Sekelompok Mahasiswa PhD Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Ada Alasan yang Tak terduga

Reporter : Editor Dream.co.id
Selasa, 23 Juli 2024 15:00
Sekelompok Mahasiswa PhD Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Ada Alasan yang Tak terduga
"Gaji tinggi tidak selalu membawa kebahagiaan. Orang muda harus punya minat. Bahkan hal-hal kecil bisa membawa kesenangan."

1 dari 11 halaman

Sekelompok Mahasiswa PhD Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Ada Alasan yang Tak terduga

Sekelompok Mahasiswa PhD Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Ada Alasan yang Tak terduga © Lulusan S2 Gelar PhD Rela Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Prinsipnya Bikin Merinding: Gaji Tinggi Tidak Menjamin Kebahagiaa 2024 dream.co.id

2 dari 11 halaman

© Lulusan S2 Gelar PhD Rela Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Prinsipnya Bikin Merinding: Gaji Tinggi Tidak Menjamin Kebahagiaa 2024 dream.co.id

Dream - Sebuah kedai sosis bakar pinggir jalan di Provinsi Guangdong, China, tiba-tiba jadi pembicaraan hangat netizen. Kedainya viral di media sosial bukan masalah rasa atau harganya, melainkan karena para penjualnya.

3 dari 11 halaman

Penjualnya Mahasiswa S2 Jurusan Filsafat

Pasalnya, yang jadi penjual kedai bakar tersebut adalah sekelompok mahasiswa PhD dari Universitas Sun Yat-sen jurusan filsafat.

Meskipun terkesan tidak menghasilkan banyak uang, mereka justru menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Bagi mereka, gaji tinggi tidak selalu menjamin kebahagiaan.

4 dari 11 halaman

Tujuan Buka Kedai Sosis Bakar di Kaki Lima

Kedai sosis ini bukan hanya untuk mencari keuntungan, tetapi juga sebagai wadah untuk bertukar pikiran dan bersosialisasi.

Mereka ingin membuka ruang diskusi filosofis dengan para pelanggan.

" Silahkan membeli sosis enak dan bertukar pikiran dalam hal akademis filsafat dengan kami," tulis mereka di depan kedainya.

5 dari 11 halaman

Sosis sebagai Medium Diskusi

Sosis sebagai Medium Diskusi © "Gaji tinggi tidak selalu membawa kebahagiaan. Orang muda harus punya minat. Bahkan hal-hal kecil bisa membawa kesenangan." Shutterstock

Ziheng, salah satu pendiri kedai, menjelaskan bahwa sosis digunakan sebagai medium untuk bertukar pikiran dengan pelanggan dan membangun pertemanan baru.

6 dari 11 halaman

© Dream

" Kami semua terlibat dalam riset filsafat dan berharap sosis bisa digunakan sebagai medium untuk bertukar pikiran dengan pelanggan dan berteman baik dengan mereka," katanya.

7 dari 11 halaman

Mereka mengubah penjualan sosis menjadi dialog bergaya Socrates yang santai dan fleksibel mengenai berbagai topik filosofis.

Sambil menyiapkan sosis, mereka dengan senang hati menjawab pertanyaan pelanggan tentang isu sosial, teori, atau pengalaman pribadi.

8 dari 11 halaman

© Lulusan S2 Gelar PhD Rela Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Prinsipnya Bikin Merinding: Gaji Tinggi Tak Menjamin Kebahagiaan 2024 dream.co.id

Meskipun terkesan sederhana, mereka menemukan kebahagiaan dalam menjalankan kedai sosis ini. Terlebih lagi, dijalankan saat malam hari, mereka mendapat 'healing' setelah penat karena bekerja dan belajar.

9 dari 11 halaman

© Lulusan S2 Gelar PhD Rela Jualan Sosis Bakar Pinggir Jalan, Prinsipnya Bikin Merinding: Gaji Tinggi Tak Menjamin Kebahagiaan 2024 dream.co.id

" Bagi mahasiswa yang biasanya kuliah di kampus, berjualan sosis di pinggir jalan memungkinkan kami bertemu berbagai macam orang, menjadi cara unik untuk berhubungan dengan masyarakat," ujar Ziheng.

10 dari 11 halaman

'Gaji Tinggi Bukan Jaminan Bahagia'

Setiap malam, mereka menghasilkan rata-rata Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Meskipun tidak banyak, mereka tetap tekun karena bisnis ini membawa mereka kebahagiaan.

" Gaji tinggi tidak selalu membawa kebahagiaan. Orang muda harus punya minat. Bahkan hal-hal kecil bisa membawa kesenangan," kata Pangda, salah satu penjual.

11 dari 11 halaman

Kisah mereka menuai berbagai komentar publik. Ada yang memuji dedikasi mereka untuk berbagi ilmu, namun ada juga yang menyayangkan karena mereka dianggap menyia-nyiakan pendidikan mereka.

Terlepas dari pro dan kontra, kisah ini menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari harta dan jabatan. Bagi mereka, kebahagiaan terletak pada kesederhanaan.

Beri Komentar