Ilustrasi Obat. (Foto: Shutterstock)
Dream - Saat negara lain di dunia masih berkutat menemukan vaksin, Rusia mengklaim akan meluncurkan obat untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
Rusia ingin segera mempersingkat langkah penting pencegahan penyebaran Covid-19 untuk mengembalikan roda perekonomian agar kembali normal seperti sedia kala.
Dilansir Times of India, beberapa rumah sakit di Rusia akan mulai membagikan obat antivirus Covid-19 dengan nama Avifavir mulai 11 Juni 2020 mendatang.
Dalam sebuah wawancara, kepala Russian Direct Investment Fund (RDIF) Kirill Dmitriev mengatakan perusahaan obat Rusia ChemRar akan mulai memproduksi 60.000 butir setiap bulan.
Hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin Covid-19 yang dinyatakan telah lulus uji dan bebas diperjualbelikan Sementara beberapa upaya uji klinis terhadap obat-obatan yang ada belum menunjukkan keefektifannya.
Avifavir, yang lebih dikenal sebagai Favipiravir, pertama kali dikembangkan di Jepang oleh anak perusahaan Fujifilm pada tahun 1990.
Dmitriev mengatakan ilmuwan Rusia telah memodifikasi obat tersebut untuk mengobati pasien Covid-19.
Moskow akan siap membagikan rincian tentang modifikasi terhadap obat itu dalam dua minggu ini.
Sebelumnya Jepang telah melakukan uji coba terhadap obat yang sama. Di Jepang, Avifavir disebut dengan Avigan.
Selain dipuji Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, obat Avigan juga mendapat pendanaan pemerintah sebesar US$128 juta.
Sayangnya, dana tersebut masih belum bisa digunakan untuk membiayai penelitian terhadap Avigan.
Avifavir sendiri baru masuk dalam daftar obat yang disetujui untuk digunakan mengobati pasien Covid-19 di Rusia pada Sabtu, 30 Mei 2020.
Dmitriev mengatakan uji klinis obat telah dilakukan terhadap 330 orang. Hasilnya menunjukkan bahwa obat itu sebagian besar berhasil mengobati pasien dalam waktu empat hari.
Uji coba itu akan selesai dalam waktu sekitar satu minggu. Tetapi kementerian kesehatan telah memberikan persetujuan untuk penggunaan obat di bawah proses khusus yang dipercepat dan produksi telah dimulai pada bulan Maret.
Dmitriev mengatakan Rusia dapat menyingkat waktu pengujian karena obat itu telah menjalani pengujian signifikan sebelum spesialis Rusia memodifikasinya.
Selain itu, obat yang didasarkan pada Avifavir itu telah didaftarkan pertama kalinya pada tahun 2014 di Jepang.
" Kami percaya (obat) ini adalah pengubah keadaan. Ini akan mengurangi ketegangan pada sistem perawatan kesehatan. Semakin sedikit orang yang mengalami kondisi kritis," kata Dmitriev.
" Kami percaya bahwa obat itu adalah kunci untuk melanjutkan kembali kegiatan ekonomi secara penuh di Rusia," tambahnya.