Berjabat tangan dengan ikhlas dan sesuai adab yang diajarkan dapat menggugurkan dosa-dosa kecil dan mempererat tali persaudaraan.
Berjabat tangan dengan ikhlas dan sesuai adab yang diajarkan dapat menggugurkan dosa-dosa kecil dan mempererat tali persaudaraan.
Dream - Dalam ajaran Islam, berjabat tangan bukan sekadar tindakan fisik, melainkan sebuah amal baik yang memiliki nilai spiritual dan sosial yang mendalam.
Berjabat tangan, yang dalam bahasa Arab disebut " musafahah," adalah salah satu cara untuk menyampaikan salam dan kehangatan antar sesama Muslim.
Dalam banyak hadis, Rasulullah saw mengajarkan bahwa berjabat tangan dengan ikhlas dan sesuai adab yang diajarkan dapat menggugurkan dosa-dosa kecil dan mempererat tali persaudaraan.
Rasulullah SAW bersabda:
" Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu lalu saling berjabat tangan, melainkan diampuni dosa-dosa mereka sebelum mereka berpisah." (HR. Abu Daud).
Hadis ini menekankan betapa besar pahala dan keutamaan yang bisa didapatkan dari tindakan sederhana ini.
Selain itu, berjabat tangan juga merupakan bentuk manifestasi dari ukhuwah Islamiyah, yang mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama Muslim.
Dalam melakukannya, Islam mengajarkan adab-adab tertentu. Dengan mengikuti adab-adab ini, berjabat tangan tidak hanya menjadi tindakan yang mengandung pahala.
Tetapi juga menjadi sarana untuk menunjukkan kasih sayang, saling menghormati, dan memperkuat ikatan persaudaraan.
Nah, berikut adab-adab dalam berjabat tangan dalam Islam sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.
Ketika berjabat tangan, disunahkan untuk mengucapkan salam, seperti " Assalamu'alaikum." Mengucapkan salam adalah doa untuk keselamatan dan keberkahan bagi orang yang diberi salam. Rasulullah saw bersabda:
" Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku beritahu dengan sesuatu yang apabila kalian lakukan kalian akan saling mencintai? (yaitu) sebarkanlan (ucapkanlah) salam di antara kalian." (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Rasulullah saw mengajarkan untuk menggunakan tangan kanan dalam melakukan segala kebaikan, termasuk berjabat tangan. Hal ini merupakan sunah dan menunjukkan penghormatan.
Dalam Islam, terdapat batasan-batasan terkait interaksi fisik antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram (orang yang tidak halal dinikahi).
Berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram umumnya dihindari untuk menjaga kehormatan dan kesucian.
Rasulullah saw bersabda:
" Kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu adalah lebih baik bagi dirinya dari pada dia menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya." (HR. At-Tabrani dalam Al Mu'jam Al Kabir)
Berjabat tangan hendaknya dilakukan dengan niat yang tulus dan ikhlas, tanpa ada niat buruk atau kepentingan tertentu. Ketulusan dalam berjabat tangan dapat mempererat hubungan dan menambah keberkahan.
Ketika ada orang yang mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, hendaknya tidak menolak dengan alasan yang tidak syar’i. Menolak berjabat tangan bisa dianggap sebagai sikap sombong atau tidak menghormati orang lain.
Ketika ada saudara yang mengucapkan salam, maka kita harus membalasnya dengan salam yang sama atau lebih.
Dan saat berjabat tangan, hendaknya kita membalas jabat tangan itu dengan lebih erat dan hangat. Rasulullah saw bersabda:
" Diantara bentuk penghormatan yang paling sempurna adalah berjabat tangan." (HR. Turmudzi)
Adab berjabat tangan berikutnya adalah mencium tangan sebagai penghormatan atas kesholehan atau kemuliaan.
Akan tetapi ada beberapa ulama yang tidak sependapat untuk mencium tangan saat berjabat tangan.
Di samping itu, ada juga ulama yang memperbolehkannya. Imam Nawawi berkata:
" Mencium tangan seseorang karena sifat kezuhudannya, kesalehannya, amalnya, mulianya, sikapnya dalam menjaga diri dari dosa, atau sifat keagamaan yang lainnya adalah satu hal yang tidak makruh, bahkan dianjurkan.
Akan tetapi jika mencium tangan karena kayanya, kekuatannya, atau kedudukan dunianya adalah satu hal yang makruh dan sangat dibenci. Bahkan Abu Sa’id Al Mutawalli mengatakan: " Tidak boleh." (Fathul Bari, Al Hafizh Ibn Hajar 11/57)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN