Deretan Teroris Insyaf yang Memilih Jalan Tobat dan Mengabdi untuk Masyarakat

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Rabu, 7 April 2021 15:00
Deretan Teroris Insyaf yang Memilih Jalan Tobat dan Mengabdi untuk Masyarakat
Jalan hidup telah mengubah mereka menjadi sosok yang berbeda. Dikenal sebagai sosok pelaku teror kini para mantan teroris itu hidup dalam dunia yang berbeda. Siapa saja mereka?

Dream - Rentetan teror bom terjadi di Tanah Air dalam beberapa bulan terakhir. Akibat doktrin sesat, para pelaku rela mengorbankan nyawa dengan melakukan aksi bom bunuh diri yang menewaskan masyarakat yang tak bersalah.

Sejak Bom Bali, Indonesia belum sepenuhnya bersih dari aksi teroris. Meski otak pembunuhan aksi terorisme besar banyak yang sudah dilumpuhkan, namun jaringan mereka tetap hidup. Bersembunyi dan menyamar sebagai orag biasa untuk suatu ketika melakukan aksi yang merugikan banyak pihak itu.

Kepolisian dan penegak hukum juga terus berupaya menumpang jaringan teroris ini. Densus 88 Antiteror telah bergerak menangkap sejumlah pelaku tero dan mengikutsertakan pelaku dalam berbagai program untuk menyadarkan pemahanan dan tindakan keliru mereka.

Tercatat sejumlah mantan teroris bisa kembali ke jalan yang lulus setelah menjalani program tersebut. Mereka menyadari kesalahan di masa lalu dan kini menjalai kehidupan yang sama sekali berbeda.

Siapa saja mantan teroris yang telah insyah dan kini mengabdi untuk membantu masyarakat? Dilansir dari Merdeka.com, Rabu 7 April 2021, berikut sosok para mantan teroris dn alasan mereka hijrah ke jalan yang lurus.

1 dari 4 halaman

Umar Patek Jadi Pengibar Bendera HUT RI

Sosok umar Patek menjadi teroris yang paling dicari pada zamannya. Dalam peristiwa Bom Bali I, Umar berperan sebagai peracik dan perangkai bom, memantau kondisi lapangan, menggambar denah lokasi, serta mencocokkan waktu dan tempat.

Umar Patok

Umar atau yang memiliki nama aslias Hisyam bin Alizein kini telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Bahkan, ia sempat menjadi petugas pengibar bendera Merah Putih dalam upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-72 di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Surabaya, Porong, Sidoarjo.

Dengan pilihan hidupnya saat ini,  Umar merasa bangga mendapat kepercayaan dari pihak Lapas menjadi petugas pengibar bendera.

" Saya tidak ditunjuk, tapi mengajukan diri. Alhamdulillah saya bersyukur untuk tetap dipercaya kembali menjadi pembawa bendera. Dan ini sudah keempat kalinya bagi saya menjadi pengibar bendera," ungkapnya dalam keterangan tertulis.

2 dari 4 halaman

Joko Trihermanto, Perakit Bom jadi Peracik Soto

Joko Trihermanto atau kerap disapa Jack, merupakan seorang spesialis perakit dan spesialis timer bom.

Joko Trihermanto

Setelah berhasil ditangkap dan mendekap dibalik jeruji besi, ia melanjutkan hidup, melupakan masa lalunya, dan membuka usaha warung soto yang dinamakan 'Bang Jack'.

" Dulu saya memang ahli meracik bom hasil belajar langsung dari Dokter Azahari. Eh ternyata keahlian saya meracik itu bisa saya pakai juga untuk meracik soto. Kata pengunjung yang beli sih enak,” kata Jack setengah bercanda mengutip dari kanal YouTube Ganjar Pranowo.

 

3 dari 4 halaman

Sri Puji Siswanto, Sang Juragan Lele

Nama yang muncul selanjutnya yakni Sri Puji Siswanto. Ia merupakan mantan napi terorisme yang bertugas menyembunyikan teroris kelas kakap Noordin M Top asal Malaysia dan Dr Azhari serta Abu Tholut.

Kini, dirinya sudah 'move on' dan kembali ke masyarakat.

Sri Puji Siswanto

Dulu sempat menjadi perakit bom, kini Sri Puji Siwanto diketahui memiliki usaha lele di Genuk, Kota Semarang.

" Ini contoh yang bagus, bagaimana eks napiter bisa kembali diterima di tengah-tengah masyarakat," tulis Ganjar Pranowo dalam caption unggahan.

4 dari 4 halaman

Ali Imron Bantu Sadarkan Teroris

Ali Imron merupakan terpidana hukuman seumur hidup kasus Bom Bali 2002. Namun ia mengajukan permintaan khusus untuk dilibatkan dalam program pemerintah guna menyadarkan para teroris di sisa hidupnya.

Ali Imron

Ia kemudian dihadirkan dalam kajian Ramadan 'Peran Islam untuk Perdamaian Indonesia' di Wahid Institut Jakarta. Ali pun juga mengimbau kepada kaum muda untuk tak terlibat kegiatan yang mengarah pada ekstremisme.

Dijelaskannya bahwa membandingkan istilah NKRI harga mati dengan Negara Islam harga mati harus dengan cara damai dan tak harus kudeta pada negara.

Sumber: merdeka.com

Beri Komentar