Keluarga Jepang/ Foto: Shutterstock
Dream - Tingkat kelahiran bayi di Jepang hingga 2022 ini masih sangat rendah. Kondisi tersebut membuat negara Matahari Terbit ini sampai disebut mengalami " resesi seks" selama bertahun-tahun.
Bila dibiarkan tentunya kondisi ini akan menghambat regenerasi. Pemerintah Jepang terus menerus melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kelahiran. Pada 2023 mendatang, Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan di Jepang sampai menambah biaya tunjangan untuk bayi baru lahir.
Kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong lebih banyak pasangan untuk punya anak lebih banyak demi meningkatkan angka kelahiran di Jepang. Saat ini, setiap pasangan baru di Jepang dijanjikan untuk mendapatkan bantuan tunai sebesar 420.000 yen atau sekitar Rp47 juta untuk bayi yang baru dilahirkan.
Rencananya, pada 2023 mendatang akan meningkatkan jumlahnya menjadi 500.000 yen atau sekitar Rp57 juta. Dengan tunjangan bertambah, ternyata hal itu dianggap tak efektif.
Penyebabnya, karena dana tersebut akan habis untuk biaya persalinan, dan hanya akan tersisa sedikit setelah bayi lahir. Meskipun hibah tersebut didanai melalui sistem asuransi kesehatan publik Jepang, biaya melahirkan anak tetap harus dibayar sendiri.
Dikutip dari Soranews24, rata-rata nasional untuk biaya melahirkan adalah sekitar 473.000 yen atau sekitar Rp53 juta. Hal ini berarti membuat dana yang diberikan akan tersisa sedikit. Penambahan jumlah tunjangan anak dari pemerintah tetap dinilai tidak cukup untuk membesarkan anak sampai dewasa.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: Soranews24
Dream - Uang saku atau uang jajan jadi hal yang sangat lumrah diberikan para orangtua di Indonesia untuk anak-anaknya. Saat sekolah, uang ini biasanya digunakan untuk membayar ongkos ke sekolah, membeli makanan dan minuman atau keperluan lainnya.
Besarannya tergantung dari kemampuan orangtua dan kebutuhan anak. Untuk anak sekolah dasar (SD) biasanya tak terlalu besar, sekitar Rp10 ribu hingga Rp50 ribu.
Lain negara, tentunya lain kebiasaan. Tahukah Sahabat Dream kalau di Jepang, para murid SD tak diberikan uang jajan sama sekali? Fakta ini diungkap oleh akun Instagram @fredyfre, orang Indonesia yang tinggal di Jepang dan menyekolahkan anaknya di salah satu SD.
" Berapa uang jajan murid SD di Jepang sehari? Uang jajan: ¥ 0," tulisnya dalam video yang diunggah di Instagram.

Ia juga menjelaskan kalau di sekolah tidak ada kantin sama sekali, juga warung atau kedai yang menjual makanan. Hal itu karena di sekolah tersedia dapur khusus yang diawasi ahli gizi profesional.
Makanan disediakan oleh sekolah dan para murid kan makan siang bersama-sama. Murid hanya diwajibkan membawa alat makan masing-masih dan sikat gigi. Untuk menu, akan diberitahu kepada orangtua, termasuk juga informasi bahan makanan.

" Siswa bergilir setiap hari menjadi petugas membawa makanan dari dapur ke kelas. Tiap bulan orangtua mendapat list menu makanan dengan info nilai gizi dan notifikasi alergi," tulisnya.
Hal tersebut dilakukan untuk mengatur pola makan yang sehat sejak dini. Sepertinya, aturan ini juga yang membuat angka overweight dan penyakit degeneratif seperti di Jepang tidak tinggi. Keren!
Lihat postingan ini di Instagram
Advertisement
Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang

Anggota DPR Minta Menteri Kehutanan Raja Juli Mundur!

Salut! Praz Teguh Tembus Aras Napal, Daerah di Sumut yang Terisolir karena Banjir Bandang


PLN Percepat Pemulihan Jaringan Listrik di 3 Wilayah Bencana
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5

Potret Persaingan Panas di The Nationals Campus League Futsal 2025

PNS Dihukum Penjara 5 Tahun Setelah Makan Gaji Buta 10 Tahun

Ada Kuota 5 Persen Jemaah Haji Lansia di Setiap Provinsi, Ini Ketentuannya

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang