Mira Lesmana (Foto : Akrom/Kapanlagi.com)
Dream - Festival Sinema Australia-Indonesia kembali digelar untuk keempat kalinya. Festival yang dimulai sejak tahun 2015 itu menawarkan banyak film terbaik karya Australia dan Indonesia.
Festival ini akan digelar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Mataram, dan Lombok. 'Ladies in Black' menjadi film pembuka untuk festival tahun ini.
Film dengan latar belakang Australia tahun 1959 itu menampilkan awal mula transformasi Negara Kanguru menjadi multikultural seperti sekarang.

Foto : Merdeka.com
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan mengapresiasi festival tahun ini. Saat menyampaikan sambutannya di CGV, Grand , Thamrin, Jakarta Pusat, ia mengatakan festival sinema seperti ini menguntungkan bagi kedua negara.
Selain itu menurutnya, digelarnya festival sinema rutin tahunan ini membuat industri perfilman terus berbenah dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, imbuh Gary, film merupakan wadah bagi Australia memperkenalkan budaya mereka ke Indonesia.
" Film adalah salah satu media terbaik untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih besar tentang negara dan budaya lain. Festival sinema Australia-Indonesia 2019 menawarkan jendela unik ke Australia kontemporer," ujar Gary.
Dalam pembukaan festival sinema Australia-Indonesia 2019, turut hadir produser serta sutradara kawakan Indonesia Mira Lesmana. Menurut Mira, ada tiga hal penting setiap festival ini dilaksanakan.
Pertama, memperkenalkan budaya Indonesia ke Australia dan begitu sebaliknya.
Kedua, memberikan ruang untuk berbenah setiap tahunnya tentang film. Ketiga, menjadi ukuran Indonesia sejauh mana kemajuan cerita film Australia ataupun negara-negara lainnya
" Tentu ini juga menjadi momen interaksi dengan film maker dari berbagai dunia, memperkaya kita, serta tips dan sharing membuat film di tempat mereka. Kita tentu bisa bekerja sama," kata Mira.
Mira yakin festival sinema Australia-Indonesia mampu meningkatkan kualitas perfilman Indonesia. Apalagi berbagai genre dihadirkan dalam momen ini.
Sebagai informasi, film-film atau dokumenter Australia yang akan ditayangkan di beberapa kota itu adalah drama keluarga 'Storm Boy', 'Thriller Ilmiah Alien', 'Occupation', film dokumenter tentang suara perempuan penduduk asli Australia 'The Song Keepers'.
Tidak hanya film Australia saja yang unjuk gigi dalam festival kali ini, film Indonesia seperti 'Ada Apa Dengan Cinta' dan 'Ada Apa Dengan Cinta 2' juga akan ditayangkan sebagai film klasik modern.
Selain itu, penonton juga berkesempatan untuk menonton film pemenang penghargaan karya Kamila Andini 'The Seen and Unseen'.
FSAI 2019 didukung oleh Australia Now Asean sebagai inisiatif pemerintah Australia untuk merayakan inovasi, kreativitas, dan gaya hidup Australia di Asia Tenggara sepanjang 2019.
Bagi masyarakat yang berminat untuk menikmati film-film tersebut tiket tersedia secara gratis di fsai2019.eventbrite.com.
(ism, Sumber : merdeka.com/Yunita Amalia)
Advertisement
Berawal dari Perasaan Senasib, Komunitas Kuda Klub Eksis 10 Tahun Patahkan Mitos `Mobil Malapetaka`

Siklon Tropis Senyar: Dari Bibit 95B hingga Awan Ekstrem di Sumatera

Sentuh Minoritas Muslim, Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan hingga Pelosok Samosir


Konflik Panas di PBNU: Syuriah Bikin Surat Edaran Pemberhentian, Ketum Gus Yahya Sebut Tak Sah


Dulu Hidup Sebagai Tunawisma, Ilmuwan Ijeoma Uchegbu Raih Gelar Tertinggi dari Raja Inggris

Kuliner Ekstrem asal Islandia Ini Pakai Daging Beracun Ikan Hiu Greenland, Berani Makan?



Dompet Dhuafa Heartventure, Berbagi Bersama Content Creator di Pelosok Samosir

Habitat Terus Tergerus Masif, Populasi Gajah Sumatera Kian Terdesak ke Ambang Kepunahan
