Kereta Kencana Yang Membawa Teks Proklamasi Dan Duplikat Bendera Pusaka (Foto: KLY)
Dream - Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-74 dirayakan dengan tradisi unik. Selain masih mengenakan busana daerah, teks proklamasi dan duplikat Bendera Merah Putih dibawa ke Indonesia menggunakan kereta kencana.
Kedua benda bersejarah itu diboyong menggunakan kereta kencana dari Monumen Nasional (Monas). Bendera dan teks proklamasi dibawa oleh dua anggota Paskibraka.
Kedua Paskibraka tersebut berjalan cukup jauh dari dalam Monas menuju halaman di mana kereta kencana tersebut menunggu.
Penggunaan kereta kencana ini tergolong langla. Alat angkut itu sebernarny atak pernah ditumpangi oleh manusia. Namun pada HUT RI ke-74 kali ini, kereta kencana tersebut membawa dua Paskibraka menuju Istana Presiden.
Rombongan pembawa teks proklamasi dan bendera duplikat tersebut diiringi marching band dari Akademi Kepolisian.
Kirab HUT ke-74 RI juga diikuti oleh perwakilan Raja-Raja Nusantara.
(Sah, Sumber: Liputan6.com)
Dream - Dalam merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, biasanya masyarakat mengadakan berbagai perlombaan tradisional.
Hal itu seolah-olah menjadi bagian tersirat apabila masuk bulan Agustus, masyarakat harus mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti perlombaan.
Namun, dikutip dari Brilio.net, 17 Agustus 2018, beberapa perlombaan yang sangat ikonik seperti panjat pinang, tarik tambang dan makan kerupuk rupanya menyimpan cerita haru.
Panjang Pinang
Perlombaan panjat pinang seolah menjadi daya tarik tersendiri bagi para peserta ataupun orang yang ingin menonton. Hal itu karena dalam perlombaan ini banyak disajikan berbagai hadiah apabila berhasil naik ke pucuk.
Rupanya, perlombaan ini memiliki cerita tak enak untuk masyarakat Indonesia. Lomba panjat pinang ini sudah ada dari zaman kolonial Belanda, awalnya perlombaan ini diambil dari bahasa Belanda ‘De Klimmast' yang artinya panjang tiang.

Permainan yang berasal dari negeri kolonial itu rupanya tak diminati oleh warga Belanda karena merasa 'jijik' lantaran orang yang berada paling bawah harus rela diinjak-injak oleh orang lain. Untuk itu, Belanda membuat permainan ini untuk masyarakat Indonesia sebagai bahan tertawaan.
Sebagai hadiah, Belanda memberikan beras. Karena sedang dalam kondisi susah, saat itu masyarakat Indonesia sangat antusias mengikuti lomba panjat pinang.
Terjungkal, terseret, itulah yang biasanya kita lihat ketika menyaksikan lomba tarik tambang. Gelak tawa dari para penonon juga menambah kemeriahan perlombaan ini.
Namun, perlombaan ini rupanya menyimpan cerita pilu, pada waktu zaman penajajahan, masyarakat Indonesia dipaksa kerja berat untuk menarik batu, karung pasir atau benda-benda berat lain menggunakan tali tambang.

Para pekerja kemudian menggunakan tali tambang itu untuk tarik menarik sebagai guyonan atau permainan untuk menghibur diri.
Perlombaan ini memang bisa dikatakan susah-susah gampang. Untuk bisa memakan kerupuk yang digantung, kita harus menjinjitkan kaki.
Perlombaan ini juga menyimpan kisahnya tersendiri, saat zaman penjajahan, kehidupan masyarakat serba susah. Untuk makan saja, masyarakat hanya bisa menyantap nasi dan kerupuk saja.

Setelah Indonesia, lomba makan kerupuk ini masuk dalam perlombaan dalam merayakan hari kemerdekaan untuk memperingati masa-masa sulit saat zaman penjajahan.
(Sumber: Brilio.net)
Advertisement
Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang

Anggota DPR Minta Menteri Kehutanan Raja Juli Mundur!

Salut! Praz Teguh Tembus Aras Napal, Daerah di Sumut yang Terisolir karena Banjir Bandang

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap


PLN Percepat Pemulihan Jaringan Listrik di 3 Wilayah Bencana

Potret Persaingan Panas di The Nationals Campus League Futsal 2025

PNS Dihukum Penjara 5 Tahun Setelah Makan Gaji Buta 10 Tahun

Ada Kuota 5 Persen Jemaah Haji Lansia di Setiap Provinsi, Ini Ketentuannya

Update Korban Banjir Sumatera: 846 Meninggal Dunia, 547 Orang Hilang

LUNE: Debut Album Anggi Marito yang Menyentuh dan Penuh Cerita

Menhut Bakal Cabut 20 PBPH Bermasalah Seluas 750 Ribu Hektare: 'Saya Akan Buktikan'