Hikmah Puasa Arafah, Dapat Menghapuskan Dosa yang Telah Lalu dan yang Akan Datang

Reporter : Arini Saadah
Kamis, 15 Juni 2023 06:01
Hikmah Puasa Arafah, Dapat Menghapuskan Dosa yang Telah Lalu dan yang Akan Datang
Penghapusan dosa tidak hanya tergantung pada satu amalan, tetapi juga memerlukan niat yang tulus, penyesalan, taubat, dan usaha untuk tidak mengulangi dosa.

Dream – Tak lama lagi, umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha. Hari raya ini juga disebut sebagai hari raya haji karena banyak umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci. Sementara umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, mereka disunnahkan melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah.

Kedua puasa sunnah itu memiliki keutamaan yang luar biasa, termasuk puasa Arafah yang dilaksanakan setiap 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu hari Arafah.

Hari Arafah adalah salah satu hari yang sangat istimewa dalam ibadah haji. Pada hari tersebut, para jemaah haji sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Sementara umat Islam yang tidak beribadah haji, dianjurkan berpuasa sunnah Arafah. Lantas apa hikmah dilaksanakannya puasa Arafah? Mari simak jawaban selengkapnya berikut ini!

1 dari 4 halaman

Ibadah untuk Mohon Ampunan

Puasa Arafah dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah, tepat sehari sebelum perayaan Hari Raya Idul Adha. Puasa Arafah memiliki keutamaan yang besar. Rasulullah SAW bersabda, " Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa yang telah lalu dan dosa yang akan datang" (HR. Muslim).

Keutamaan puasa Arafah menjadikan puasa sunnah ini sebagai amalan yang sangat dianjurkan bagi umat Islam. Puasa ini dilaksanakan mulai fajar (subuh) hingga matahari terbenam pada tanggal 9 Dzulhijjah. Selama puasa, umat Muslim diharapkan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkannya.

Puasa Arafah diyakini sebagai ibadah untuk mendapatkan keberkahan dan pengampunan dosa. Dalam momen ini, umat Islam berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, berdoa, berzikir, dan memohon ampunan serta berbuat kebaikan lainnya.

Kaitannya dengan ibadah haji, Puasa Arafah merupakan bagian dari amalan yang dilakukan oleh jemaah haji saat berada di Padang Arafah. Jemaah haji berpuasa di sana sebagai bagian dari penghormatan dan ibadah kepada Allah, mengingat peristiwa penting dalam sejarah haji dan mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.

Puasa Arafah adalah amalan yang sangat dianjurkan bagi umat Islam. Selain mendapatkan keutamaan dan pengampunan dosa, puasa Arafah juga mengingatkan umat Islam akan momen penting dalam ibadah haji dan menghidupkan semangat pengabdian kepada Allah Yang Maha Kuasa.

2 dari 4 halaman

Hikmah Dilaksanakannya Puasa Arafah Antara Lain adalah Dapat Menghapuskan Dosa

Salah satu hikmah atau manfaat dari melaksanakan puasa Arafah adalah puasa tersebut diyakini sebagai amalan untuk menghapuskan dosa-dosa. Puasa Arafah dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah, yaitu hari Arafah, yang merupakan salah satu hari yang sangat istimewa dalam ibadah haji.

Beberapa dalil menunjukkan, puasa Arafah memiliki keutamaan yang menakjubkan. Di antaranya adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan:

" Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa yang telah lalu dan dosa yang akan datang" (HR. Muslim).

Dari hadis tersebut dapat dipahami, puasa Arafah dianggap sebagai amalan sunnah untuk mendapatkan pengampunan dan penghapusan dosa-dosa.

3 dari 4 halaman

Hikmah Dilaksanakannya Puasa Arafah Sebagai Pengampunan Dosa

1. Kesempatan Bertaubat

Puasa Arafah memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan hati yang tulus dan kesadaran atas dosa-dosa yang dilakukan, puasa Arafah dapat menjadi momen penting untuk memperbaiki diri dan menghilangkan beban dosa.

2. Kehadiran di hadapan Allah SWT

Puasa Arafah dilakukan oleh jamaah haji di Padang Arafah, yang merupakan tempat yang sangat istimewa di hadapan Allah. Dalam momen tersebut, umat Muslim berada di tempat yang dipilih oleh Allah untuk menunjukkan kepasrahan dan ibadah kepada-Nya. Puasa Arafah menjadi wujud pengabdian yang intens dan dapat menguatkan ikatan spiritual antara hamba dengan Tuhannya.

3. Keteladanan dari Nabi Ibrahim

Puasa Arafah juga mengandung hikmah dalam mengenang kesabaran dan keteguhan hati Nabi Ibrahim ketika ia diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan yang paling dicintainya sebagai tanda taat kepada Allah adalah sebuah contoh teladan yang menunjukkan keutamaan pengorbanan dalam menjalankan perintah-Nya.

Meskipun puasa Arafah memiliki hikmah besar dalam pengampunan dosa, penting juga untuk diingat bahwa penghapusan dosa tidak hanya tergantung pada satu amalan, tetapi juga memerlukan niat yang tulus, penyesalan, taubat, dan usaha untuk tidak mengulangi dosa tersebut.

4 dari 4 halaman

Doa Terbaik adalah Doa pada Hari Arafah

Hari Arafah merupakan hari kesembilan di bulan Dzulhijjah. Disebut sebagai Hari Arafah karena berkaitan dengan kisah mimpi Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail. Sempat ragu selama beberapa waktu, pada Hari Arafah inilah Nabi Ibrahim alaihissalam yakin bahwa mimpinya benar-benar berasal dari Allah SWT.

Inilah mengapa pada hari Arafah dianjurkan untuk memperbanyak doa. Doa di hari Arafah disebut sebagai doa terbaik oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana hadis dalam Sunan at-Tirmidzi yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW menyebutkan secara khusus bahwa doa di hari Arafah adalah doa yang terbaik.

Rasulullah SAW bersabda: “ Doa terbaik adalah doa pada hari Arafah. Sedangkan doa terbaik yang aku dan para nabi terdahulu panjatkan adalah laa ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syai’in qadir.” (HR. Tirmidzi)

Doa di hari Arafah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Doa ini juga pernah dipanjatkan para nabi terdahulu.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

Laa ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syai’in qadir

Artinya: “ Tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali hanya Allah SWT semata. Tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

Beri Komentar