15 Akhlak Mulia Rasulullah Terhadap Istri, Patut Dijadikan Teladan Para Suami. Ilustrasi: Pinterest
Dream- Siapa yang tidak mendamba pasangan baik dan setia? Siapa pula tidak jengah hidup dengan pasangan yang kasar dan mudah marah?
Faktanya, menjaga hubungan pernikahan yang langgeng sungguh bukan hal yang mudah. Terlebih kita hanyalah manusia biasa.
Setiap yang sudah maupun yang akan berumah tangga, pasti menginginkan hubungan rumah tangga yang harmonis dan langgeng.
Tidak hanya untuk 5 atau 10 tahun, tapi selamanya, seumur hidup. Tak jarang, ada aling rintangan yang turut memengaruhi dalam hubungan rumah tangga.
Sebagai teladan, rumah tangga Rasulullah merupakah potret rumah tangga yang diliputi berkah dan bertabur cinta. Panutan umat sejagat ini adalah sosok suami yang pandai mengistimewakan istrinya.
Beliau biasa memanggil Aisyah dengan sebutan Humaira, yang kemerah-merahan pipinya. Kadang juga Aisy, yang dalam budaya Arab, pemenggalan huruf terakhir dari nama itu menunjukan panggilan manja sebagai tanda sayang. Tidak ada wanita yang tidak tersanjung dipanggil demikian oleh suaminya.
Rasulullah adalah teladan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam rumah tangga. Bagaimana cara Rasulullah memperlakukan istrinya? Berikut Dream rangkum dari berbagai sumber.
“ Adalah dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika berkumpul bersama Aisyah Radhiallahu anhaa di malam hari maka Rasulullah berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar Radhiallahu anhumma” (HR Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa suami yang baik adalah lelaki yang meluangkan waktunya untuk berbicara dengan istri.
Berbincang seputar hal yang bermanfaat. Entah perkara dunia atau akhirat. Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang harmonis terwujud manakala terjadi komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Hadits ini juga menjadi dalil pengecualian atas sabda Nabi yang menyebutkan bahwa beliau tidak menyukai obrolan-obrolan yang terjadi selepas isya. Karena bercengkerama dengan istri adalah salah satu perkara yang bermanfaat. Bahkan termasuk ibadah.
“ Aisyah binti Abu Bakar Radhiallahu anhumma pernah ditanya oleh salah seorang sahabat. “ Apakah yang Nabi lakukan ketika berada di rumah bersama istri-nya?” “ Dahulu Nabi biasa membantu pekerjaan rumah keluarganya”. tutur Aisyah Radhiallahu anhaa” (HR Bukhari)
Suami yang baik adalah lelaki yang tidak sungkan membantu istri menggarap pekerjaan rumah tangga.
Bahkan bila suami adalah seorang tokoh masyarakat atau professional yang memiliki kesibukan luar biasa di luar rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga bukanlah sesuatu yang merendahkan derajat suami
Istri akan semakin mencintai pasangannya apabila senantiasa mendapat bantuan dari suami dalam pengerjaan kewajiban-kewajibannya di rumah.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bertutur: “ Aku diberi rizki berupa rasa cinta kepada istriku” (HR Muslim)
Hadits ini memberi anjuran untuk menyatakan cinta kepada istri. Menampakkan dan menyatakan rasa cinta kepada istri adalah di antara cara merekatkan hubungan cinta kasih antar lelaki dan wanita yang diikat dalam bingkai pernikahan.
Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda: “ Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridho dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR Muslim)
Suami yang paling sedikit mendapat taufiq dari Allah dan yang paling jauh dari kebaikan adalah, seorang suami yang melupakan seluruh kebaikan-kebaikan istrinya, atau pura-pura melupakan kebaikan-kebaikan istrinya dan menjadikan kesalahan-kesalahan istrinya selalu di depan matanya.
Bahkan terkadang kesalahan istrinya yang sepele dibesar-besarkan, apalagi dibumbui dengan prasangka-prasangka buruk yang akhirnya menjadikannya berkesimpulan bahwa istrinya sama sekali tidak memiliki kebaikan
“ Aisyah Radhiallahu anhaa pernah bertutur: Suamiku tidak pernah memukul* istrinya meskipun hanya sekali” (HR Nasa’i)
*pukulan yang menciderai atau pukulan di wajah. Adapun apabila seorang istri melakukan pembangkangan kepada suami, maka diperbolehkan memukulnya dengan pukulan yang tidak menyebabkan cedera dan tidak pula mengenai di muka. Allahu a’lam.
Sesungguhnya lelaki sejati tidak akan pernah memukul istri semarah apapun yang bersangkutan kepada pasangannya. Memukul istri adalah akhlak pria durjana.
“ Suatu saat Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari gilirannya. Dia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan lambat,lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusapkan air mata dengan kedua tangannya kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis” (HR Nasa’i)
Pelajaran yang diambil dari hadits ini adalah bahwa menghibur istri adalah kewajiban suami.
Berusaha menghilangkan kesedihan dan kesusahan istri adalah sesuatu yang disyariatkan Islam. Suami yang baik tidak akan tahan dan tinggal diam manakala melihat istrinya menangis atau bersedih hati.
Sikap romantis merupakan upaya untuk menjaga agar cinta terus bersemi di hati. Menjadi seorang nabi dan rasul tidak menghalangi Nabi Muhammad SAW untuk berlaku romantis kepada istrinya.
Sebagaimana riwayat Sayyidah Aisyah, suatu ketika Nabi Muhammad saw. pernah menggigit daging di bekas gigitannya Sayyidah Aisyah dan minum di bekas mulutnya istrinya itu.
Jika malam tiba, Nabi Muhammad juga mengajak Sayyidah Aisyah jalan-jalan sambil berbincang-bincang. Itu sikap romantis yang ditunjukkan Nabi Muhammad saw. kepada istrinya, makan dan minum dalam satu wadah yang sama.
M
libatkan istri dalam kejadian penting. Nabi Muhammad SAW kerapkali curhat kepada istrinya terkait dengan persoalan yang tengah dihadapi. Dengan bercerita kepada istrinya, Nabi Muhammad berharap ada solusi yang didapatkannya.
Salah satu istri Nabi yang sering menjadi teman curhat adalah Sayyidah Ummu Salamah, yang memang terkenal kecerdasannya.
Terbukti, Sayyidah Ummu Salamah pernah beberapa kali memberikan solusi atas persoalan yang menimpa Nabi Muhammad SAW.
Tidak pernah ada kalimat kasar dan menyakitkan dalam rumah tangga Rasulullah. Bahkan, beliau biasa memijit hidung Aisyah jika dia marah, sambil berkata, “ Wahai Aisyah, bacalah do’a, ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan’.” (HR Ibnu Sunni).
Rasulullah mengekspresikan kasih sayang dengan cara yang sederhana dan bersahaja. Beberapa cara Rasulullah SAW diterapkannya dengan berkata lemah lembut kepada seluruh Istrinya. Bahkan pada kisah Istri Rasulullah yaitu Hafsah Binti Umar dan Aisyah Binti Abu Bakar.
Pada suatu kondisi, Hafsah dan Aisyah pernah menyusahkan Nabi dengan menyebarkan rahasia Rasulullah sehingga membuat Rasulullah menderita. Kejadian tersebut sempat membuat Rasulullah menceraikannya, kemudian turunlah ayat QS AT Tahrim (66) ayat 4,
“ Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sungguh hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran). Dan jika kamu berdua saling bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sungguh, Allah menjadi pelindungnya dan begitu juga Jibril”.
Dari riwayat tersebut bahwa Nabi telah mentalaknya sekali untuk Hafsah tatkala Hafsah dianggap menyusahkan Nabi, Namun beliau rujuk kembali dengan perintah Jibril, yang mana Jibril berkata
“ Dia adalah seorang wanita yang rajin shaum, rajib shalat dan dia adalah istrimu di jannah,”
Dan saat itulah, dengan hati yang tenang dengan berkata yang lemah lembut, Rasulullah SAW memaafkannya.
Pada saat banyak suami menganggap, sekadar menyebut nama istri di depan orang lain dapat mengurangi harga diri, kita mendapati Rasulullah justru menampakkan cintanya pada para istrinya di depan umum.
Shafiyah binti Huyay mendatangi Rasulullah sewaktu beliau beri’tikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Kemudian ia berbincang dengan beliau beberapa waktu. Ia berdiri untuk pulang. Rasulullah pun ikut berdiri mengantarkan Shafiyah pulang.
Ketika Shafiyah dan Rasulullah sampai di depan pintu Ummu Salamah, dua orang Anshar lewat dan memberi salam kepada Rasulullah. Kepada dua orang Anshar itu beliau bersabda, “ Perhatikanlah baik-baik oleh kamu berdua, dia ini tidak lain Shafiyah binti Huyay.”
Dari Aisyah r.a “ Rasulullah selalu mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat, kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad).
Hal tersebut merupakan hal yang sangat berarti untuk istri, Rasulullah berusaha memberikan ketenangan pada istrinya selama beliau bepergian dengan cara menciumnya terlebih dahulu agar tidak timbul prasangka buruk pada hati istri.
Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa istri nya tersebut saat dibutuhkan dan disayangi oleh Rasulullah, beliau bersandar pada pangkuan istrinya dengan tujuan saling berkasih sayang. Seperti yang sampaikan dalam HR Muslim yang berbunyi,
“ Beliau (Rasulullah mendekat kepadanya (Aisyah) dan ia ada di kamarnya, lalu ia menyisir beliau, padahal ia sedang haid”.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah mandi bersama Aisyah dalam satu kamar mandi dengan bak yang sama “ Aku (Aisyah) pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air, dan tangan kami bersentuhan”. (HR Mutafaqun ‘Alaih).
Dikisahkan ketika Aisyah menjemput Rasulullah setelah berjihad, sesampainya di rumah Aisyah membuatkan minuman untuk beliau dalam kerinduannya yang dalam, biasanya Rasulullah membagikan separuh minumannya pada Aisyah tetapi kali ini tidak dilakukan.
Aisyah lalu bertanya, “ Ya Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”. Hingga tiga kali, setelah tersisa sedikit dan diberikan kepada Aisyah maka Aisyah minum dan memuntahkannya, ternyata airnya asin karena Aisyah salah memasukkan garam ke dalamnya. (HR Muslim).
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas