Kisah Muslimah yang Tinggal di Negara Minoritas Muslim

Reporter : Dwi Ratih
Minggu, 25 April 2021 16:31
Kisah Muslimah yang Tinggal di Negara Minoritas Muslim
3 hijaber ini beberkan semuanya.

Dream - Hidup dan tumbuh di tempat yang berbeda kultur jadi salah satu problematika yang nampaknya tidak bisa dihindari. Di satu sisi, kondisi sudah terbentuk sejak leluhur namun perbedaan pandangan terus berjalan.

Seperti yang dirasakan Sumreen Farooq, hijaber yang tinggal di Inggris ini sering diperlakukan tidak sopan di jalanan London. Tampilannya yang mengenakan hijab sejak usianya 18 tahu, jadi suatu hal 'berbeda' di London.

Farooq merupakan salah satu dari banyak perempuan muslim muda di Inggris yang memilih mengenakan hijab. Tujuannya tak lain untuk menunjukkan identitas agamanya di sekitar lingkungan mereka.

Meski akhir-akhir ini kekerasan terhadap umat Islam yang jelas-jelas menunjukkan identitas mereka meningkat.

Dalam berbagai studi dan wawancara, kaum perempuan di negara-negara minoritas muslim memakai hijab atas kehendak mereka sendiri. Sementara pada umumnya, media Barat selalu menggambarkan bahwa perempuan muslim dipaksa keluarga atau suami mereka untuk memakai hijab.

Shanza Ali, 30 tahun, mengatakan ibunya yang berasal dari Pakistan tak pernah memakai hijab. Namun Shanza dan adiknya, Sunda, memutuskan memakai hijab saat berusia 20 tahun.

" Saya memutuskan untuk membuat komitmen sebagai seorang muslim dan saya tidak pernah berhenti sejak itu," kata Shanza kepada Reuters dikutip Dream.co.id.

" Kadang-kadang Anda lupa bahwa Anda menutupi rambut Anda, tetapi Anda tidak pernah lupa mengapa Anda memakainya. Yang perlu diingat, karakter harus lebih penting daripada penampilan," katanya.

1 dari 2 halaman

Shaista Gohir, ketua Jaringan Perempuan Muslim Inggris, mengatakan lebih banyak perempuan memakai hijab sejak serangan di Amerika Serikat pada 11 September 2001 dan di London pada 7 Juli 2005. Meski mereka di bawah pengawasan politik dan publik yang lebih besar.

" Bagi beberapa perempuan muda itu adalah cara untuk menunjukkan mereka berbeda dan mereka adalah muslim," ujarnya.

Perempuan yang secara terbuka menonjolkan identitas agama mereka dengan mengenakan atribut keagamaan akan menjadi target pengawasan publik.

Ada peningkatan dalam hal kejahatan yang didorong sikap anti-muslim yang mayoritas ditujukan kepada perempuan muslim. Meskipun demikian, semakin banyak perempuan muslim Inggris yang memilih untuk berhijab.

 

2 dari 2 halaman

Sebuah studi pada 2013 oleh University of Birmingham menemukan, lebih dari 15 tahun perempuan muslim telah menjadi target anti-muslim berulang kali. Kendati demikian, tak satu pun dari perempuan yang diserang melepas hijabnya.

Sebuah studi internasional pada 2012, yang dilakukan di Austria, India, Indonesia dan Inggris, menemukan bahwa mayoritas perempuan memakai hijab karena alasan kenyamanan, fashion, dan kesederhanaan.

Tapi dalam masyarakat minoritas, tanggapan perempuan lebih beragam. Mulai dari argumen agama untuk kenyamanan hingga melawan stereotip dan diskriminasi.

Beri Komentar