadang membuat khawatir. Orangtua dalam kondisi ini tak bisa terlalu kaku atau pun terlalu longgar.
Bila terlalu melarang atau bersikap keras, anak akan semakin menjauh bahkan kabur. Sebaliknya, bila terlalu longgar anak bisa saja mengalami hal buruk. Lalu apa yang bisa dilakukan? Negosiasi.
Sulit memang melakukan negosiasi dengan anak remaja. Chris Voss, pakar negosiasi dari FBI membagikan tiga trik bernegosiasi dasar yang bisa dilakukan. Bisa diterapkan saat menghadapi anak, pasangan atau orang lain dalam kondisi negosiasi.
Mirroring adalah tentang mengumpulkan informasi dengan mengulangi satu hingga tiga kata yang diucapkan anak dan melakukannya dalam bentuk pertanyaan. Ini terutama bekerja dengan baik dalam percakapan konfrontatif karena membuat anak-anak merasa nyaman dan membuat mereka merasa didengar.
Misalnya, anak bertanya, “ Bolehkah aku pergi nonton bioskop jam 7 malam bareng teman-teman?” lalu respons, " Nonton malam?" anak akan menjawab, " Ya, kita mau nonton bareng" . Respons lagi " bareng teman?" , mungkin anak akan menyebut nama-nama temannya.
Jadi ketika bernegosiasi dengan anak-anak, kita harus mencerminkan mereka karena mirroring mengharuskan anak-ana untuk mendengarkan alasan mereka sendiri. Harus menjelaskan apa yang mereka inginkan secara mendetail memungkinkan kita sebagai orangtua untuk memilih pertanyaan tindak lanjut yang tepat yang membuat mereka berpikir kritis tentang suatu keputusan. Cara ini membuat anak-anak berbicara jujur dan menganalisis dan akhirnya memikirkan apa yang sebenarnya mereka inginkan.
Emosi selalu menjadi bagian dari negosiasi. Sangat penting agar anak-anak melabeli perasaan mereka sendiri. Saat emosi diberi label, itu memicu otak untuk meredakan emosi itu.
Saat memberi label emosi untuk mereka, bisa mengucapkan: " Sepertinya,terdengar seperti, terasa seperti ..." . Jika kita langsung mengatakan tidak, emosinya mengambil alih karena dia tidak merasa terkendali.
Bila menggunakan label emosi dan berkata, " Sepertinya kamu marah/ kesal dan kecewa" , bisa membantu meredakan reaksi emosional yang merugikan dan mengurangi penolakan terhadap saran yang diberikan. Kita mungkin memerlukan beberapa label untuk meredakan ketegangan sepenuhnya. Label emosional membangun hubungan dan meningkatkan pengaruh berbasis kepercayaan, yang kita inginkan sebagai orang tua.
Orang cenderung lebih suka dengan pertanyaan " apa" daripada pertanyaan " mengapa" . " Mengapa" memicu mekanisme pertahanan universal dan " apa" membuat orang lain merasa mereka memegang kendali, bahkan ketika mereka tidak memegang kendali.
Jika ayah/ bunda mencoba membuat anak membersihkan kamarnya, jangan katakan, “ Mengapa tidak membersihkan kamar?”. Sebaliknya, tanyakan, “ Apa yang dapat kamu lakukan untuk membersihkan kamar dalam 10 menit? Atau “ Bagaimana kalau ibu bantu untuk bersihkan kamar?”. Pertanyaan-pertanyaan ini pada akhirnya membantu membentuk pemikiran anak.
Sumber: AllProDad
Dream - Sikap remaja memang cenderung sulit dipahami orangtua. Salah satu yang sering dilakukannya adalah menarik diri dan tertutup. Mereka lebih suka menghabiskan dengan teman-temannya.
Orangtua pun kadang menganggap anak remaja sudah mulai besar dan tak membutuhkan perhatian besar. Anggapan ini tak sepenuhnya benar. Justru ada masa di mana remaja membutuhkan perhatian yang lebih dan pendampingan.
“ Di masa transisi, ini banyak remaja yang mengeksplorasi banyak hal dan mencari identitas dirinya,” ujar Ikhsan Bella Persada, seorang psikolog dikutip dari KlikDokter.
Menurutnya, remaha memang banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Itu sebabnya, pengaruh lingkungan pertemanan sangat berpengaruh pada anak remaja.
“ Nah, agar tidak terjerumus dalam pergaulan dan perilaku yang salah, orang tua perlu dan wajib memberikan perhatian yang lebih besar,” ujar dia.
Selain untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, memberikan perhatian juga bertujuan agar remaja tetap merasakan kasih sayang dari orangtua. Setiap anak, dalam rentang usia berapa pun, pada dasarnya selalu membutuhkan perhatian dari orang tuanya.
Akan tetapi, jika anak remaja Anda menampakkan tanda-tanda di bawah ini, artinya dia sedang membutuhkan perhatian lebih:
Menunjukan Perilaku Memberontak
Ciri-ciri anak yang membutuhkan perhatian orangtua adalah sering memberontak. Karena tidak merasa diperhatikan dan dianggap, anak jadi bersikap tak acuh pada setiap ucapan yang keluar dari mulut orangtua. Akibatnya, anak suka membantah, melawan, dan memberontak.
Anak Lebih Nyaman Pergi ke Luar
“ Karena kurang perhatian, anak jadi merasa lebih nyaman pergi nongkrong dan berada di luar rumah. Jika hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, bukan tak mungkin anak jadi minggat dan memilih untuk tinggal sendiri tanpa bantuan dari orang tua,” kata Ikhsan.
Anak Nyaman dengan Teman-temannya
Anak yang butuh perhatian juga lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya ketimbang bersama orang tua. Misalnya, anak lebih sering menghabiskan waktu di rumah teman ketimbang rumahnya sendiri. Bahkan di waktu libur pun, mereka akan memilih bermain dengan teman-teman ketimbang orangtuanya.
Punya Emosi Tidak Stabil
Ciri-ciri remaja kurang perhatian berikutnya adalah memiliki emosi yang tidak stabil. Mereka jadi cepat marah dan jauh lebih sensitif ketimbang anak-anak yang cukup perhatian.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi