Ilustrasi Hewan Kurban (http://www.hamariweb.com/)
Dream - Deru pesawat tempur itu memecahkan malam. Keras meraung. Menabur kematian dari langit. Semakin keras, semakin dekatlah ajal itu. Pada kegelapan malam itu, warga Kota Jabal Zawiyah berusaha menyelamatkan diri.
Kebanyakan kabur dengan cara yang seadanya. Itu malam mencekam. Setiap kali raungan pesawat keras terdengar, kematian akan tiba dalam hitungan menit. Berkali-kali begitu.
Dari darat, roket-roket anti pesawat tempur dilesakkan. Ke langit malam. Para Mujahidin dengan segala daya merontokkan burung pembunuh itu. Minimal menghalau jauh dari warga yang merinding. Dan inilah subuh yang mendebarkan itu. Subuh Hari Kurban. Idul Adha.
Di tengah kengerian kota itu, sejumlah warga Indonesia bertaruh nyawa. Mereka memang bukan penduduk di situ, tapi relawan Muslim dari program kerjasama Yufid dan Radio Rodja. Terjebak di sengitnya pertempuran itu, mereka sesungguhnya hendak mengantarkan paket daging kurban dari penduduk Muslim Indonesia. Idlib dan Lattakia adalah kota yang sedang dituju dan itu masih jauh dari Zabal Zawiyah yang menakutkan ini.
Ketika kaum Muslim lain di berbagai belahan bumi sukacita menyambut Idul Adha, para relawan itu berjuang menyelamatkan jiwa demi misi mulia ini: membagikan hewan kurban. Di Jabal Zawiyah itu, para serdadu kiriman Bashar AlAssad terus mengempur semenjak sebelum subuh hingga pembagian daging kurban. “ Bahkan, ketika hari kedua Idul Adha, pesawat tentara Bashar Assad terus berkeliling di atas kota Jabal Zawiyyah,” kata relawan, Amirulhuda seperti dikutip VIVAnews.
Dan perjuangan belum berakhir di Jabal Zawiyah itu. Para relawan ini harus menempuh perjalanan darat selamat 6 jam demi sampai di kota tujuan. Jalan berkelok. Kadang sempit. Hewan kurban yang dibawa kerap kali menyebabkan perjalanan ini tersendat. Berkali-kali hewan-hewan itu berpindah angkutan. Dari kontainer dibagi ke truk-truk kecil.
*****
Perjuangan membawa daging kurban hingga ke “ neraka pertempuran” itu, hanyalah satu cerita dari sekian banyak kisah para penebar hewan kurban dari Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang rela mengorbankan waktu, bahkan nyawa, demi membagi-bagikan hewan kurban sumbangan umat Muslim Indonesia.
Dari kisah ini, kita tidak hanya memetik pelajaran dari perang, tapi juga dari keteguhan hati para pembawa hewan-hewan kurban itu. Bahwa hewan kurban, kini tidak hanya dibagi-bagikan kepada saudara sendiri, saudara sekampung, tapi juga lintas daerah, lintas negara, melampaui samudera yang mahaluas.
Mereka yang ingin menyumbang, bisa memesan hewan secara online. Pemesanan online itu meningkat pesat belakangan ini, seiring banyaknya lembaga kemanusiaan atau lembaga penghimpun zakat.
Lihatlah data Dompet Dhuafa Republika ini. Lewat program Tebar Hewan Kurban (THK) menerima hewan kurban secara online ini. Beroperasi sejak 1994, program ini sukses mengumpulkan 644 ekor kambing termasuk domba dan 8 ekor sapi pada tahun pertama itu. Pada tahun kedua, program yang semula bernama Menebar 999 Hewan Kurban ini, mampu menyalurkan 833 ekor kambing serta domba dan 6 ekor sapi.
Terhitung sejak tahun 1994 sampai 2003, program ini telah menebar hewan kurban sebanyak 32.355 ekor kambing serta domba dan 864 ekor sapi. Hewan kurban ini diperoleh dari 38.403 pekurban dan Rp sumbangan 17,85 miliar.
Hewan kurban sebanyak itu, telah disebar ke sejumlah daerah. Hingga tahun 2003, sebaran hewan kurban itu telah menjangkau 1.840 desa, 735 kecamatan, 180 kabupaten, dan 27 propinsi. Gagasan tebar hewan kurban itu pertama kali tercetus jelang Idul Adha tahun 1994. “ Saat itu kami melihat jumlah hewan kurban yang melimpah dan mayoritas hanya berpusat di daerah perkotaan,” kata Direktur Tebar Hewan Kurban, Herman Budianto dalam perbincangan dengan reporter Dream.co.id.
Bukan hanya lembaga Tebar Hewan Kurban alias THK itu yang menggelar program seperti ini, sejumlah lembaga penghimpun zakat juga sudah lama melakukannya. Sebut saja Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang banyak menebar bantuan kemanusian di luar negeri. Atau Rumah Zakat yang berubah menjadi RZ dengan kornet kurbannya.
Sejumlah lembaga itu, bersedia mengurbankan banyak hal demi menjadi perpanjangan tangan umat Muslim dalam berkurban. Salah satu kelebihan lembaga-lembaga itu adalah mereka memiliki fasilitas khusus mendistribusikan daging kurban ke daerah pelosok Indonesia, bahkan ke manca negara.
Tren menyalurkan bantuan hewan kurban lewat lembaga-lembaga itu, kata Herman, memang sedang marak di kalangan umat muslim Indonesia. Para penyumbang umumnya umat perkotaan. Cara ini ditempuh sebab lebih sederhana dan tidak memakan waktu.
Banyak eksekutif muda perkotaan memilih berkurban dengan cara online ini ketimbang meneruskan pola lama. “ Meski begitu kan tetap tidak mengurangi esensi ibadah dan makna berkurban itu sendiri,” ujar Herman.
Ibnu Khajar yang menjabat Direktur Marketing Global Qurban ACT, menegaskan bahwa maraknya pemakai jasa online itu, menunjukkan adanya pergeseran pola dan cara yang dipakai para penyumbang hewan kurban ini.
Pria yang tahun ini bertugas sebagai sebagai koordinator penghimpun kurban dari dalam dan luar negeri ini, menegaskan bahwa cara online memang memudahkan masyarakat yang sibuk.
Kemudahan ini pula yang membuat donatur ACT membengkak sekitar 40 persen saban tahun. Hingga H minus 10 Idul Adha tahun ini saja, ACT yang memiliki donatur tetap 2.000 orang sukses mengumpulkan Rp 2,5 miliar sumbangan atau setara 3.000 ekor hewan kurban.
Menjamurnya lembaga penghimpun kurban membuat para pengelola harus berinovasi. Bosan dengan pembagian dalam bentuk daging, Rumah Zakat (RZ) muncul dengan terobosan baru. Kurban berbentuk daging kornet.
CEO Rumah Zakat Nur Effendi menegaskan bahwa kurban kornet ini mempunyai kelebihan dalam hal penyimpanan daging. Dan untuk urusan pemrosesan daging, Rumah Zakat telah menggandeng peternak di Purbolinggi dan PT Surya Jaya Abadi, sebagai perusahaan pengolah daging kurban menjadi kornet.
Meski disajikan dalam bentuk kornet, peminat kurban dengan cara ini tetap membludak. Tahun lalu, tak kurang dari 1,2 juta kaleng kornet telah disalurkan Rumah Zakat. Kornet ini berasal diolah dari sembilan ribu kambing dan 800 ekor sapi.
Melihat besarnya potensi tren berkurban dengan cara online ini, lembaga penyalur kurban tak mau sembarangan. Dengan miliaran rupiah dana yang tertampung, pengelolaan keuangan tak bisa lagi dilakukan dengan cara tradisional.
Urusan melaporkan hasil kegiatan dan audit uang donatur, juga menjadi perhatian utama. Itulah sebabnya, sejumlah lembaga penghimpun kurban menyewa auditor untuk memeriksa aliran keluar masuk uang sumbangan. Donatur bisa tenang. Dan para pengelola bekerja nyaman.
****
Dengan segenap inovasi, kerja yang cermat, niat yang jujur, lengkap dengan audit keuangan, berkurban dengan cara ini masih diragukan sejumlah orang. Mereka mempertanyakan apa pentingnya menyalurkan kurban ke luar kota, ke luar negeri, yang sungguh jauh dari lokasi si penyumbang.
Menjawab keraguan ini, Herman memastikan, pola kurban Tebar Hewan Kurban (THK) tak jauh berbeda dengan tradisi menyembelih hewan kurban pada umumnya. Dan yang lebih penting adalah kurban modern tidak mengurangi esensi ibadah dan makna berkurban. “ Pola ini tidak mengurangi pahala justru dapat lebih menambahkan manfaat karena disalurkan ke orang-orang yang benar-benar membutuhkan,” katanya.
Effendi bahkan menegaskan bahwa kurban modern yang dilakukan RZ, Kurban Kornet, justru sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. " Di Islam itu yang diatur hanya dua hal, yaitu hewan kurban sehat dan disembelih pada hari tasyrik," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa, “ Bahkan Aisyah menyatakan Nabi bersabda bahwa daging hewan kurban sebaiknya disimpan hanya 3 hari, sesudah 3 hari sebaiknya dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan," ujarnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Ridwan, dalam perbincangan dengan Dream.co.id, menyampaikan bahwa maraknya kurban modern justru menunjukan tingginya kecintaan umat Islam Indonesia terhadap aktivitas ibadah.
Fenomena kurban modern, lajutnya, adalah pertanda dari langit bahwa umat Islam akan berkembang pesat di masa depan. “ Kurban modern tidak mengurangi sahnya penyembelihan kurban. Pola ini justru menjadi kesempatan umat Islam Indonesia untuk merajut hubungan Ukhuwah Islamiyah,” katanya.
Ukhuwah Islamiyah itulah yang memberi semangat kepada para penebar hewan kurban melintasi kampung, daerah, menyeberang negara dan bertaruh nyawa di sejumlah pertempuran mematikan, seperti di Kota Jabal Zawiyah itu. Mereka bertaruh nyawa demi hewan kurban.
Laporan: Kusmiyati, Ervina, Ramdania Baca Juga: Kisah Mak Yati, Pemulung yang Berkurban Beda Solmed, Cara Azis Berjualan Kurban Showroom Sapi SPG Cantik
Advertisement