Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Seorang ibu bernama Dewi Suraiani membawa pulang jenazah bayinya yang berumur enam bulan menggunakan ojek online. Dia melakukan tindakan itu karena terkendala biaya.
" Putra saya meninggal sejak pukul 09.00 WIB, namun belum bisa dibawa pulang karena harus menyelesaikan administrasi," kata Dewi, dilaporkan Merdeka.com, Kamis, 21 November 2019.
Proses administrasi yang tertera itu, kata Dewi, mengharuskannya membayar biaya sebesar Rp24 juta.
Sementara jenazah sang putra harus segera dimakamkan. Kemudian, salah seorang kerabat Dewi yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online menemani Dewi.
Sang driver segera membawa bayi pulang ke rumah duka menggunakan sepeda motor sebagai bentuk keprihatinan.
Sesampai rumah duka, jenazah balita itu langsung dikebumikan sekitar pukul 15.30 WIB.
Dewi mengatakan, anaknya sudah dirawat di RSUP Djamil Padang sejak Kamis, 14 November 2019. Dilaporkan Antara, sang putra, KP, menderita getah bening.
" Sebelumnya anak saya dirawat di rumah sakit swasta, kemudian dirujuk ke RSUP M Djamil," kata dia.
Direksi RSUP M Djamil Padang, menyebut menggratiskan biaya perawatan KP.
" Untuk biaya perawatan yang mencapai RP25 juta itu para direksi sepakat untuk menanggulanginya," kata Direktur RSUP M Djamil Padang, Yusirwan Yusuf.
Keputusan diambil setelah mempertimbangkan kemampuan ekonomi dari orang tua bayi.
" Sumbangan ini sifatnya adalah pribadi dari direksi rumah sakit, sehingga keluarga tidak perlu lagi mencari dana," katanya.
Dia menyampaikan, tidak perlu lagi aksi penggalangan dana demi menebus biaya perawatan KP.
Sementara itu, Korlap Komunitas Gojek Padang Selatan, Alfiandri mengatakan, tindakan mengambil jenazah KP murni di luar kendali dan didorong wujud kepedulian sesama driver.
Dia menyampaikan maaf karena bertindak di luar SOP rumah sakit.
" Kemarin itu awalnya kami datang sebagai bentuk solidaritas sesama, tapi karena tidak memahami administrasi serta SOP rumah sakit sehingga alurnya terasa lama, akhirnya peristiwa (membawa jenazah) itu terjadi," ucap dia.
Dream - Seorang pengemis terpaksa mendorong mayat istrinya menggunakan gerobak sejauh hampir 80 kilometer.
Hal itu dia lakukan karena tidak mampu menyewa transportasi untuk membawa mendiang istrinya itu pulang ke kampung halaman, untuk dimakamkan.
Ramulu (53) mengatakan, istrinya, Kavita (46) meninggal dunia pada Jumat lalu ketika berada di Hyderabad akibat sakit.
Menurutnya, pihak rumah sakit meminta biaya 5.000 rupee atau setara hampir Rp 1 juta untuk layanan ambulans, yang akan membawa jenazah istrinya ke kampungnya di Sangareddy.
Pasangan itu pergi ke Hyderabad setelah mengetahui ada sebuah lembaga bantuan yang disebut akan memberikan beras gratis kepada pengemis.
Namun, ketika baru mendaftar di lembaga itu, Kavita yang sudah lama sakit tiba-tiba meninggal dunia.
(Ism, sumber: hmetro)
Dream - Ada hampir jutaan cerita tentang ketidakadilan dan diskriminasi di luar sana. Dan kisah pria India bernama Dana Majhi ini menambah daftar panjang kisah-kisah pili tersebut.
Majhi harus memanggul jasad istrinya, Amangadei, di pundak. Pria dari Desa Melghar, Kalahandi, ini membungkus jasad Amangadei dengan selimut bekas dari rumah sakit.
Dia terpaksa berjalan 12 kilometer karena ditolak oleh rumah sakit saat ingin menggunakan ambulans untuk membawa istrinya yang wafat karena TBC pada Rabu lalu.
Majhi tak punya uang, sehingga tak mampu menyewa ambulans dari rumah sakit. Pihak rumah sakit menolak untuk meminjamkan sebuah ambulans.
Majhi akhirnya pulang dengan berjalan kaki bersama anaknya yang masih remaja, sembari memanggul jenazah Amangadei.
" Saya meminta tolong pada semua orang, tapi tak ada orang. Saya tak punya pilihan selain membawa dia," kata Majhi.
Dalam perjalanannya, beberapa warga melihat dia dan ada yang memberitahukan kejadian ini kepada pihak berwenang.
Sampai akhirnya sebuah ambulans dikirim untuk membawa jasad istri Majhi.
Ini bukan pertama kalinya insiden seperti itu terjadi di wilayah tersebut. Banyak penduduk setempat yang membawa mayat anggota keluarga mereka dengan sepeda atau becak.
Menurut laman India Times, penduduk desa ini sering diperlakukan tidak adil karena miskin dan tak memiliki uang.
Setelah kejadian itu, pemerintah memberikan bantuan dana pemakaman untuk Majhi sebesar Rs 2.000 atau sekitar Rp 400 ribu dan Rs 10.000 atau Rp 2 juta dari Lembaga Palang Merah.
(Sumber: indiatimes.com)
Advertisement
Sudah Tahu Belum? Ini 5 Cara Mudah Mengenali Uang Palsu
Begini Beratnya Latihan untuk Jadi Pemadam Kebakaran
Wanita Ini Dipenjara Gegara Pakai Sidik Jari Orang Meninggal Buat Perjanjian Utang
4 Glamping Super Cozy di Puncak Bogor, Instagramable Banget!
Menkeu Lapor Capaian Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Tingkat Pengangguran Turun
Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lewat Terapi Inovatif dari AstraZeneca
Sentuhan Gotik Modern yang Penuh Karakter di Koleksi Terbaru dari Dr. Martens x Wednesday
Panas Ekstrem, Warga Cianjur Sampai Tuang 2 Karung Es Batu ke Toren
ParagonCorp Sukses Gelar 1’M Star 2025, Ajang Kompetisi para Frontliners
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
ParagonCorp Sukses Gelar 1’M Star 2025, Ajang Kompetisi para Frontliners