Dream - Bulan Suro adalah bulan pertama dalam kalender Jawa.
Sistem penanggalan Jawa sama dengan kalender Islam, sehingga 1 Suro dan 1 Muharram datang secara bersamaan. Inilah mengapa momen pergantian tahun baru Islam dan Jawa semakin ramai.
Setiap bulan Suro tiba, suasana di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa, menjadi begitu semarak dengan berbagai ritual adat yang kaya akan makna budaya.
Dua di antaranya adalah Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji, dua tradisi yang dilakukan jelang malam 1 Suro.
Ritual-ritual ini bukan sekadar serangkaian upacara, melainkan simbol penghormatan terhadap leluhur, permohonan keselamatan, dan ungkapan rasa syukur.
Dalam artikel ini, Dream akan mencoba membahas lebih dalam tentang makna, sejarah, dan nilai-nilai yang terkandung dalam Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji. Yuk simak selengkapnya berikut ini!
Ritual jamasan pusaka merupakan tradisi dalam perawatan dan pelestarian warisan pusaka dari para leluhur. Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisiknya.
Pusaka merupakan buah karya seniman leluhur kita di masa lalu. Karya seni itu tentu saja memiliki falsafah hidup yang begitu mulia.
Pusaka merupakan warisan budaya luhur yang bernilai sejarah. Karena pusaka adalah kearifan lokan para leluhur bangsa yang wajib dilestarikan.
Sikap menghargai peninggalan pusaka menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa untuk berbuat yang lebih baik untuk negeri.
Ritual menjelang malam satu Suro yang sering dilakukan masyarakat adalah larung sesaji. Larung sesaji merupakan ritual sedekah bumi. Sesaji berupa uborampe atau ragam bahan umbi-umbian dan hasil bumi lainnya.
Sesaji dari hasil bumi itu kemudian dilarung atau dihanyutkan ke laut, danau, telaga, gunung, dan tempat-tempat sakral lainnya. Tujuan dari ritual larung sesaji ini adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan karena sudah menyediakan berbagai macam makanan untuk umat manusia.
Substansi ritual larung sesaji perlu dipahami secara mendalam dari sejarah dan makna-makna yang ada supaya terhindar dari perbuatan musyrik.
Dalam tradisi Jawa, ritual larung sesaji memiliki latar belakang untuk menjelaskan semuanya. Pertama dalam melaksanakan ritual, hati tetap teguh dan memiliki keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, nilai filosofi bahwa larung sesaji merupakan simbol kesadaran makrokosmos dan mikrokosmos. Ketiga, simbol interaksi harmonis antara manusia dengan alam semesta. Disadari atau tidak, manusia tinggal di bumi tidaklah sendiri, melainkan bersama jagad fisik maupun metafisik.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi malam 1 Suro. Berdoa dan memohon keselamatan kepada Tuhan adalah yang paling utama. Di lereng Gunung Raung, Jawa Timur, masyarakat menggelar tradisi Baritan.
Tradisi ini dilakukan di pelataran kampung, mirip dengan acara selamatan biasa. Mereka menggunakan takir atau piring yang dibuat dari daun pisang yang diisi makanan.
Kemudian masyarakat berkumpul bersama dan memanjatkan doa mohon ampun dan perlindungan kepada Allah SWT.
Ritual ini dilakukan untuk memohon perlindungan dari balak dan segala kejahatan dunia.
Setelah selesai membaca doa-doa, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama-sama. Tradisi ini memiliki nilai sosial yang kental. Tali silaturahmi bisa terjalin erat karena acara-acara semacam ini.
Di mana masyarakat berkumpul bersama setelah kesibukan sehari-hari yang membuat mereka mungkin jarang bertemu.
Demikian itulah ritual menjelang malam 1 Suro yang masih kita jumpai hingga sekarang di beberapa daerah di Indonesia.
Segala macam ritual di atas memiliki nilai-nilai dan makna filosofi serta tujuan tersembunyi di balik simbol-simbol yang digunakan.
Jadi sudah selayaknya kita memandang ritual menjelang malam 1 Suro ini dari sudut pandang yang lebih terbuka, terutama dari sisi budaya dan tradisi yang perlu dilestarikan.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN