Ilustrasi Masyakarat (Foto: Shutterstock)
Dream - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria Wiratama, menyebut, PPKM Darurat yang diberlakukan pemerintah selama beberapa pekan terakhir belum mampu menurunkan kasus positif Covid-19. Menurut Bayu, penurunan kasus baru terjadi karena jumlah sampel yang dites menurun.
“ Belum terlihat penurunannya. Kalaupun turun diikuti jumlah tes yang turun juga,” kata Bayu Satria, dikutip dari Liputan6.com, Senin 26 Juli 2021.
Bayu mengungkapkan, pemerintah juga sudah mengaku adanya penurunan jumlah tes. Sedangkan presentase jumlah kasus positif cenderung stabil.
“ Kalau jumlah yang dites turun otomatis jumlah kasus juga turun. Bisa dilihat dari positivity rate yang cenderung stabil,” ucapnya.
Beberapa waktu lalu, beredar kabar vaksinasi menyebabkan peningkatan kasus positif. Padahal tidak ada hubungan antara peningkatan kasus positif dan gencarnya program vaksinasiasi.
Menurut Bayu, peningkatan kasus aktif justru disebabkan masyarakat yang semakin hari abai dengan protokol kesehatan.
“ Bukan karena vaksinnya, karena vaksin aman dan tidak akan menyebabkan sakit Covid-19. Yang mungkin terjadi adalah pelaksanaannya yang tidak terkendali dan menyebabkan 5M tidak bisa dijaga,” katanya.
Bayu mengatakan kemungkinan peningkatan kasus Covid-19 sudah terjadi sejak lama, namun karena minimnya jumlah testing sehingga tidak terdeteksi.
“ Kita tidak pernah bisa cukup testingnya sehingga data yang ada itu tidak mencerminkan yang sebenarnya sehingga mungkin sekali di Juni sudah tinggi kasusnya, namun banyak yang masih undetected. Bahkan, diduga sejak Mei banyak kasus yang tidak terdeteksi sudah ada di masyarakat makanya bisa naik sangat tinggi di Juli,” ungkapnya.
Bayu pun menyarakan agar pemerintah terus gencar mempercepat program vaksinasi untuk bisa mencapai herd immunity. Ia mengingatkan, apabila laju vaksinasi masih rendah, target herd imunnity yang diprediksi pada September akan sulit dicapai.
Sumber: Liputan6.com
Dream - Sejumlah daerah mengalami perlambatan vaksinasi Covid-19, padahal pemerintah pusat tengah gencar menggenjotnya untuk mencapai herd immunity. Salah satu penyebabnya, pasokan vaksin yang kurang.
Ketua Umum PB IDI, dr Daeng M Faqih, mengatakan, stok vaksin saat ini memang sulit didapat. Sebab, vaksin dari luar negeri sedang dicari banyak negara, tidak hanya Indonesia.
" Saat ini, vaksin menjadi rebutan 200 lebih negara di dunia, terutama India yang banyak penduduknya," ujar Daeng pada diskusi virtual bertajuk 'Dukungan Good Doctor untuk Program Vaksinasi Nasional dan Penanganan Covid-19 di Indonesia', Kamis, 22 Juli 2021.
Dalam kondisi ini, Daeng mengajak masyarakat terus menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari penularan Covid-19. Dia juga mendorong pemerintah untuk menggunakan berbagai saluran pengadaan vaksin, termasuk secepat mungkin meluncurkan Vaksin Merah Putih yang saat ini masih dalam penelitian.
Managing Director Good Doctor Indonesia, Danu Wicaksana, mengatakan, minat masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi sangat tinggi. " Namun, tidak ada penjadwalan yang jelas untuk vaksinasi membuat membludaknya antrean," kata Danu.
Danu menyarankan masyarakat menggunakan 11 aplikasi telemedicine untuk mempermudah pendaftaran vaksinasi. Salah satunya dengan memanfaatkan aplikasi Good Doctor.
" Pandemi ini sangat sudah dan berat untuk diatasi, maka kita harus gotong royong dalam pandemi ini," kata dia.
Laporan : Delfina Rahmadhani
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur