Pilot Lion Air JT610 Bersama Istri (foto: Facebook)
Dream - Gulshan Suneja, ayah pilot Lion Air JT610, Captain Bhavye Suneja, datang dari India ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Kedatangannya untuk menyerahkan data antemortem untuk kepentingan sampel DNA.
Pantauan Dream di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu 31 Oktober 2018, Gulshan bersama staf Lion Air, Willy dan empat warga India.
Gulshan tiba di posko antemortem pada sekitar pukul 16.30 WIB. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru dan celana panjang hitam.
Selang satu jam, dia keluar dari posko antemortem. Dia tak menanggapi permintaan awak media untuk wawancara.

Dia bergegas meninggalkan RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Selama berjalan keluar, wajah Gulshan menyiratkan duka.
Willy mengatakan, Gulshan tak bisa berbicara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
" Beliau tak bisa bahasa Inggris, hanya India," kata Willy, Rabu, 31 Oktober 2018.
Willy tak dapat memberi keterangan perihal kedatangan Gulshan. " Saya juga tak bisa kasih keterangan, nanti tanya sama Humas (Lion Air) saja," ujar Willy.
(ism)
Dream - Bhavye Suneja punya rencana besar sebelum pesawat Lion Air JT-610 yang dia piloti jatuh ke perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Juru terbang asal India itu berencana pulang kampung ke India.
Rencana pilot 31 tahun itu diungkapkan oleh salah satu wakil presiden sebuah maskapai terkemuka asal India, yang juga mengoperasikan pesawat Boeing. Bhavye bahkan sudah melakukan wawancara dengan petinggi maskapai itu.
“ Kami berbicara pada Juli lalu,” kata wakil presiden maskapai penerbangan asal India yang tak disebutkan identitasnya, dikutip The Times of India.
Menurut petinggi maskapai itu, Bhavye merupakan sosok yang baik. Perusahaanya sangat tertarik untuk merekrut suami Garima Sethi itu. “ Kami ingin dia bergabung bersama kami karena catatan yang sempurna,” tutur pejabat itu.
Bhavye memang pilot pengalaman. Dia mengantongi lisensi terbang pada 2009 silam. Hingga mengalami kecelakaan bersama pesawat yang berisi 189 orang itu, dia tercatat sudah punya enam ribu jam terbang.
Dalam wawancara dengan wakil presiden maskapai India itu, Bhavye mengajukan syarat. Dia minta ditempatkan di Delhi. Sebab, di kota itulah keluarganya menetap.
“ Satu-satunya permintaannya adalah dia diberi posting di Delhi karena dia berasal dari kota itu,” kata pejabat itu.
Mendengar permintaan itu, sang pejabat memberikan janji kepada Bhavye. “ Saya mengatakan kepadanya bahwa begitu dia terbang bersama kami selama satu tahun, kami akan mempertimbangkan postingnya di Delhi.”
Namun takdir berkata lain. Rencana besar Bhavye untuk pulang kampung tak terwujud. Senin 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air JT-610 yang dia piloti jatuh ke laut di utara Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Pesawat berisi 189 orang itu baru saja lepas landas di Bandara Soekarno Hatta menuju Pangkal Pinang. Dua menit mengudara, Bhavye meminta untuk kembali mendarat. Namun beberapa menit kemudian pesawat itu raib dari radar hingga dinyatakan jatuh.
Dream - Diwali selalu menjadi hari istimewa bagi keluarga Bhavye Suneja. Mereka punya tradisi menunggu pilot itu dengan penuh suka cita. Namun tidak tahun ini.
Saat perayaan besar itu tinggal menghitung hari, mereka mendapat kabar duka.
Tradisi suka cita itu berubah duka. Bhavye yang selalu ditunggu tak akan pulang. Pilot berusia 31 tahun itu jatuh bersama Lion Air JT-610 yang dia kendalikan. Bhavye tak akan pulang dengan senyum, seperti tahun yang sudah-sudah.
Keluarga yang tinggal di Delhi, India, itu terguncang. Mereka berusaha menguatkan hati untuk menerima kabar dari Indonesia. Sang ibunda, Sangeeta Suneja, berurai air mata. Sambil menangkupkan tangan, dia meminta wartawan di depan rumah mereka di Mayur Vihar untuk berdoa.
“ Mohon berdoa untuk kami,” kata Sangeeta Suneja, sebagaimana dikutip Dream dari laman News 18, Selasa 30 Oktober 2018.
Salah seorang tetangga, Anil Gupta, yang mengaku selalu bermain bersama Bhavye saat masih kecil, mengatakan bahwa Sangeeta tengah berangkat kerja saat mendengar kabar kecelakaan pesawat berisi 189 orang itu.
“ Ibunya sedang berangkat bekerja saat mereka mendengar kabar kecelakaan pesawat dan sejak itu, mereka berharap Bhavye baik-baik saja,” tutur Gupta.
Bhavye dikenal sebagai sosok yang baik di lingkungannya. Para tetangga mengaku sangat terkejut mendengar kabar kecelakaan pesawat yang dipiloti Bhavye.
“ Putri saya sekolah bersama Bhavye. Hari ini, dia menelepon saya dari Dubai dan bilang Bhavye meninggal dan dia menunjukkan kesedihannya,” kata tetangga Bhavye, Sinha.
“ Ayah Bhavye terlihat sangat tegar dan tidak menangis tapi kami tahu apa yang dia alami,” tambah dia.
Ayahnya, Gulshan Sukheja, merupakan seorang akuntan. Sementara, ibundanya bekerja pada maskapai Air India. Shinha mengatakan, Bhavye selalu pulang saban Diwali.
“ Dia selalu menghormati para tetua dan kami selalu melihat dia saat Diwali,” kata tetangga lainnya, Regnu Nagpal
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Ahlcon Public School, Bhavye menerima lisensi penerbangan pada tahun 2009. Dia menikah 2016 dan tinggal di Jakarta. Sang istri, Garima Sethi, merupakan mantan manajer di Indian Express.
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget
