© MEN
Dream - Umat Islam saat ini sudah beradal di bulan Syaban 1443 H. Artinya dalam hitungan kurang dari sebulan akan datang bulan paling dinantikan muslim seluruh dunia yaitu Ramadan. Tanda-tanda datangnya bulan mulia ini seolah mulai terasa dari cuaca dan suasan yang sedikit berbeda.
Bagi kaum perempuan, syaban menjadi pengingat untuk melihat kembali perjalanan puasa di bulan Ramadan setahun yang lalu. Sesuai fitrahnya, para perempuan tak bisa menjalankan puasa sebelum penuh karena datangnya menstruasi.
Sebagai bulan mulia, Syaban banyak dimanfaatkan untuk membayar utang puasa yang tak bisa dilaksanakan di Ramadan lalu. Mengqadha puasa juga bisa dijadikan penyemangat untuk mengisi Syaban dengan amalan ibadah lain.
Kebiasaan membayar utang puasa selama bulan Syaban juga dikisahkan sering dilakukan salah satu istri nabi, Aisyah ra. Kisah ini tertuang dalam cerita Abu Salamah dari Aisyah ra.
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ»، قَالَ يَحْيَى: الشُّغْلُ مِنَ النَّبِيِّ أَوْ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: “ Saya mempunyai tanggungan utang puasa Ramadhan. Saya tidak mampu mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban. Menurut Yahya, Aisyah mengqadha di bulan Sya’ban dikarenakan ia sibuk melayani Nabi Muhammad” (Muttafaq alaih).
Mengutip laman islam.nu.or.id, Dari catatan kaki Syekh Musthafa Dib al-Bugha dalam kitab Shahih al-Bukhari dan catatan kaki Muhammad Fuad Abdul Baqi pada kitab Shahih Muslim, kesibukan Aisyah yang dimaksudkan dalam hadist tersebut adalah dia selalu menyiapkan diri sepenuhnya untuk Rasulullah termasuk di ketika sewaktu-waktu ingin berduaan dengan Aisyah (atau istri yang lain).
Sikap untuk menjaga kebahagian dan keridhaan juga dilakukan semua istri Rasulullah yang bisa sewaktu-waktu diperlukan oleh Nabi.
Lalu kenapa bulan Sya’ban yang dipilih oleh Aisyah untuk mengqadha puasanya?
Sebab bulan Sya’ban adalah bulan yang paling banyak dibuat puasa sunnah oleh Baginda Nabi Muhammad.
Hal itulah yang membuat salah satu istri Nabi bergantian meluangkan waktu untuk mengqadha puasa. Kemungkinan lain adalah mereka sudah berada pada bulan terakhir sebelum Ramadan sehingga terdesak meminta izin kepada Nabi untuk mengqadha puasa. Syekh Musthafa Dib al-Bugha menulis:
وأما في شعبان فإنه صلى الله عليه وسلم كان يصوم أكثر أيامه فتتفرغ إحداهن لصومها أو تضطر لاستئذانه في الصوم لضيق الوقت عليها
Artinya: “ Adapun pada bulan Sya’ban, Nabi berpuasa pada sebagian besar hari-harinya. Kemudian salah satu istri-istri Nabi meluangkan untuk berpuasa di dalamnya. Atau di antara mereka memang terdesak untuk meminta izin kepada Nabi untuk melaksanakan puasa karena waktunya sudah mepet” (Musthafa Dib al-Bugha, Ta’liq Shahih al-Bukhari, [Daru Thuqin Najah, 1422], juz 3, hal. 35)
Advertisement
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Mahasiswa Makan Nasi Lele Sebungkus Berdua Saat Demo, Netizen: Makan Aja Telat, Masa Bakar Halte
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Didanai Rp83 Miliar dari Google, ASEAN Foundation Cetak 550 Ribu Pasukan Pembasmi Penipuan Online