Diduga Frustasi Kena PHK, Pria di Jakarta Barat Bunuh Diri

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Selasa, 21 April 2020 19:18
Diduga Frustasi Kena PHK, Pria di Jakarta Barat Bunuh Diri
JT sudah sebulan dirumahkan.

Dream - JT, 27 tahun, ditemukan di dalam kamar indekos di Jalan Semangka, Kembangan, Jakarta Barat dalam keadaan tak bernyawa. Penemuan tersebut terjadi Selasa pagi, 21 April 2020

Kanit Reskrim Polsek Kembangan, Ajun Komisaris Niko Purba, mengatakan korban pertama kali ditemukan oleh adik dan ibunya pukul 09.50 WIB. Keduanya sempat curiga lantaran tidak melihat JT sepulang mereka dari ziarah.

" Korban dipanggil tidak ada jawaban dan pintu kosan korban dalam keadaan terkunci," ujar Niko, dikutip dari Merdeka.com.

Saat ditemukan, jenazah JT bertelanjang dada dan memakai celana panjang hitam. Niko menjelaskan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada jasad JT.

" Kuat dugaan meninggal akibat bunuh diri," ujar dia.

Menurut keterangan dari keluarga, JT terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi virus corona. Pemuda itu sudah sebulan di rumah tanpa pekerjaan.

" Kata kakaknya baru di-PHK, mungkin karena itu terus suntuk," ucap Niko.

Sumber: Merdeka.com

1 dari 4 halaman

Tak Ada Penghasilan dan 2 Hari Cuma Minum Air, IRT di Serang Meninggal

Dream - Seorang ibu rumah tangga di Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, Yuli, menghembuskan napas terakhirnya pada Senin, 20 April 2020. Diketahui dia sempat menahan lapar selama dua hari dan hanya meminum air galon.

Keluarga Yuli terkena imbas pandemi virus corona. Mereka tidak punya pemasukan untuk bertahan hidup lantaran kehilangan pekerjaan

Camat Serang, Tb. Yassin mengkonfirmasi berita tersebut. Dia mengatakan Yuli dinyatakan meninggal pukul 15.30 WIB.

" Infonya saya dari Pak Lurah, melalui telepon. Saya setengah empat ke lokasi (rumah almarhum)," ujar Yassin, dikutip dari Merdeka.com.

Yassin mengatakan penyebab meninggalnya Yuli belum diketahui secara persis. Dia baru mendapatkan informasi, Yuli meninggal saat akan dibawa menuju Puskesmas Singandaru.

" Saya kurang tahu itu karena apanya. Yang saya tahu itu ketika almarhum sedang dibawa ke Puskesmas Singandaru, sebelum sampai sudah tidak ada nyawa," kata dia.

Yassin mengaku sempat mendatangi rumah Yuli pada Minggu, 19 April 2020. Saat itu, kata dia, kondisi Yuli masih bugar.

" Segar kok. Sempat berbicara, sempat foto. Minggu, Senin kemudian, saya dapat kabar dari Pak Lurah, yang bersangkutan sudah di Puskesmas Singandaru dan kondisi sudah meninggal," ucap Yassin.

2 dari 4 halaman

Bukan Terinfeksi Covid-19

Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Kota Serang, W Hari Pamungkas menduga Yuli meninggal akibat serangan jantung, bukan kelaparan. Dia memastikan penyebab meninggalnya Yuli bukan karena terinfeksi virus corona.

" Visum resmi besok akan disampaikan, saya pastikan bukan terkait sama Covid, bukan karena kelaparan, tapi karena serangan jantung. Yang bersangkutan dapat pertanyaan berat dari orang sekelilingnya. Visum resmi akan disampaikan Puskesmas besok, tapi saya tanya dokternya diduga jantung," kata Hari.

Hari mengatakan dari laporan yang dia terima, almarhumah merupakan keluarga yang mampu dan sangat mungkin untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

" Kesehariannya dari laporan aparat wilayah setempat berasal dari keluarga mampu semuanya, artinya untuk beli rokok sama nasi tuh masih sanggup," ujar dia.

Hari mengatakan bahwa keluarga almarhumah masuk dalam status Jaring Pengaman Sosial (JPS) Kota Serang. Pemerintah Kota (Pemkot) Serang sudah memberikan bantuan sembako pada 18 April 2020.

" Bantuan telah diberikan dan setelah dicek termasuk dalam pendataan JPS. Artinya dalam sisi tanggungjawab pemerintah, kami gerak cepat untuk menyelesaikan permasalahan itu," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Tahan Lapar dan Konsumsi Air Galon

Menurut informasi yang didapat, Yuli mengalami kesulitan dalam memenuhi kebetuhan keluarga. Bahkan selama dua hari, Yuli dan keempat anaknya tidak bisa makan.

Demi menahan rasa lapar, dia dan keluarga hanya meminum air galon isi ulang.

" Dua hari ini kami cuma minum air galon isi ulang. Anak-anak bilang lapar juga, paling minum air saja," kata Yuli, pada Jumat pekan lalu.

Yuli mengadu pada Rukun Tetangga (RT) setempat dan meminta bantuan sembako. Tetapi, pihak RT mengaku belum mendapat bantuan dari pemerintah.

" Saya sudah datang ke RT. Katanya enggak bisa dapat bantuan," ungkap Yuli.

4 dari 4 halaman

Hidup dari Mencari Barang Bekas

Untuk menyambung hidup, sang suami kerap mencari barang bekas. Hasilnya bisa membawa uang ke rumah kisaran Rp25-Rp30 ribu.

" Lumayan saja, satu hari kadang dapat Rp25-30 ribu. Beli beras satu liter untuk kami berenam, itu pun diirit-irit," ujarnya.

Sebelum virus corona melanda, kehidupan keluarga Yuli terbantu oleh anak sulungnya yang memiliki pekerjaan. Tetapi, harapan tersebut sirna lantaran sang anak telah diberhentikan dari pekerjaannya.

" Tadinya anak saya kerja. Sekarang dirumahkan karena tempat kerjanya tutup. Tambah, gaji terakhir tidak diberikan," tuturnya.

Sumber: Merdeka.com/Dwi Prasetya

Beri Komentar