Ketum Muhammadiyah: Takbir Bukan Alat Politik

Reporter : Maulana Kautsar
Jumat, 23 Februari 2018 19:00
Ketum Muhammadiyah: Takbir Bukan Alat Politik
Haedar meminta masyarakat tak memekikan takbir sembarangan.

Dream - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, meminta umat memahami aktualitas ajaran Islam. Salah satunya, Haedar meminta masyarakat tak memekikan takbir sembarangan.

Allahu Akbar adalah kalimat toyyibah, kalimat yang tinggi dan agung, bukan untuk dikorupsi menjadi alat politik atau alat untuk meraih kepentingan sendiri dan kelompok,” kata Haedar dikutip Dream dari laman resmi Muhammadiyah, Jumat, 23 Februari 2018.

Haedar menyampaikan pendapat itu saat menghadiri Forum Diskusi Persatuan Mahasiswa Indonesia di The University of Queensland (UQISA), Australia, Rabu 21 Februari 2018.

Haedar ingin menunjukkan bahwa Muslim baik adalah yang berilmu dan berkontribusi positif bagi masyarakat, bukan mereka selalu meneriakkan takbir untuk kepentingan politis.

Selain berbicara mengenai kajian Islam, Haedar juga mengingatkan penyebaran paham radikal di lingkungan umat beragama.

" Radikalisme itu universal. Radikalisme juga sering tumbuh berkaitan dengan pandangan serta situasi politik dan ekonomi tertentu yang memicu orang untuk bertindak radikal," ujar Haedar.

Haedar juga menyinggung, definisi pandangan radikal atau ekstrem juga sering bias pemahaman. Sebab, pandangan itu tidak hanya pada tumbuh karena agama, namun juga bisa disebabkan faktor sosial, ekonomi, dan lainnya.

Muhammadiyah saat ini menawarkan pendekatan moderasi dalam berhadapan dengan kelompok radikal, bukan deradikalisasi.

Deradikalisasi, kata Haedar, adalah berusaha mengubah pihak radikal dengan cara yang juga radikal. Dia juga berharap organisasi Islam di Indonesia membangun moderasi umat Islam.

“ Umat Islam yang moderat ini takkan bisa menjalankan perannya dengan baik dalam menjaga stabilitas di masyarakat bila dirinya sendiri terbelakang,” kata Haedar.

Beri Komentar