Dream - Tragedi tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 masih segar dalam ingatan masyarakat Indonesia, terutama rakyat Aceh.
Namun bencana tersebut juga melanda wilayah di luar Indonesia. Salah satunya adalah Negeri Penang di Malaysia.
Baru-baru ini, salah seorang korban yang selamat, Amira Noordin, menjadi viral setelah dia mengenang kembali tragedi tersebut di media sosial.
Sebelum tsunami melanda, Amira ini mengatakan bahwa dia melihat adanya perubahan air laut yang aneh.
Namun wanita 26 tahun ini sama sekali tidak menyangka bahwa itu adalah bencana yang dapat merenggut nyawa.
Amira mengaku sebagai anak nelayan. Dia berusia tujuh tahun ketika tsunami tahun 2004 terjadi.
Rumah Amira berada di Kampung Bagan Jermal dekat Gurney Drive. Rumah itu dibangun di tepi pantai.
" Ketika air pasang dan ombak datang, memang air masuk ke bawah rumah. Kami sudah terbiasa dengan situasi tersebut.
" Siang hari sebelum terjadinya tsunami, air laut tiba-tiba surut, ikan-ikan bergelimpangan. Namun kami tidak pernah memikirkan tentang bencana," ujarnya.
Di zaman itu, Amira dan warga kampungnya bahkan tidak tahu apa itu artinya tsunami.
Yang dia tahu, saat gelombang datang, tampak garis-garis ombak yang halus dari kejauhan. Terlihat indah, tetapi berwarna hitam.
" Ketika ombak semakin mendekat, suaranya menjadi lebih keras. Saat itu baru kami menyadari bahwa itu bukanlah ombak biasa.
" Jadi kami terus berlari. Ibuku menggendong adik berusia lima tahun. Kakak sepupu menggendongku.
" Saat kami berlari, kami terjatuh ke dalam parit. Tetapi kami selamat karena kita berpegangan pada penghalang parit," katanya.
Tambah Amira, neneknya yang dipanggil Maktok terkena serangan jantung ketika tsunami melanda.
Namun Amira bersyukur semua anggota keluarganya selamat dalam bencana mematikan tersebut.
" Saat berada di dalam parit, kami menelan air laut yang mengalir deras. Kami tidak bisa melihat parit karena tertutup oleh gelombang tsunami.
" Pada saat itu, Maktok mencengkram batang kayu rumah tetangga sampai akhirnya mengalami serangan jantung," cerita Amira.
Beruntung ada tetangga yang datang menyelamatkan Amira dan keluarganya. Saat ini, Maktok sudah berusia lebih dari 70 tahun.
Setelah 19 tahun berlalu, Amira dan keluarganya masih sering mengingat peristiwa tsunami. Mereka merasa sedih ketika mengenangnya lagi.
Menurut Amira, dia dan keluarganya masih tinggal di rumah yang sama setelah terjadi tsunami.
Dia dan keluarganya hanya pindah ketika kawasan itu menjadi lahan proyek pembangunan pada tahun 2013.
" Setelah kejadian tersebut, kami merasakan trauma. Bahkan suara ombak saja membuat kami ketakutan.
" Tidur pun sering terjaga. Namun, kami harus beradaptasi dengan ketakutan tersebut karena tidak ada pilihan lain.
" Jika terjadi gempa bumi, kami sudah siap-siap menangis, takut tsunami datang lagi seperti dulu," katanya.
Sekitar 230.000 orang tewas dalam tsunami 2004, menjadikannya salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah modern.
Selain Aceh dan wilayah Indonesia di sekitarnya, tsunami juga melanda beberapa wilayah di Malaysia seperti Langkawi, Penang, Kedah, Perak dan Selangor.
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya