Dream - Terdapat 195 negara di dunia dan lebih dari 7.000 bahasa yang ada. Namun, akibat nasionalisme dan globalisasi, banyak bahasa yang punah dan terancam hilang selamanya.
Salah satu bahasa yang hampir punah adalah Taushiro, yang hanya diucapkan oleh satu orang saja. Taushiro, juga dikenal sebagai Pinche atau Pinchi, berasal dari daerah Amazon di Peru dekat Ekuador.
Bahasa ini diperkirakan akan punah dalam beberapa tahun ke depan karena hanya ada satu penutur yang masih hidup, yaitu Amadeo Garcia Garcia.
Dia adalah satu-satunya orang yang mengetahui bahasa ini dan satu-satunya anggota suku Taushiro yang masih hidup.
Amadeo tinggal di desa Intuto, Peru, di tepi Sungai Amazon. Taushiro adalah misteri bagi para ahli bahasa dan antropolog.
Dilansir dari Express, bahasa ini digunakan oleh suku yang dulu tinggal di hutan lembah Sungai Amazon dan kemudian menghilang beberapa dekade lalu.
Suku ini mundur ke dalam hutan ketika para industrialis mulai memasuki daerah mereka, mengancam tradisi kuno mereka.
Suku Taushiro menemukan tempat yang aman jauh di dalam hutan dan melindungi pemukiman mereka dengan lingkaran lubang yang dalam.
Lubang-lubang ini tersembunyi di balik dedaunan dan ranting, sehingga setiap penyusup yang tidak sengaja terjatuh akan menemui ajal mereka.
Mereka juga memelihara anjing yang dilatih untuk menyerang orang luar yang mendekat. Pada akhir abad ke-20, hanya sedikit orang luar yang pernah melihat suku Taushiro atau mendengar bahasa mereka.
Namun, suku Taushiro perlahan punah. Entah karena penyakit atau serangan hewan liar seperti puma dan ular, nasib mereka tidak baik.
Akhirnya, Amadeo dan saudaranya Juan, menjadi satu-satunya anggota suku yang tersisa. Ketika Juan meninggal karena malaria, Amadeo menjadi satu-satunya penutur bahasa Taushiro yang masih hidup.
Pada tahun 2017, The New York Times berbicara dengan Amadeo dan menemukan seorang pria yang hidupnya penuh kesepian.
Tomás Villalobos, seorang misionaris Kristen yang bersama Amadeo ketika Juan meninggal, mencatat betapa pendiamnya Amadeo saat itu.
Ketika ditanya tentang perasaannya, Amadeo hanya berkata, " Sekarang sudah berakhir bagi kita."
Meskipun Amadeo bisa berbicara bahasa Spanyol, dia tidak bisa mengekspresikan dirinya dengan lancar. Taushiro adalah bahasa yang unik dalam strukturnya dan asal-usulnya.
Bahasa ini memiliki urutan kata kerja-subjek-objek dan memiliki kemiripan dengan bahasa Kandoshi dan Omurano.
Taushiro memiliki sistem penomoran sederhana yang hanya mencapai angka sepuluh. Penuturnya menunjukkan angka dengan mengangkat jari mereka dan mengucapkan kata yang sesuai. Untuk angka lebih dari sepuluh, mereka menggunakan kata " ashintu" dan menunjuk ke jari kaki mereka.
Amadeo pernah berkata kepada publikasi tersebut, ia merasa cepat atau lambat hidupnya akan berakhir. Menurutnya, tidak ada yang tahu kapan namun hal itu akan terjadi.
Dia tahu bahwa tidak ada masa depan bagi Taushiro, dan terkadang hal itu membuatnya merasa kesal dan bertanya-tanya apakah kepunahan sukunya benar-benar penting.
" Setiap saat saya mungkin menghilang, hidup saya akan berakhir, kita tidak tahu kapan. Terkadang saya tidak peduli lagi," katanya.
Laporan: Khaira Amaliya
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN