Desa Oberwil-Lieli Lebih Memilih Membayar Denda Daripada Menerima Pengungsi Dari Negara Lain. (Sumber: Mynewshub.cc)
Dream - Berlimpah harta dan uang, perilaku penduduk kota ini sungguh membuat miris. Desa Oberwil-Lieli menolak menampung 10 pengungsi dari negara lain. Mereka memilih membayar denda sebesar 290,12 ribu franc atau Rp3,99 juta kepada pemerintah.
Seorang kepala desa Oberwil-Lieli, Andreas Glarner, mengatakan Swiss mendapatkan kuota dari Uni Eropa untuk menampung 50 ribu pengungsi yang mencari suaka dan mengajukan tawaran kepada 26 daerah.
Namun, ada 52 persen penduduk Oberwil-Lieli menolak usul itu. Mayoritas penduduknya memilih menilak penempatan pengungsi meskipun cuma 10 orang. Sekadar informasi, Oberwil-Leili ini dihuni oleh 2.200 orang, yang di dalamnya juga terdapat 300 orang kaya yang tinggal di sana.
Glarner membantah penolakan itu adalah tindakan rasis. Mereka hanya ingin ada kehidupan yang tenang dan damai.
" Kami telah bekerja keras sepanjang hidup kami dan memiliki sebuah desa yang indah dan tenang. Kami tidak ingin menerima pengungsi karena mereka juga takkan sesuai untuk menetapnya di sini," kata dia dilansir dari mynewshub, Kamis 2 Juni 2016.
Hal ini menanggapi pernyataan seorang manajer program imigran Amnesty International Britain--sebuah badan Hak Asasi Manusia (HAM), Steve Symonds, yang meminta Barat untuk bersikap adil terhadap pengungsi, khususnya dari Asia Barat.
Symonds meminta masyarakat kaya Uni Eropa untuk menampung pengungsi. Bahkan, tidak salah jika yang ditampung adalah pengungsi dari negara miskin. Imjigran yang dimaksud adalah imigran dari Suriah.
Glarner pun bereaksi. Menurut dia, penolakan mereka bukanlah karena kemiskinan, tapi karena mereka tak ingin diusik oleh hal-hal buruk. Menurut dia, bantuan bisa diberikan dengan cara lain, misalnya memberikan sumbangan kepada mereka.
" Ya, pengungsi Suriah harus dibantu. Alangkah baiknya mereka di pengungsian tanah air mereka sendiri," kata dia.
Glarner berpendapat imigran gelap yang membanjiri Uni Eropa ini disebabkan karena mereka telah membayar para penyelundup manusia. Imigran tersebut akan sulit berkomunikasi dengan warga sekitar karena masalah bahasa. Belum lagi dengan mereka belum tentu bisa beradaptasi dengan kebudayaan masyarakat Swiss yang biasa hidup tenang tanpa ada kekacauan
" Jika beberapa pengungsi itu punya anak yang harus pergi ke sekolah, bagaimana mungkin mereka bisa menyesuaikan diri? Ia sangat sukar diterima oleh guru dan murid-murid sendiri," kata dia.
Advertisement
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta