Kisah Pilu Penjual Tisu Tanpa KTP, Makan Sehari Sekali, Jalani Hidup Menunggu Ajal

Reporter : Editor Dream.co.id
Kamis, 30 November 2023 10:01
Kisah Pilu Penjual Tisu Tanpa KTP, Makan Sehari Sekali, Jalani Hidup Menunggu Ajal
Penjual tisu tanpa kewarganegaraan di Singapura ini makan satu kali demi bertahan hidup.

1 dari 12 halaman

Kisah Pilu Penjual Tisu Tanpa KTP, Makan Sehari Sekali, Jalani Hidup Menunggu Ajal

image" /> © Penjual tisu tanpa kewarganegaraan di Singapura ini makan satu kali demi bertahan hidup. Asia One

2 dari 12 halaman

© Dream

Dream - Pilu dan pelik. Itulah kisah hidup Goh Thai Peng. Hidupnya benar-benar diimpit nestapa.

Meski demikian, Goh Thai Peng tak menyerah. Dengan raga ringkihnya karena termakan usia, dia tetap menjalani hidup sekuat tenaga.

3 dari 12 halaman

© Dream

Sehari-hari, Goh Thai Peng berjualan tisu di jalanan Singapura. Ia telah tinggal di negeri jiran itu selama lebih 70 tahun tanpa kewarganegaraan.

Sepuluh tahun terakhir, ia harus berjuang menjual tisu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

4 dari 12 halaman

© 2023 dream.co.id

Goh mengaku lahir di Perak, Malaysia. Saat berusia 5 tahun dibawa oleh orang tuanya pindah ke Singapura.

Menurut AsiaOne, ketika berusia 13 tahun Go mengajukan permohonan kewarganegaraan ke Singapura. Namun negara tersebut menolaknya karena tak bisa berbahasa Inggris dan Melayu.

5 dari 12 halaman

© Dream

Saat Goh Thai Peng berusia 25 tahun, otoritas Malaysia mengambil paspornya tanpa memberi tahu alasannya.

Untuk itu, Goh hanya memiliki kartu pas khusus dengan keterangan " tanpa kewarganegaraan (stateless)" sebagai identitas dan izin tinggalnya di Singapura.

6 dari 12 halaman

© Dream

Penghasilan Goh sebagai penjual tisu hanya Rp116 ribu-Rp580 ribu perhari.

Namun, terkadang tisunya tidak terjual sehingga tak mendapatkan pendapatan sepeser pun.

7 dari 12 halaman

© Dream

Besaran penghasilan tersebut sangat pas-pasan untuk hidup di Singapura yang serba mahal.

Walaupun mendapatkan bantuan sebesar Rp6 juta perbulan dari pemerintah Singapura, Goh masih hidup serba kekurangan.

8 dari 12 halaman

© Dream

Hal ini karena Goh harus membayar tempat tinggal sewaannya sebesar Rp5 juta.

Tak hanya itu, ia memiliki gangguan kesehatan yakni tak bisa berjalan dengan baik dan hanya bisa melihat menggunakan satu mata. Pria tersebut harus sering kontrol ke dokter dan menghabiskan Rp5 juta setiap kunjungan.

9 dari 12 halaman

© Dream

Karena itulah, Goh memilih menabung uangnya dan makan satu kali sehari untuk berhemat.

“Saya tidak berani makan terlalu banyak. Jika banyak orang membeli tisu maka saya dapat membelanjakannya untuk makanan dan pengeluaran sehari-hari lainnya,” ungkap pria berusia 76 tahun tersebut.

10 dari 12 halaman

© Dream

Kondisi hidupnya yang sebatang kara tanpa keluarga di Singapura membuat Goh pasrah. Ia menjalani kehidupan sambil menunggu kematiannya.

“Saya hidup dari hari ke hari dan hanya menunggu untuk mati,” kata Goh.

11 dari 12 halaman

© Dream

Meskipun tanpa kewarganegaraan, Goh menganggap Singapura adalah rumahnya.

Namun, ia memiliki harapan mengunjungi Malaysia suatu hari untuk mengobati kerinduan terhadap kampung halamannya. Tetapi, pria itu kebingungan karena tidak memiliki paspor untuk masuk ke Malaysia.

12 dari 12 halaman

“Sudah 70 tahun, semua orang di kampung halaman saya pasti sudah meninggal. Saya tidak tahu apa yang tersisa di sana dan saya juga tidak memiliki paspor, bagaimana caranya ke Malaysia,” 

Beri Komentar