Ketika Ali bin Abi Thalib Didatangi Dua Wanita Beda Status Sosial

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 15 Juli 2019 10:12
Ketika Ali bin Abi Thalib Didatangi Dua Wanita Beda Status Sosial
Ali dikenal dengan sikapnya yang egaliter.

Dream - Ali bin Abi Thalib RA dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan berwawasan luas. Dia tidak pernah membedakan orang berdasarkan status sosialnya.

Di mata Ali, semua orang punya hak dan kewajiban yang sama. Meskipun orang itu hartawan maupun hamba sahaya.

Suatu hari saat sudah menjabat sebagai khalifah, Ali didatangi dua orang wanita yang meminta sesuatu kepadanya. Satu wanita adalah orang Arab, sedangkan satunya bekas budak.

Mengetahui maksud kedatangan keduanya, Ali menyiapkan satu takar makanan serta 40 dinar. Keduanya mengambil bagian masing-masing.

Setelah itu, wanita bekas budak berpamitan dan pergi. Tidak demikian halnya dengan wanita Arab, dia tetap berada di tempatnya.

 

1 dari 5 halaman

Protes dari Wanita Arab

Rupanya, wanita itu protes kepada Ali. Bukannya berterima kasih, dia malah tidak terima dengan hasil yang didapatnya dari Sang Khalifah.

" Wahai Amirul Mukminin, mengapa beri aku jumlah yang sama seperti wanita tadi, sedangkan aku ini wanita Arab dan dia bekas budak?" kata wanita itu.

Ali pun menjawabnya dengan enteng. Dia mengatakan semua manusia memiliki kedudukan yang sama, baik itu orang Arab maupun bekas budak.

Dia mengibaratkan dengan anak cucu Ismail AS dengan anak cucu Ishaq AS. Tidak ada kelebihan antara satu dengan lainnya.

Cara Penyembelihan Daging Tidak Diketahui, Halal Atau Haram?

" Aku tidak menemukan di dalam Kitab Allah kelebihan anak cucu Ismail AS dibandingkan dengan anak cucu Ishaq AS," kata Ali.

Di kesempatan lain, Ali mendapat kiriman harta dan roti dari Isfahan. Harta dan roti itu dibagi jadi tujuh dengan kadar yang sama.

Ali lalu mengundang tujuh pemimpin kaum untuk mengambil harta dan roti itu. Ali juga mengundi siapa yang berhak mengambil lebih dulu dan selanjutnya.

Sumber: NU Online.

2 dari 5 halaman

Ketika Rasulullah Ditanya Pemuda dan Pria Tua Soal Cium Istri Saat Puasa

Dream - Rasulullah Muhammad SAW menjadi rujukan bagi umat Islam. Karena itu, tidak mengherankan jika Rasulullah SAW menjadi tempat para sahabat bertanya.

Pertanyaannya terbentang luas, mulai dari urusan sosial hingga urusan rumah tangga. Tidak jarang, Rasulullah SAW memberikan jawaban berbeda untuk satu pertanyaan yang sama.

Ilustrasi Rasulullah SAW

Dalam kitab Musnad Imam Ahmad, disebutkan riwayat Rasulullah mendapat pertanyaan mengenai ciuman saat berpuasa. Riwayat tersebut didapatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash.

Suatu hari, ada pemuda datang kepada Rasulullah SAW. Dia lalu bertanya kepada Rasulullah mengenai boleh tidaknya mencium istri saat berpuasa.

Rasulullah seketika menjawabnya dengan tegas, " Tidak boleh."

 

3 dari 5 halaman

Rasul Bolehkan Pria Tua Cium Istrinya

Beberapa saat setelah pemuda itu pergi, Rasulullah kedatangan sahabat yang usianya sudah tua. Sahabat itu menanyakan hal yang sama dengan pemuda tadi, yaitu mencium istri saat puasa.

Tetapi, kali ini jawaban Rasulullah SAW berbeda. Rasulullah membolehkan sahabat itu mencium istrinya ketika sedang berpuasa.

Ilustrasi Rasulullah Muhammad SAW

Para sahabat yang saat itu berada di sekitar Rasulullah menjadi kebingungan. Mereka heran dan saling tatap satu dengan lainnya.

" Aku tahu mengapa kalian saling tatap. Ketahuilah, sungguh orang tua itu lebih bisa menguasai diri (nafsunya)," ucap Rasulullah.

 

4 dari 5 halaman

Para Sahabat Akhirnya Paham

Para sahabat paham dengan jawaban Rasulullah yang berbeda atas pertanyaan yang sama. Pemuda itu dilarang mencium istrinya karena Rasulullah tahu dia tidak akan bisa mengendalikan nafsunya.

Ilustrasi Rasulullah Muhammad SAW

Jika dibolehkan, dikhawatirkan pemuda itu melanjutkan tingkahnya menjadi hubungan intim dengan istrinya. Padahal, dia sedang berpuasa.

Sedangkan sahabat tua dibolehkan karena Rasulullah tahu pria itu bisa mengendalikan diri. Tidak ada kekhawatiran sahabat tua itu tergoda untuk melakukan hubungan intim dengan istrinya ketika berpuasa.

(Sah, Sumber: NU Online)

5 dari 5 halaman

Ketika Rasulullah Dipukul Pemuda Badui

Dream - Rasulullah memang menjadi teladan terbaik bagi umat Muslim, baik dalam bersikap maupun bertutur kata.

Salah satunya terkait kesabaran. Rasulullah merupakan sosok yang sangat sabar, meski mendapat perlakuan kasar dari orang lain.

Terdapat sebuah riwayat yang menggambarkan betapa sabarnya Rasulullah ketika ditampar seorang pemuda Badui. Kisah tersebut tercantum dalam kitab Nawadhir, Hikayat 45 Mukjizat Rasul karya Ahmad Syihabuddin bin Salamah Al Qulyuby.

Suatu hari, Rasulullah datang ke rumah putrinya, Fatimah, dalam keadaan sangat lapar. Di perut Rasulullah, terdapat batu yang terikat dengan tali.

Sayangnya, Fatimah juga tidak memiliki persediaan makanan apapun. Bahkan Fatimah dan dua cucu Rasulullah, Hasan serta Husein, sudah menahan lapar selama tiga hari.

Dengan rasa iba melihat dua cucunya, Rasulullah meninggalkan rumah Fatimah dan menuju sumur. Di sumur tersebut, Rasulullah bertemu dengan seorang pemuda Badui.

Kaligrafi Rasulullah

Rasulullah kemudian menawarkan jasa menimba air kepada si Badui itu, yang sedang dalam perjalanan. Si Badui setuju, menyerahkan timba kepada Rasulullah dan menjanjikan imbalan satu kurma untuk satu timba.

Rasulullah kemudian menimba sumur itu. Tetapi, penimbaan selanjutnya, tali yang dipegang Rasulullah terputus dan timba jatuh ke dalam sumur.

Si Badui marah dan menampar Rasulullah sembari menyerahkan 24 butir kurma. Si Badui lalu berusaha mengambil timba itu dan ketika berhasil, dilemparkannya timba tersebut ke arah Rasulullah.

Rasulullah sama sekali tidak bergerak dari tempat berdirinya maupun marah atas perlakuan si Badui. Rasulullah hanya tersenyum dan mengambil upah yang telah diberikan.

Melihat tenang dan sabarnya sosok yang dimarahi tadi, si Badui menjadi berpikir sembari melanjutkan perjalanan. Maklum, pemuda itu belum pernah bertemu langsung dan hanya mengetahui sosok Rasulullah dari orang-orang Arab sekitar.

Si Badui keheranan dengan tenangnya Rasulullah. Beberapa saat kemudian, barulah dia berpikir bahwa orang yang telah ditamparnya adalah Nabi Muhammad.

Pemuda itu ketakutan seketika. Karena merasa sangat bersalah, si Badui memotong tangan yang telah dia gunakan untuk menampar Rasulullah.

Badui itu kemudian berjalan menuju masjid. Banyak orang bertanya mengapa tangannya sampai terpotong.

" Aku telah menampar wajah seseorang, dan aku berpikir itu adalah Muhammad, aku takut akan tertimpa musibah, maka aku memotong tangan yang telah kugunakan untuk menamparnya," kata pemuda Badui itu.

Sahabat Salman datang dan mengantarkan si Badui ke rumah Fatimah. Di sana, Rasulullah sedang duduk sembari memangku kedua cucunya.

Dengan penuh ketakutan, si Badui berkata, " Wahai Muhammad, maafkan aku. Aku tidak tahu jika yang kutemui dekat sumur adalah dirimu."

Mendengar ucapan si Badui, Rasulullah tersenyum. Malah Rasulullah mengatakan kepada pemuda itu dia telah menjadi penyelamat bagi cucu-cucunya. (eko)

Beri Komentar