Foto: Facebook.com/Udin D'Jago
Dream - Rombongan jemaah haji yang baru pulang dari Tanah Suci sudah pasti dinantikan keluarga serta kerabat.
Tentu, perjalanan dan pengalaman mereka saat beribadah tunaikan rukun Islam ke-5 telah ditunggu-tunggu untuk diceritakan.
Namun, penampilan mereka saat pulang tentu juga perlu jadi perhatian. Jika umumnya, jemaah haji pulang dengan seragam yang telah disediakan travel haji atau pakaian yang sopan dan tertutup.
Namun, ada yang cukup mengejutkan warganet pada rombongan haji perempuan asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, saat kembali ke Tanah Air.
Diunggah oleh akun Facebook Udin D’Jago, Selasa 10 September 2019, ibu-ibu yang baru mendarat dari Tanah Suci itu membuat heboh karena pakaian nyentrik bak seleb Bollywood.
Dalam foto yang diunggah, jemaah yang mayoritas ibu-ibu itu memakai penutup kepala dan pakaian, yang dihiasi manik-manik sehingga terlihat berkilauan.
Belum lagi berbagai aksesoris tambahan seperti kacamata hitam besar. Jamaah asal Pinrang ini menggunakan berbagai macam warna terang pada pakaian mereka. Seperti merah, kuning, hijau, ungu muda, dan lain-lain. Dengan make up yang tebal, penampilan mereka bahkan lebih cocok untuk kondangan.
Gaya nyentrik Jamaah Haji ini pun menjadi perhatian netizen. Ada netizen merasa terhibur melihat penampilan mereka, dan adapula yang mengkritik. Pasalnya, cara berpakaian mereka dinilai tak sesuai akidah agama.
“ Kayak tong artis bollywood🤣,” tulis @slay.mi**h.
“ India season ke brp mi ini??,” komentar @ichi**____.
“ Ibu Hajjah ny nyentrik,wahhh sekali,kirain dari Hollywood,tapi gk apa namany juga ciri khas orang2 pinrang💖💖👍,” celoteh @dha**_90.
“ semoga setelah haji sholat 5 waktunya tertib, menambah amalan sunnahnya,, menjadi orang yang tawadu’.. aminn,” kata @sulthonabd**hman.
“ alangkah indanya it kalau plg haji… yg d tampilkan adalah kesedarhanan dan menutup aurat dengan benar….,” ujar @nursaki**hasa.
Berikut foto fotonya:
Dream - Penurunan biaya visa umroh dan haji yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi mendapat protes dari pelaku industri travel. Meski terjadi penurunan, kebijakan tersebut dinilai tetap memberatkan jemaah umroh dan haji terutama dari kalangan menengah ke bawah.
Praktisi Umroh dan penulis buku Umroh Backpacker, Tuffah Zubaidi, menilai kebijakan tersebut dzalim. Sebab, terlalu banyak biaya yang dibebankan kepada jemaah umroh, apalagi mereka dengan latar belakang finansial tergolong tidak mampu.
" Ini sudah kategori dzalim," kata wanita yang akrab disapa Eva ini ketika dihubungi Dream, Selasa 10 September 2019.
Eva menekankan protes pada status Tanah Suci. Dia menyebut Mekah dan Madinah adalah milik umat Islam sedunia.
" Haramain, Dua Tanah Suci, Mekah dan Madinah, adalah milik umat Islam sedunia, bukan haknya Pemerintah Arab Saudi walaupun letaknya di Saudi," kata Eva.
Pemerintah Saudi sempat menetapkan visa progresif sebesar 2.000 riyal, setara Rp7,6 juta. Visa ini berlaku bagi jemaah haji dengan catatan khusus, yaitu mereka yang melaksanakan umroh ataupun haji lebih dari satu kali serta tinggal di akomodasi bintang 5.
Beberapa hari lalu, biaya tersebut diturunkan menjadi 300 riyal, setara Rp1,1 juta. Rupanya, dana tersebut rupanya merupakan biaya di luar harga visa sendiri.
" Harga visanya sendiri antara US$150 sampai US$180 (setara Rp2,1 juta-Rp2,5 juta)," kata Eva.
Dia juga menjelaskan harga visa umroh dan haji memang naik turun. Namun demikian, nilai fluktuasinya tidak pernah melebihi angka US$100.
" Kemarin-kemarin itu harga visa antara US$35 sampai US$65 (setara Rp492 ribu-Rp913 ribu), itupun bisa dibilang permainan provider (penyedia layanan pengurusan) visa saja, bukan tekanan dari pemerintah," kata dia.
Eva juga menyoroti penurunan biaya dari 2.000 riyal ke 300 riyal. Meski turun, tarif tersebut tidak lagi berlaku progresif namun ke semua jemaah umroh maupun haji.
" Itu memberatkan dan pukul rata, tidak lagi yang sudah pernah (umroh dan haji), tidak lagi yang berdiam di hotel bintang lima, pukul rata. Siapapun mau datang, ada setoran ke pemerintah per kepala 300 riyal," kata dia.
Lebih lanjut, Eva menegaskan umroh dan haji tidak bisa disamakan dengan pelesiran ke luar negeri. Aktivitas ini murni karena panggilan iman.
" Untuk yang pelesiran ke luar negeri atau jalan-jalan mungkin mereka ada kelebihan dana. Tapi untuk umroh dan haji itu lebih pada panggilan iman, bukan barometer kekayaan seseorang," kata dia.
Advertisement
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta