Longsor Tasikmalaya (Merdeka.com)
Dream - Puluhan warga yang terdampak bencana tanah longsor di Kampung Mekarsari Desa Cikubang, Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya, dipaksa mengungsi. Hal ini terjadi setelah rumah-rumah mereka tak bisa lagi ditempati akibat bencana longsor pada Jumat 19 Juni 2020.
Setidaknya terdapat 30 kepala keluarga (KK) atau 94 jiwa (warga) yang terdampak longsor. Warga terpaksa mengungsi di tenda darurat, musala, hingga rumah warga yang dianggap aman. Salah satu warga yang terpaksa mengungsi adalah Kartika (36).
" Sejak kejadian longsor saya harus tinggal dan tidur di tenda darurat karena rumah saya terkena dampak longsor. Kalau tinggal kembali di rumah saya takut. Kondisi tanah di sekitar rumah sudah retak-retak. Rumah-rumah tetangga di sekitar juga kondisinya sama," katanya, Rabu 24 Juni 2020.
Dari catatan di posko pengungsian, memang terdapat 30 rumah yang terkena dampak longsor di Kabupaten Tasikmalaya itu. Empat rumah diantaranya mengalami rusak berat, sembilan retak-retak, 17 rumah terancam, ditambah setengah hektar lahan sawah tertimpa longsor.
Kartika menyatakan, selama di pengungsian, ada sekitar 20 pengungsi yang tinggal di dalam tenda. Sedangkan laki-laki tinggal di musala. Beberapa warga pun ada yang tinggal di rumah tetangga.
Saat ini Kartika menyebut, kebutuhan yang mendesak bagi para pengungsi adalah logistik, selimut, pakaian, dan kasur. Hal tersebut menurutnya sangat dibutuhkan karena udara di malam hari sangat dingin.
" Kita warga tentu sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah. Kita berharap warga yang terdampak longsor ini direlokasi ke tempat yang lebih aman karena rumah-rumah sekarang kan tidak bisa ditinggali. Ini barang-barang berharga juga dititipkan ke rumah tetangga agar aman," ujarnya.
Ketua Rukun Warga (RW) setempat, Supriatna mengatakan, bencana tanah longsor di wilayahnya itu memang baru pertama kali terjadi. Kerugian akibat bencana itu pun mencapai ratusan juta rupiah dan sumber penghasilan warga, yaitu sawah ikut terancam longsor.
Ia mengaku, pihaknya sudah mulai berkoordinasi dengan pemerintah untuk penanganan jangka panjang. Selain itu, dia mengatakan, seluruh warga sudah siap direlokasi, asal semuanya.
" Di dekat sini ada tanah milik desa. Rencananya, warga yang terdampak akan direlokasi ke tempat itu. Kalau di sana tanahnya tidak rawan longsor. Sekitar 2 kilometer dari sini. Tapi memang belum bisa memastikan kapan realisasi relokasi dapat dilakukan karena harus menunggu keputusan dari pemerintah daerah," katanya.
" Kita harap secepatnya, karena warga sudah takut ke rumah apalagi kalau hujan. Semua sudah retak, susah diperbaiki. Kata BPBD juga gak boleh ditempati lagi karena rawan longsor lagi," tutupnya.
(Sah, Sumber: Merdeka.com)