Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji, Ritual Jelang Malam 1 Suro yang Sarat Makna Budaya

Reporter : Editor Dream.co.id
Sabtu, 6 Juli 2024 06:01
Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji, Ritual Jelang Malam 1 Suro yang Sarat Makna Budaya
Setiap bulan Suro, suasana di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa, menjadi begitu semarak dengan berbagai ritual.

1 dari 11 halaman

Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji, Ritual Jelang Malam 1 Suro yang Sarat Makna Budaya

Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji, Ritual Jelang Malam 1 Suro yang Sarat Makna Budaya © Setiap bulan Suro, suasana di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa, menjadi begitu semarak dengan berbagai ritual. Shutterstock

2 dari 11 halaman

Dream - Bulan Suro adalah bulan pertama dalam kalender Jawa.

Sistem penanggalan Jawa sama dengan kalender Islam, sehingga 1 Suro dan 1 Muharram datang secara bersamaan. Inilah mengapa momen pergantian tahun baru Islam dan Jawa semakin ramai.

Setiap bulan Suro tiba, suasana di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa, menjadi begitu semarak dengan berbagai ritual adat yang kaya akan makna budaya.

Dua di antaranya adalah Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji, dua tradisi yang dilakukan jelang malam 1 Suro.

3 dari 11 halaman

Ritual-ritual ini bukan sekadar serangkaian upacara, melainkan simbol penghormatan terhadap leluhur, permohonan keselamatan, dan ungkapan rasa syukur.

Dalam artikel ini, Dream akan mencoba membahas lebih dalam tentang makna, sejarah, dan nilai-nilai yang terkandung dalam Jamasan Pusaka dan Larung Sesaji. Yuk simak selengkapnya berikut ini!

4 dari 11 halaman

Ritual Jamasan Pusaka

Ritual jamasan pusaka merupakan tradisi dalam perawatan dan pelestarian warisan pusaka dari para leluhur. Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisiknya.

Pusaka merupakan buah karya seniman leluhur kita di masa lalu. Karya seni itu tentu saja memiliki falsafah hidup yang begitu mulia.

Pusaka merupakan warisan budaya luhur yang bernilai sejarah. Karena pusaka adalah kearifan lokan para leluhur bangsa yang wajib dilestarikan.

5 dari 11 halaman

© Jamasan Pusaka 2024 Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta

Sikap menghargai peninggalan pusaka menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa untuk berbuat yang lebih baik untuk negeri.

6 dari 11 halaman

Ritual Larung Sesaji

Ritual menjelang malam satu Suro yang sering dilakukan masyarakat adalah larung sesaji. Larung sesaji merupakan ritual sedekah bumi. Sesaji berupa uborampe atau ragam bahan umbi-umbian dan hasil bumi lainnya.

Sesaji dari hasil bumi itu kemudian dilarung atau dihanyutkan ke laut, danau, telaga, gunung, dan tempat-tempat sakral lainnya. Tujuan dari ritual larung sesaji ini adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan karena sudah menyediakan berbagai macam makanan untuk umat manusia.

7 dari 11 halaman

© Ritual Larung Sesaji 2024 HUMAS SETDA TRENGGALEK

Substansi ritual larung sesaji perlu dipahami secara mendalam dari sejarah dan makna-makna yang ada supaya terhindar dari perbuatan musyrik.

8 dari 11 halaman

Dalam tradisi Jawa, ritual larung sesaji memiliki latar belakang untuk menjelaskan semuanya. Pertama dalam melaksanakan ritual, hati tetap teguh dan memiliki keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua, nilai filosofi bahwa larung sesaji merupakan simbol kesadaran makrokosmos dan mikrokosmos. Ketiga, simbol interaksi harmonis antara manusia dengan alam semesta. Disadari atau tidak, manusia tinggal di bumi tidaklah sendiri, melainkan bersama jagad fisik maupun metafisik.

9 dari 11 halaman

Baritan di Lereng Gunung Raung

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi malam 1 Suro. Berdoa dan memohon keselamatan kepada Tuhan adalah yang paling utama. Di lereng Gunung Raung, Jawa Timur, masyarakat menggelar tradisi Baritan.

Tradisi ini dilakukan di pelataran kampung, mirip dengan acara selamatan biasa. Mereka menggunakan takir atau piring yang dibuat dari daun pisang yang diisi makanan.

10 dari 11 halaman

Kemudian masyarakat berkumpul bersama dan memanjatkan doa mohon ampun dan perlindungan kepada Allah SWT.

Ritual ini dilakukan untuk memohon perlindungan dari balak dan segala kejahatan dunia.

Setelah selesai membaca doa-doa, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama-sama. Tradisi ini memiliki nilai sosial yang kental. Tali silaturahmi bisa terjalin erat karena acara-acara semacam ini.

Di mana masyarakat berkumpul bersama setelah kesibukan sehari-hari yang membuat mereka mungkin jarang bertemu.

11 dari 11 halaman

Demikian itulah ritual menjelang malam 1 Suro yang masih kita jumpai hingga sekarang di beberapa daerah di Indonesia.

Segala macam ritual di atas memiliki nilai-nilai dan makna filosofi serta tujuan tersembunyi di balik simbol-simbol yang digunakan.

Jadi sudah selayaknya kita memandang ritual menjelang malam 1 Suro ini dari sudut pandang yang lebih terbuka, terutama dari sisi budaya dan tradisi yang perlu dilestarikan.

Beri Komentar