Temuan Muntahan Paus (Foto: World Of Buzz)
Dream - Keberuntungan bisa menghampiri seseorang kapan saja dan dimana pun. Kadang kala, keberuntungan juga bisa datang dalam waktu yang tak diduga-duga.
Hal inilah yang dialami oleh seorang nelayan asal Thailand bernama Naris Suwannasang. Ketika sedang berjalan-jalan di tepi pantai, ia tak sengaja menemukan muntahan paus atau yang dikenal dengan nama ambergris.
Ambergris ini dikenal sebagai salah satu bahan penting untuk parfum yang mewah dan mahal. Harga Ambergris ini tergantung kualitasnya.
Dilansir dari World of Buzz, Jumat 18 Desember 2020, pria berusia 60 tahun ini sedang mengalami kesulitan ekonomi.
Hingga suatu hari, ketika ia sedang berjalan di pinggir pantai Nakhon Si Thammarat, Thailand, tiba-tiba saja ia melihat bebatuan aneh berwarna pucat.
Lantas, ia pun membawa pulang bebatuan pucat tersebut. Bersama sepupunya, Naris Suwannasang memastikan kembali temuannya tersebut.
Naris sempat melakukan tes dengan membakarnya menggunakan korek api yang menyebabkan ambergris temuannya meleleh dan memberikan aroma yang kuat.
Sering mendengar tentang penemuan ambergris di pinggir pantai, akhirnya Naris dan sepupunya pun yakin bahwa bebatuan aneh yang ia temukan bukanlah sekedar batu biasa melainkan ambergris.
Setelah ditimbang, Ambergris yang ditemukan oleh Naris memiliki bobot seberat 220 pound atau seberat 99,7 Kilogram.
Meski belum diketahui tingkat kualitasnya, namun satu kilogram ambergris bisa dibanderol dengan harga hingga $10.000 atau senilai dengan Rp141 Juta. Harga fantastis ini tentu sebanding dengan kelangkaan suplai ambergris di seluruh dunia.
Meski sudah tahu kalau harga ambergris bisa sangat fantastis, namun Naris dan sepupunya tak menyangka bahwa harganya bisa sampai semahal itu. Saat ini, ambergris temuan Naris sedang diperiksa kualitasnya oleh seorang pebisnis lokal.
Ambergris yang ditemukan oleh Naris ini kemudian ia laporkan kepada kepolisian. Ia khawatir jikalau suatu saat ambergris temuannya dapat dicuri orang. Maka dari itu, Naris pun membuat laporan ke kepolisian.
" Aku pergi ke polisi untuk membuat laporan agar mereka bisa mencatat temuanku ini (ambergris), hal ini dikarenakan aku khawatir bahwa barang temuan ini bisa saja dicuri kapanpun dari rumahku," ungkap Naris.
Sumber: world of buzz
Dream - Temuan 200 kilogram `muntahan` paus sperma atau ambergris di Bengkulu pada Kamis, 2 November 2017 membuat heboh masyarakat. Sebab, nilai perkilogram ambergris itu ditaksir dapat mencapai lebih dari Rp20 juta.
Pak nelayan yang menemukan muntahan paus sperma itu menjadi kaya mendadak. Karena muntahan itu ditawar Rp 3,3 miliar.
Dua pekan setelah temuan itu, masyarakat kembali dihebohkan kehadiran 10 paus sperma yang terdampar di perairan kawasan Ujong Batee, Kabupaten Aceh Besar. Empat ekor paus sperma yang tersesat ini tak dapat diselamatkan.
Pakar mamalia laut dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Adriani Sunuddin memiliki jawaban tersendiri mengenai keterkaitan ambergris dengan 10 paus yang terdampar.
" Kalau mengaitkan langsung tidak bisa, tapi kalau ambergris itu dihasilkan oleh paus sperma memang benar," ucap Adriani saat berbincang dengan Dream, Rabu, 15 November 2017.
Tetapi, Adriani menduga ambergris yang ditemukan di Bengkulu bukan berasal dari 10 paus yang terdampar di Aceh. Sebab, biasanya, ambergris yang dihasilkan paus sperma membutuhkan proses kimiawi agar dapat membatu. Karena tidak setiap bulan, satu paus dapat menghasilkan ambergris.
" Ambergris bukan `muntahan` dan sebetulnya dikeluarkan lewat anus. Paus sperma memproduksi ambergris, semacam lilin (wax) yang dihasilkan di dalam sistem pencernaan, untuk melindungi ususnya dari bahaya terluka benda tajam, yang tidak dapat dicerna seperti paruh cumi-cumi dan gurita," jelas Adriani.
Adriani menambahkan, ambergris yang baru dikeluarkan paus biasanya berwarna gelap seperti coklat, hitam, dan sejenisnya.
" Ini dikarenakan sifat senyawanya tidak larut di air, maka dibutuhkan waktu dan proses kimiawi untuk mengeras dan berubah warna jadi lebih terang, selama ambergris tersebut hanyut di permukaan laut hingga terbawa ke pantai," terangnya.
Sementara itu, Adriani menduga 10 paus sperma yang terdampar itu disebabkan gejala yang luar biasa. Sebab, jumlah paus yang salah jalur terbilang cukup banyak.
" Yang saya sempat terpikir ialah badai geomagnetik matahari," ujar dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini.
Badai geomagnetik memang dikenal tidak hanya mengganggu sinyal dan frekuensi teknologi buatan manusia, namun juga mengacaukan sensor hewan.
" Tetapi, untuk tahu penyebab pasti, dapat dilihat saat nekropsi pada paus yang sudah terdampar dan mati di Aceh itu," ucap dia.
Wilayah Indonesia yang luas memang kerap menjadi tujuan paus sperma untuk bermigrasi. Dalam migrasinya, paus sperma memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya, perairan yang memiliki ke dalaman lebih dari 300 meter dan menyediakan makanan.
" Paus itu pemilih sekali. Dia biasanya memakan cephalopoda seperti cumi dan gurita. Bisa saja dia makan ikan, tapi bukan ikan-ikan kecil di perairan laut dangkal," ujar dia.
Ada beberapa perairan Indonesia yang kerap disambangi paus sperma. " Paling sering, Laut Sawu, Laut Banda, Selat Makasar, Teluk Tomini," kata Adriani.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati