Biawak Tak Bertelinga (Foto: @mossberg91)
Dream - Pernahkah kamu mendengar tentang biawak tak bertelinga? Nama itu mungkin akan sangat asing buatmu.
Satwa misterius ini memang luput dari perhatian publik. Reptil ini memang tidak pernah menampakan diri di siang hari.
Keberadaannya semakin misterius karena biawak ini selalu membangun sarangnya di bawah tanah yang sulit terlihat manusia.
Tetapi beberapa tahun belakangan, Biawak Tak Bertelinga mulai populer di seluruh dunia berkat foto-fotonya yang banyak diunduh dan tersebar di media sosial.
Dan tahukah kamu bahwa reptil ini pun sama seperti komodo yang hanya dapat di temui di Indonesia.
Ya, inilah biawak tak bertelinga (Lanthanotus Borneensis), atau dalam Bahasa Inggris dinamakan earless monitor lizard.
Biawak ini menjadi satu-satunya anggota dari famili Lanthanotidae yang hanya ditemui (endemik) di Kalimantan.
Sejak penemuan pertamanya pada tahun 1877, semua catatan keberadaan biawak tak bertelinga tersebut merujuk ke Borneo atau Kalimantan.
Para peneliti sering menjulukinya sebagai living fossil (fosil hidup) karena hewan ini masih ada dikala hewan-hewan lain yang ‘seumuran’ sudah banyak yang punah.

Foto: mongabay.co.id
Biawak tak bertelinga dapat ditemukan di daerah dekat dengan sungai, karena merupakan hewan semiaquatik (dua alam). Kadang hidup di air kadang di darat.
Karena sifatnya yang nocturnal alias hewan yang aktif pada malam hari, Biawak tak bertelinga sangat jarang muncul. Hingga kini biawak tak bertelinga masih menjadi hewan yang misterius, karena perilaku atau kebiasan hidupnya kurang bisa diamati.
Ciri umum satwa ini adalah tidak ada lipatan gular, hidung tumpul dan tidak adanya telinga eksternal atau indra pendengaran lain yang terlihat.
Meski begitu hewan ini tetap bisa mendengar ya sahabar dream.
Panjang tubuhnya bisa mencapai 45 cm hingga 55 cm. Selain itu, kelopak matanya transparan dan tingginya yang lebih rendah daripada biawak atau kadal jenis lain.
Ciri yang paling mudah dilihat adalah kulit luarnya yang dipenuhi dengan gerigi-gerigi seperti yang ada di buaya.
Meski begitu, kurangnya penelitian dan pengetahuan mengenai satwa misterius ini, termasuk pola penyebaran, dan jumlah populasinya, menyebabkan peneliti kesulitan memastikan jumlah atau titik penyebarannya.
Yang jelas, alih fungsi hutan yang menjadi habitatnya hingga kini besar kemungkinan dapat mengancam populasinya.
Ada baiknya, pihak swasta (industri pemanfaatan hutan) bisa berperan penting dalam proses identifikasi satwa seperti biawak tak bertelinga yang informasi tentangnya sangat terbatas hingga kini.
(Sah, wowshack.com)
Advertisement
3,5 Miliar Data Akun WhatsApp Berpotensi Bocor, Peneliti Ungkap Celah Serius di Sistem Keamanan

Status Tanggap Darurat Semeru Diperpanjang, Pemerintah Lumajang Fokus pada Keselamatan Warga

Gubernur Papua Angkat Suara Soal Ibu Hamil Meninggal Usai Ditolak 4 Rumah Sakit

Anak SD Naik KRL Jam 4 Pagi: Perjalanan Tangerang–Klender yang Bikin Haru dan Buka Mata Publik

10 Rekomendasi Kado untuk Hari Guru Nasional 2025 yang Membekas dan Bermakna


Alyssa Daguise Hamil Anak Pertama, Maia Estianty Sudah Bikin Panggilan Imut Sebagai Nenek
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Mengenal Sinkop Vasovagal yang Diderita Chaeyoung TWICE, Penyakit yang Bikin Pingsan Mendadak


Fiki Naki dan Tinandrose Resmi Menikah: Momen Haru, Senyum Bahagia, dan Doa dari Sahabat

Sensasi Menikmati Durian Langsung di Kedai Ucok Medan, Nggak Enak Bisa Diganti

