© 2025 Https://www.dpr.go.id
DREAM.CO.ID - Ketahanan pangan nasional tidak hanya ditentukan oleh luasnya lahan pertanian, tetapi juga oleh efisiensi distribusi dan ketersediaan infrastruktur pendukung yang memadai. Hal inilah yang menjadi fokus Komisi V DPR RI dalam memperkuat sistem pangan nasional melalui perbaikan jalan dan jaringan irigasi di berbagai daerah.
Dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (15/10/2025), Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Iwan Darmawan Aras menegaskan bahwa DPR berkomitmen mengawal pembangunan infrastruktur strategis yang berpengaruh langsung terhadap produktivitas petani dan stabilitas harga pangan.
“ Untuk mendorong kemakmuran petani, kami di Komisi V bersama mitra kerja seperti Kementerian PU berfokus pada perbaikan infrastruktur pendukung ketahanan pangan. Salah satunya dengan menekan harga logistik atau biaya pengangkutan melalui peningkatan kualitas jalan di daerah-daerah sentra produksi,” ujar politisi Fraksi Partai Gerindra tersebut.
Iwan menilai, tingginya biaya transportasi akibat jalan rusak telah lama menjadi beban bagi petani dan penyebab naiknya harga pangan di pasar. Dengan infrastruktur yang baik, rantai pasok pertanian akan lebih efisien, harga lebih stabil, dan keuntungan petani meningkat. “ Biaya angkut yang tinggi karena kondisi jalan rusak atau tidak terhubung dengan baik menyebabkan harga pangan di pasar melonjak. Petani rugi, konsumen juga dirugikan. Karena itu, peningkatan jalan desa dan jalan usaha tani menjadi perhatian serius kami di DPR,” tegasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2025 menunjukkan biaya logistik sektor pertanian Indonesia masih mencapai 29 persen dari total biaya produksi—lebih tinggi dari rata-rata negara ASEAN yang berkisar 19–21 persen. Sementara itu, sekitar 34 persen jalan daerah masih dalam kondisi rusak ringan hingga berat, terutama di kawasan penghasil padi dan hortikultura.
Untuk mengatasi hal ini, DPR RI terus mendorong percepatan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2023 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah (Inpres Jalan Daerah). Program tersebut menargetkan perbaikan lebih dari 10.000 kilometer jalan dalam tiga tahap dan akan dilanjutkan hingga dua tahun mendatang.
“ Saat ini sudah ada Inpres Jalan Daerah tahap pertama, kedua, dan bahkan tahap ketiga. Insya Allah akan terus berlanjut selama dua tahun berturut-turut dalam rangka mendukung peningkatan infrastruktur untuk ketahanan pangan,” kata Iwan.
Namun, keberhasilan program ini, lanjutnya, sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Komisi V meminta agar pemerintah daerah lebih aktif dalam memenuhi persyaratan administratif dan teknis agar dapat mengakses program tersebut. “ Banyak usulan daerah yang akhirnya tertunda hanya karena syarat-syarat administratif tidak dilengkapi,” paparnya.
Selain jalan, Iwan juga menyoroti pentingnya sistem irigasi yang optimal sebagai tulang punggung produktivitas pertanian nasional. Berdasarkan data Kementerian PUPR tahun 2025, dari total 7,2 juta hektare lahan irigasi di Indonesia, sekitar 30 persen mengalami kerusakan ringan hingga berat, yang berpotensi menurunkan produktivitas padi nasional hingga 1,5 juta ton per tahun.
“ Kami juga akan meminta agar Ditjen Sumber Daya Air bisa lebih memaksimalkan fungsi irigasi. Mulai dari jaringan utama hingga saluran tersier di tingkat petani harus diperbaiki dan dirawat,” ujarnya.
Bagi Komisi V, pembangunan infrastruktur bukan sekadar proyek fisik, melainkan investasi sosial-ekonomi yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan petani. Jalan yang baik mempermudah akses ke pasar, sementara irigasi yang lancar memastikan pasokan air bagi sawah rakyat.
“ Kita ingin memastikan bahwa setiap kebijakan infrastruktur punya manfaat langsung bagi petani. Jalan yang diperbaiki harus menghubungkan area produksi dengan pasar, dan irigasi yang dibangun harus betul-betul mengairi sawah rakyat, bukan hanya kawasan industri atau perkebunan besar,” tegas Iwan.
Menurut laporan Indeks Ketahanan Pangan Nasional 2025, wilayah yang mendapat dukungan infrastruktur jalan dan irigasi menunjukkan peningkatan produktivitas hingga 15 persen. Salah satu contohnya adalah Provinsi Sumatera Selatan, yang mencatat pertumbuhan produksi gabah mencapai 5,8 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 8,4 persen dibanding tahun sebelumnya.
Menutup pernyataannya, Iwan berharap perbaikan infrastruktur jalan dan irigasi yang tengah berjalan akan membawa manfaat langsung bagi petani. “ Tujuan akhirnya adalah kemakmuran petani. Ketika infrastruktur jalan dan irigasi terbangun dengan baik, maka biaya transportasi turun, hasil panen meningkat, dan harga jual menjadi lebih stabil. Itu yang sedang kita perjuangkan bersama,” pungkasnya.
Advertisement
Belajar Lebih Dalam Wastra Nusantara Bersama Komunitas Pemuda Berkain

Film Abadi Nan Jaya Zombienya Indonesia: Sinopsis, Daftar Pemain, dan Link Streaming

Mengenal Pewarna Karmin Berbahan Dasar Serangga, Apakah Halal?

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget
