Firaun di Mesir Kuno Ternyata Nikahi Saudara Sedarah Bahkan Anaknya Sendiri!

Firaun di Mesir Kuno Ternyata Nikahi Saudara Sedarah Bahkan Anaknya Sendiri!

" /> © Dream

Hubungan inses mengacu pada kegiatan seksual antara individu yang memiliki hubungan saudara kandung atau dekat, seperti antara orang tua dan anak.

Jenis hubungan ini diharamkan karena berisiko menyebabkan kelahiran anak dengan cacat genetik. Menariknya, di masa lalu, terutama dalam sejarah Mesir Kuno, hubungan inses terlihat sering terjadi.

Seperti halnya Firaun Ramses II yang memiliki beberapa istri termasuk putrinya sendiri. Berikut kisah menarik tentang Firaun Ramses II yang terlibat dalam pernikahan sedarah!

© Dream

Menurut laporan dari Reuters, memang benar bahwa hubungan sedarah cukup lazim di kalangan keluarga bangsawan Mesir Kuno.

"Seorang raja bisa menikahi saudara perempuannya dan anak perempuannya karena dia adalah keturunan seorang Dewa, seperti Isis dan Osiris, dan ini hanya menjadi kebiasaan di kalangan raja dan ratu,"

Source : Ahli Epyptolog , Zahi Hawass.

Sudah Menjadi Tradisi.

Selain Ramses II, beberapa bangsawan Mesir Kuno juga melibatkan diri dalam pernikahan dengan kerabat dekat.

Contohnya, Senwosret I menikahi saudara perempuannya Neferu, Amenhotep I menikahi saudara perempuannya Ahmose-Meritamun, dan Cleopatra VII menikahi saudara laki-lakinya Ptolemy XIV. Bahkan, Ramses II terlibat dalam pernikahan dengan anak kandungnya sendiri.

"Osiris merupakan salah satu Dewa yang paling penting dalam agama Mesir Kuno. Pasangannya, Isis, juga adalah saudara perempuannya menurut beberapa kosmogoni Mesir Kuno. Oleh karena itu, anggota kerajaan banyak terlibat dalam perkawinan inses untuk meniru

© Dream

Namun, pada kalangan rakyat biasa di Mesir Kuno, pernikahan inses tidak diterima dengan baik, hingga pada masa pemerintahan Romawi. Alasan di balik ketidakpopuleran ini masih menjadi subjek perdebatan.

© Dream

Tidak seperti bangsawan yang terlibat dalam hubungan inses untuk mempertahankan kedudukan 'dewa' mereka, masyarakat biasa diduga memiliki alasan yang lebih realistis. Menurut para ahli, kemungkinan orang tua mendukung anak-anaknya untuk pernikahan semacam itu agar harta keluarga tidak terbagi-bagi setelah kematian mereka.