Kisah Pilu Bocah Maroko, Renang Pakai Botol Plastik demi Sampai Spanyol

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 25 Mei 2021 07:00
Kisah Pilu Bocah Maroko, Renang Pakai Botol Plastik demi Sampai Spanyol
Sambil nangis, dia memohon agar tak dipulangkan. "Lebih baik mati daripada pulang ke Maroko."

Dream - Bocah laki-laki asal Maroko menyedot perhatian dunia berkat perjuangannya mencari kehidupan lebih baik di negeri orang. Bocah itu nekat menyeberang laut dengan berenang dan mengandalkan botol plastik demi bisa sampai di Spanyol.

Sayangnya, harapannya mencari peruntungan di negeri seberang harus berujung hampa. Dia ditangkap tentara Spanyol untuk kemudian dipulangkan ke Maroko.

Sembari menangis, anak itu memohon kepada tentara Spanyol agar tak dipulangkan. Dia pun mengatakan lebih baik mati daripada harus pulang ke Maroko.

" Dia tidak ingin kembali, dia tidak punya keluarga di Maroko, dia tidak peduli jika dia meninggal karena kedinginan. Dia lebih suka mati daripada kembali ke Maroko," ujar tentara yang menangkap bocah itu, Rachid Mohamed al Messaoui.

" Saya tidak pernah mendengar (ucapan) itu dari seseorang yang begitu muda," lanjut pria berusia 25 tahun itu.

1 dari 6 halaman

Jumlah Migran Terus Meningkat

Tentara mengantarkan bocah yang menangis itu melalui gerbang ke zona keamanan antara kedua negara, bersama dengan para migran lainnya. Seorang juru bicara militer di Ceuta mengatakan dia tidak memiliki informasi tentang apa yang terjadi pada bocah itu.

Deportasi anak di bawah umur adalah ilegal di Spanyol dan ratusan telah diproses di pusat penerimaan sementara di Ceuta.

Bocah itu adalah salah satu dari sekitar 8.000 migran yang berenang atau memanjat pagar perbatasan setelah Rabat melonggarkan kontrol perbatasan.

Spanyol telah mengerahkan pasukan ke Ceuta untuk berpatroli di perbatasan dengan Maroko dan menyebut situasi itu sebagai krisis untuk Eropa.

Di ujung utara Maroko di seberang Gibraltar dan dengan populasi 80 ribu, pantai penampungan hanya beberapa ratus meter jauhnya.

 

2 dari 6 halaman

Mereka Putus Asa

Al Messaoui, yang berbicara bahasa Arab Maroko atau Darija, mengatakan dia mencoba mengesampingkan perasaannya untuk membantu menenangkan mereka yang tiba di pantai, bertindak sebagai penerjemah untuk rekan-rekan tentara Spanyolnya.

" Anda merasa frustrasi, putus asa karena Anda tidak bisa berbuat lebih banyak untuk anak itu," katanya.

Al Messaoui menyatakan tidak akan membiarkan saudara-saudaranya terlantar. Dia berkomitmen untuk membantu mereka, menyatukan mereka dalam ikatan laiknya keluarga dan bersama menghadapi kesulitan hidup di negara mereka.

" (Saya) tidak membiarkan mereka hanyut sendirian, putus asa, tidak berdaya," kata dia, dikutip dari Arab News.

3 dari 6 halaman

Kata-kata Terakhir Aylan Kurdi: Ayah, Jangan Mati

Dream - Kata-kata tragis terakhir dari Aylan Kurdi sebelum tenggelam adalah 'Ayah, jangan mati'.

Aylan, bocah Suriah berusia tiga tahun tewas tenggelam ketika berusaha mencapai Eropa. Foto tubuhnya yang terdampar di sebuah pantai di Bodrum, Turki, memicu gelombang simpati di seluruh dunia.

Foto itu menjadi titik balik tentang perdebatan yang memungkinkan para pencari suaka Suriah bisa tinggal di Eropa.

Abdullah, ayah Aylan, mencoba untuk menyelamatkan anggota keluarganya saat perahu yang ditumpangi terombang-ambing di Laut Aegean.

Namun usaha Abdullah sia-sia. Selain Aylan, Abdullah juga kehilangan Galip, 5 tahun, dan istrinya, Rehan, saat perahu mereka mendapat masalah dan akhirnya terbalik.

4 dari 6 halaman

Abdullah adalah satu-satunya yang selamat dari musibah yang menimpa keluarganya di Laut Aegean.

" Ketika perahu terbalik dan gelombang terus datang, dua anak laki-laki itu dalam pelukan ayahnya," kata Fatima Kurdi, bibi Aylan yang tinggal di Kanada, sambil menangis dikutip Dream dari laman Daily Mail, Senin 7 September 2015.

" Dia mencoba dengan segala kekuatannya untuk mendorong anak-anaknya agar tetap di atas air dan mereka berteriak, 'Ayah, jangan mati'."

Sesaat kemudian Abdullah baru menyadari bahwa Galip telah meninggal jadi membiarkannya pergi terseret gelombang.

5 dari 6 halaman

Wanita berusia 44 tahun ini kemudian melanjutkan adiknya Abdullah mencoba untuk menyelamatkan anak keduanya, Aylan. Dia menatap putranya itu dan ada darah keluar dari matanya. Abdullah tahu, Aylan pun sudah meninggal, jadi dia menutup matanya dan membiarkannya pergi.

Abdullah kemudian mencari-cari istrinya yang terlihat mengambang di atas air. Saat itu, lanjut Fatima, Abdullah berkata, " Saya telah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan mereka tetapi saya tidak bisa."

Kini jasad Aylan dan kakaknya, Galip, serta ibunya telah dimakamkan di wilayah Kobane, Suriah.

Dunia langsung bereaksi dengan memberikan simpati yang besar terhadap pengungsi Suriah sejak foto tubuh bocah tiga tahun Aylan terdampar di sebuah pantai di Bodrum, Turki beredar pada hari Rabu pekan kemarin.

6 dari 6 halaman

Fatima mengatakan meski Abdullah tetap ingin tinggal di Kobane namun dia berharap adiknya itu bisa tinggal bersamanya di British Columbia, Kanada.

" Dia tidak ingin datang ke sini setelah kehilangan keluarganya. Dia akan datang ke Eropa untuk masa depannya. Dia tidak peduli sekarang, tapi saya akan berbicara dengannya agar suatu hari ia mungkin berubah pikiran. Aku ingin dia di sini," kata Fatima.

Beri Komentar