Ratusan Warga Beraktivitas Di Tengah New Normal. (Foto: Shutterstock)
Dream - Wabah virus corona telah menyebar bagaikan api yang membesar sejak pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu.
Hingga 8 Juli 2020, virus corona telah menginfeksi 11 juta lebih orang di seluruh dunia dan merenggut lebih dari 500 ribu jiwa.
Beberapa teori telah diajukan mengenai cara penularan virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 ini.
Satu teori yang diterima secara umum adalah bahwa virus corona menyebar dari orang ke orang melalui tetesan cairan pernapasan.
Cairan pernapasan ini dikeluarkan ketika seseorang yang terinfeksi virus corona batuk, bersin atau berbicara. Teori ini juga diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berdasarkan teori ini, masyarakat disarankan untuk menjaga jarak saat bersosialisasi dan menjaga kebersihan tangan untuk mencegah terpapar virus yang mematikan itu.
Tetapi ternyata virus corona jauh lebih berbahaya dari yang dibayangkan. Sesuai teori baru, virus ini mungkin juga menular melalui udara. Ini berarti ada kemungkinan besar bahwa siapa saja bisa menghirupnya.
Ratusan ilmuwan dari seluruh dunia mengklaim telah menemukan bukti bahwa virus corona juga bisa ditularkan melalui udara. Mereka menyerukan WHO untuk merevisi aturan dan rekomendasinya mengenai pencegahan Covid-19.
Dalam sebuah surat terbuka kepada WHO, 239 ilmuwan dari 32 negara telah menguraikan bukti yang menunjukkan partikel kecil yang ada di udara bisa mengandung virus corona dan dapat menginfeksi manusia.
Mereka menjelaskan bahwa bukan hanya tetesan besar, tetapi tetesan yang jauh lebih kecil juga bisa mengandung virus corona ketika seseorang bersin.
Karena itu mereka menyimpulkan bahwa virus corona ditularkan melalui udara dan dapat menginfeksi orang ketika dihirup.
Para ilmuwan berencana untuk menerbitkan surat terbuka tersebut dalam sebuah jurnal ilmiah minggu depan.
Namun, WHO mengatakan kepada media bahwa bukti yang mengatakan virus bisa menular melalui udara tersebut tidak meyakinkan.
" Terutama dalam beberapa bulan terakhir, kami telah menyatakan beberapa kali bahwa kami menganggap penularan melalui udara sebagai hal yang mungkin tetapi tentu saja tidak didukung oleh bukti yang kuat atau bahkan jelas," kata Dr. Benedetta Allegranzi, pimpinan teknis pencegahan dan pengendalian infeksi WHO.
Sebelumnya, sebuah studi pendahuluan yang diposting di database pracetak medRxiv menemukan bahwa virus corona dapat bertahan di udara selama berjam-jam dalam bentuk partikel halus yang dikenal sebagai aerosol dan dapat menyebar dengan cepat seperti SARS.
Para peneliti juga mengatakan bahwa virus corona terdeteksi hingga 3 jam setelah terjadi aerosolisasi, dan dapat menginfeksi sepanjang periode waktu itu.
Namun para peneliti belum mengetahui secara pasti seberapa tinggi konsentrasi virus corona yang diperlukan untuk menginfeksi manusia.
Tetapi mereka mencatat bahwa aerosol berpotensi melakukan perjalanan melintasi jarak yang lebih jauh dan luas.
Temuan baru ini membantah konsensus ilmiah saat ini yang mengatakan bahwa penularan virus corona paling banyak terjadi melalui sekresi pernapasan dalam bentuk tetesan besar di permukaan.
Sumber: TheHealthSite.com