Anak Main Boneka/ Foto: Shutterstock
Dream - Sangat sulit memang untuk tidak mempertimbangkan gender saat memilih mainan untuk buah hati. Biasanya, kita akan memberikan boneka untuk anak perempuan lalu untuk anak lelaki robot atau mobil-mobilan.
Seringkali saat anak lelaki bermain boneka, kita melarangnya. Alasannya, takut anak memiliki kepribadian feminin. Hal tersebut menurut Irma Gustiana seorang psikolog anak di Instagramnya @ayankirma, sebaiknya dihindari.
Justru mainan anak perempuan berupa boneka bisa menstimulasi kemampuan verbal anak lelaki.
" Beberapa penelitian menyebutkan, mainan anak yang dianggap sebagai mainan anak perempuan seperti boneka bisa menstimulasi mengembangkan interaksi verbal (misalnya story telling dengan boneka) dan empati, sedangkan mainan anak laki-laki seperti mobil atau balok bangunan dapat mengembangkan kemampuan spasial atau ruang," ungkap Irma.
Memberikan anak lelaki hanya robot, mobil-mobilan dan sebagainya, bisa membuatnya tak terstimulasi dengan optimal. Terutama dalam hal empati.
" Jika anak laki-laki HANYA diberi mainan anak laki, tentunya kemampuan verbal dan empatinya bisa tidak berkembang sebaik anak perempuan. Begitu pula jika anak perempuan hanya diberi mainan anak perempuan, maka kemampuan spasial/keruangan atau teknisnya bisa tidak berkembang sebaik anak laki-laki," Irma memberi penjelasan.
Memberi mainan pada anak hanya berdasarkan gender akan sangat mengurangi kesempatannya mendapat pengalaman dan pembelajaran dari banyak hal. Padahal hal tersebut sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang kognitif, psikologis dan emosinya.
" Dengan kata lain, jika anak tidak diberi mainan tertentu atau dibatasi, mereka dapat kehilangan pengalaman belajar yang berpotensi berharga selama masa perkembangan," ungkap Irma.
Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan kalau mainan dapur yang dimainkan anak laki bisa mengembangkan kecerdasan anak yang terkait ilmu pengetahuan dan hubungan personal. Terutama kalau anak laki laki bermain masak masakan bersama ayah dan ibunya.
" Jadi buat orang tua, jangan batasi mainan anak hanya karena gender, biarkan dia bermain dan bereksplorasi, tugas kita mendampingi, memastikan mainan tidak bahaya dan dia aman di tempat mainnya," pesan Irma.
Dream - Kantong plastik sering dijadikan mainan oleh balita. Suaranya yang kencang saat dipegang dan dimainkan, lalu warnanya yang cerah, membuat plastik sangat menarik perhatian si kecil.
Bermain plastik bagi banyak orang mungkin hal yang tak berbahaya, tapi faktanya tak demikian. Saat anak usia balita main kantung plastik tetap harus diawasi dengan seksama.
Hal ini karena menurut dr. Ariani Dewi Widodo, spesialis anak, bisa berujung fatal. Bukan hanya kecelakaan, tapi juga kematian. Lewat akun Instagramnya @dr.ariani, memberi penjelasan risiko yang harus diwaspadai saat anak main plastik.
Tersedak
Anak yang masih kecil bisa menelan plastik karena mudah dirobek. Plastik belum tentu bisa keluar dengan pertolongan pertama untuk tersedak, karena cenderung menempel di bagian belakang mulut. Bila curiga anak menelan plastik, segera periksa mulutnya.
" Buka mulut anak dan lihat apakah plastiknya kelihatan/bisa ditarik keluar," ujar dr. Ariani.
Anak bisa mengalami lemas karena kantong plastik menutupi mulut dan hidung (suffocation). Semakin tipis kantong plastik, semakin berisiko menutupi mulut dan hidung, dan semakin sulit dilepaskan oleh anak.
" Ajarkan kakak dan adik JANGAN PERNAH bermain memasukkan kantong plastik ke kepala. Jangan biarkan kantong plastik besar, apalagi kantong sampah, berada dalam jangkauan anak," ungkap dr. Ariani.
Dokter Ariani juga mengingatkan orangtua dan pengasuh belajar dan harus mampu melakukan CPR / pompa jantung paru bila mendapatkan anak tidak bernapas akibat kantong plastik.
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya