Yunahar Ilyas
Dream - Wakil Ketua Umum Majalies Ulama Indonesia (MUI), Yunahar Ilyas meninggal dunia. Yunahar mengembuskan napas terakhir usai menjalani perawatan di RS Sardjito, Yogyakarta, pada Kamis, 2 Januari 2020 sekitar pukul 23.37 WIB.
Ketua PP Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman, mengatakan Yunahar meninggal akibat penyakit ginjal yang sudah lama dideritanya. Mulanya, ulama yang juga Ketua PP Muhammadiyah itu akan menjalani proses transplantasi atau cangkok ginjal.
" Namun karena kondisi Prof Yun menurun kemudian dirawat di ICU," ujar Agus dikutip dari Muhammadiyah, Jumat 3 Januari 2019.
Jenazah Yunahar rencananya dibawa ke Masjid Gede Kauman untuk disholatkan sekitar pukul 10.30 WIB. Sementara, pemakaman dilakukan usai Sholat Jumat.
Yunahar dikenal sebagai sosok yang cerdas dan memiliki gelar profesor. Selama berorganisasi di Muhammadiyah, Yunahar selalu aktif dalam bidang dakwah.
" Bahkan dalam kondisi kurang sehatpun beliau masih aktif berdakwah. Kajian dan karya-karya beliau selalu menginspirasi kami generasi di bawah beliau," kata Agus.
Yunahar lahir pada 2 September 1956 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Selama ini, Yunahar menempuh pendidikan S1 hingga S3 di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.
Dream - Ucapan selamat Natal sampai saat ini menimbulkan polemik di antara umat beragama. Terutama di kalangan internal umat Islam.
Terkait masalah ini, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Za'adi, menjelaskan ulama berbeda pandangan mengenai hukum mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani.
" Bahwa ada perbedaan pandangan para ulama dalam menilai masalah ini, sebagian ulama ada yang melarang dan sebagiannya lagi membolehkan," ujar Zainut dalam keterangan tertulis diterima Dream, Senin 23 Desember 2019.
Zainut mengatakan ulama yang melarang menggunakan dasar argumentasi yang menyatakan ucapan tersebut menandakan pengakuan terhadap keyakinan umat Kristiani. Sedangkan ulama yang membolehkan berlandasan argumentasi kseorang Muslim mengucapkan selamat Natal merupakan bentuk penghormatan kepada sesama manusia.
" MUI Pusat sendiri belum pernah mengeluarkan ketetapan fatwa tentang hukumnya memberikan tahniah atau ucapan 'Selamat Natal' kepada umat Kristiani yang merayakannya," kata Zainut yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Agama.
Terkait mana yang harus dipegang, Zainut mengembalikan kepada umat dalam meyakini pendapat ulama. MUI, kata dia, juga mengimbau masyarakat senantiasa menjaga toleransi beragama agar terciptanya persatuan demi keamanan bangsa.
" MUI berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk terus menjaga dan memelihara kerukunan dan persaudaraan ukhuwah di antara sesama anak bangsa," kata dia. (Beq)
Dream - Beberapa hari lagi umat Kristiani akan merayakan Hari Raya Natal pada 25 Desember 2019. Indonesia dengan jumlah mayoritas masyarakatnya beragama Islam, setiap tahunnya menjadi perbicangan mengenai hukum mengucapkan selamat bagi perayaan agama lain.
Ketua Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Ehmas mengatakan, ada dua pendapat ulama mengenai boleh-tidaknya seorang muslim mengucapkan Natal kepada umat Kristiani. Pendapat itu ada yang membolehkan dan juga melarang.
" Ada yang melarang karena khawatir mengganggu akidah, ada yang membolehkan dengan pengertian ucapan natal sebagai bagian dari kesadaran bermuamalah," ujar Robikin kepada Dream, Minggu 22 Desember 2019.
Menurutnya, ucapan Natal yang dibolehkan ulama itu masuk pada dimensi ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan sebangsa setanah air.
" Kalau dalam dimensi itu, menyampaikan ucapan Natal saya kira tidak mengganggu akidah kita," ucap dia.
Robikin merujuk pada pendapat ulama asal Mesir, Syekh Yusuf Qaradhawi yang menyatakan, ucapan selamat Natal yang dilakukan umat Muslim itu dikembalikan lagi pada niatnya. Apabila niatnya bertujuan untuk berempati atau menghormati sesama teman atau saudara sebangsa, itu tidak akan mengganggu akidah.
" Indonesia kita ini kan negara majemuk. Apalagi ucapan natal itu dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan atas kelahiran Nabi Isa A.S. sebagai rasul," kata dia.
Lebih lanjut, kata dia, ucapan selamat Natal atau ucapan hari raya agama lain yang dilakukan umat Islam, bisa meningkatkan jalinan kerukunan antarumat beragama.
" Nah, dengan panduan dan batasan seperti itu, apakah momentum natal bisa menjadi ajang untuk mempererat dan mengikat kembali tali kebangsaan kita? Saya jawab pasti," ujar dia.
Meski demikian, Robikin tidak membenarkan mengenai adanya pertukaran keyakinan atau ajaran satu agama dengan yang lain. Hal itu juga tercantum dalam Alquran Surat Al Kafirun.
Robikin menceritakan, Surat Al Kafirun itu turun ketika kelompok Kafir Quraisy datang menemui Nabi Muhammad SAW dengan tujuan bernegosiasi untuk saling bertukang ajaran. Negosiasi itu berisi mengenai perbolehan melakukan ajaran agama tertentu yang dinilai lebih baik.
" Jadi, toleransi itu dimensinya ukhuwah basyariyah, persaudaraan kemanusiaan. Bukan ranah teologis. Kita cukup dengan menghargai apa yang umat agama lain lakukan dengan membiarkannya dan tidak berbuat keributan," kata dia. (mut)
Dream - Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi, mengatakan, memberikan ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani tidak akan mengganggu akidah pemeluk agama lain. Meski demikian, dia tidak memaksakan semua pihak untuk memberikan ucapan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain.
" Setiap orang tidak boleh memaksakan sikapnya. Dan mengucapkan selamat Natal itu pasti tidak akan mengganggu akidahnya masing-masing. Maka jangan sampai memaksakan pendapatnya," ujar Fachrul, dikutip dari Merdeka.com, Kamis 19 Desember 2019.
Mantan Wakil Panglima TNI itu menerangkan, keimanan seseorang tidak akan terganggu hanya sekadar memberikan ucapan tertentu kepada orang yang berbeda agama.
Hal itu, kata dia, merupakan bentuk tenggang rasa dan toleransi antarumat beragama. Sebab, Indonesia dikenal sebagai negara dengan kerukunan beragama yang baik.
" Sikap tenggang rasa, dan saling menghargai harus dijaga karena bagian budaya Indonesia," ucap dia.
Selain itu, Fachrul mengimbau jangan sampai ada sweeping atau pelarangan perayaan keagamaan. Apabila itu terjadi, tentu akan menciderai nilai-nilai kerukunan. " Sudah semestinya kita memberikan kesempatan kepada agama lain untuk beribadah," kata dia.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati