Korban Meninggal Akibat Kebakaran RS Covid-19 Di Irak (Aljazeera)
Dream - Sedikitnya 92 tewas dalam insiden kebakaran rumah sakit khusus Covid-19 di Irak. Sementara lebih dari 100 orang mengalami luka parah.
Peristiwa nahas itu terjadi Senin malam waktu setempat, 12 Juli 2021. Rumah Sakit Pendidikan Al Hussein di Nasiriya terbakar hebat akibat ledakan tabung oksigen.
Investigasi kepolisian dan otoritas pertahanan sipil menunjukkan awal kebakaran berasal dari percikan api dari kabel. Api langsung menyebar ke tangki oksigen yang kemudian meledak.
Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi mengadakan pertemuan darurat dan memerintahkan penangguhan dan penangkapan direktur kesehatan di provinsi Dhi Qar, direktur rumah sakit dan kepala pertahanan sipil kota. Pemerintah juga menggelar investigasi.
" Ini adalah luka yang dalam di kesadaran semua orang Irak," kata Al-Kadhimi. Sebuah pernyataan dari kantornya menyerukan berkabung nasional.
Dalam sebuah tweet pada hari Selasa, Presiden Barham Salih menyalahkan " malapetaka" di rumah sakit itu pada " korupsi yang terus-menerus dan salah urus yang meremehkan kehidupan rakyat Irak" .
Pengadilan Nasiriya telah memerintahkan penangkapan 13 pejabat lokal sehubungan dengan kebakaran tersebut.
Kerabat yang berduka masih mencari jejak orang yang mereka cintai pada Selasa pagi, mencari melalui puing-puing selimut hangus dan barang-barang di dalam sisa-sisa bangsal yang terbakar. Jasad menghitam dari pasien wanita yang meninggal dari bangsal ditemukan.
Kobaran api menjebak banyak pasien di dalam bangsal virus corona yang sulit dijangkau oleh tim penyelamat, kata seorang petugas kesehatan. Dia mengaku tidak bisa masuk ke dalam ruangan.
Tim penyelamat menggunakan derek berat untuk memindahkan sisa-sisa hangus dan meleleh dari bagian rumah sakit tempat pasien Covid-19 dirawat, ketika kerabat berkumpul di dekatnya.
Banyak yang menangis, air mata mereka diwarnai kemarahan, menyalahkan pemerintah provinsi Dhi Qar, di mana Nasiriya berada. Juga pemerintah federal di Baghdad selama bertahun-tahun karena salah urus dan terabaikan.
" Seluruh sistem negara telah runtuh, dan siapa yang membayar harganya? Orang-orang di dalam sini. Orang-orang ini telah membayar harganya," kata Haidar al-Askari, yang berada di lokasi kebakaran.
Mohammed Fadhil sedang menunggu menerima jenazah kerabatnya, mengatakan itu adalah bencana. " Tidak ada respons cepat terhadap api, tidak cukup petugas pemadam kebakaran. Orang sakit dibakar sampai mati. Ini bencana," katanya.
Sementara beberapa mayat dikumpulkan untuk dimakamkan. Para pelayat menangis dan berdoa di atas peti mati.
Sementara, lebih dari 20 mayat yang hangus parah memerlukan tes DNA untuk mengidentifikasi mereka. Tim forensik telah mengidentifikasi sekitar 39 mayat, sementara puluhan lainnya masih dalam proses pengenalan.
Pada bulan April, ledakan serupa di rumah sakit Covid-19 Baghdad. Insiden itu menewaskan sedikitnya 82 orang dan melukai 110 orang.
Irak telah mencatat lebih dari 1,4 juta kasus virus corona dan lebih dari 17.000 kematian saat infeksi harian melonjak.
Kepala Komisi Hak Asasi Manusia semi-resmi Irak mengatakan ledakan Senin menunjukkan betapa tidak efektifnya langkah-langkah keamanan dalam sistem kesehatan.
" Mengulangi insiden tragis seperti itu beberapa bulan kemudian berarti masih belum ada tindakan (yang memadai) yang diambil untuk mencegahnya," kata Ali al-Bayati.
Fakta bahwa rumah sakit dibangun dengan panel ringan yang memisahkan bangsal membuat api menyebar lebih cepat, kata kepala otoritas pertahanan sipil setempat Salah Jabbar.
Seorang petugas medis di rumah sakit, yang menolak menyebutkan namanya dan yang shiftnya berakhir beberapa jam sebelum kebakaran terjadi, mengatakan tidak adanya langkah-langkah keamanan dasar berarti ketika kecelakaan yang sedang terjadi. Dia mengatakan rumah sakit tidak dilengkapi sistem pemadam bahkan alarm kebakaran.
" Kami mengeluh berkali-kali selama tiga bulan terakhir bahwa tragedi bisa terjadi kapan saja dari puntung rokok, tetapi setiap kali kami mendapat jawaban yang sama dari pejabat kesehatan: 'Kami tidak punya cukup uang'," kata dia, dikutip dari Aljazeera.
Advertisement