Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Terinfeksi Covid-19 menjadi pengalaman tersendiri yang tidak akan bisa dilupakan Kiai Ahmad Fakhruddin Fajrul Islam. Dia merasakan betul bagaimana rasanya terserang Covid-19.
Kamis malam, 27 Agustus 2020, menjadi hari dimulainya pengalaman cukup mengerikan tersebut. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qowa'id Diwek, Jombang, Jawa Timur itu mengalami demam tinggi saat dirawat tiga hari di rumah sakit swasta.
Akibatnya, dia harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Jombang yang merupakan rumah sakit rujukan Covid-19. Kiai Fachruddin ternyata harus dirawat super intensif di ruang IGD.
Dia ditetapkan dalam status medical crisis lantaran menderita demam tinggi disertai batuk berlendir keruh, dan lemah. Selain Sang Kiai juga mengalami sesak napas parah dengan saturasi oksigen di bawah 75.
" Saya terselamatkan dengan kesigapan tim IGD RSUD Jombang yang langsung mengganti selang oksigen dengan masker oksigen yang ada kantungnya. Hanya ditemani istri yang saya salut bisa menyembunyikan kepanikan," ujar Kiai Fachruddin.
Beberapa saat usai mendapat penanganan medis, Kiai Fachruddin dinyatakan positif Covid-19. Segera saja tim medis membawa Kiai Fachruddin ke ruang isolasi dan tidak boleh didampingi siapapun.
Kiai Fachruddin mengaku stres lantaran berhadapan dengan perawat dengan APD lengkap ditambah suasana lorong yang sepi akibat disterilkan. Mentalnya langsung jatuh ketika mengetahui dari jendela ada banyak mata memandang ke arahnya, seolah seperti pasien berbahaya.
" Ambyar tak karuan pikiran dan hati di tengah sakit tak terperi, di dada sesak. Malam itu di ruangan sendiri dengan suhu kamar yang hangat. Di dalamnya hanya ada jam dinding, telepon, ranjang, meja dan kamar mandi," kata dia.
Kiai Fachruddin menghabiskan malam dengan pikiran kacau. Saat berusaha memejamkan mata, dia merasa tertekan berpadu rasa sakit di bagian dada yang seperti terbakar.
Setiap kali berusaha rebahan dan mencoba santai, perut bawahnya mengejang. Sementara, urusan toilet diharuskan buang air kecil di pispot.
Dia tidak boleh banyak bergerak. Akibatnya, tingkat stresnya meninggi, sampai dia harus memanggil perawat tiga kali hanya untuk memberinya motivasi.
" Awal-awal di ruang isolasi saya kesulitan tidur karena hati dan pikiran kacau," ucap dia.
Di hari ketujuh dan kedepalan, Kiai Fachruddin merasa badannya mulai pulih. Dia pun bertekad untuk sholat dengan duduk dan membaca Alquran.
Dia lalu mengaji meski dengan suara pelan agar tidak batuk. Kiai Fachruddin pun berusaha sebisa mungkin khatam Alquran selama menjalani perawatan, sembari mengiringi dengan zikir harian.
Dia juga kerap memutar rekaman bacaan Alquran Syekh Bandar Baleela dan Syekh Al Mathrud. Dia merasa jauh lebih ringan dan tanpa beban.
" Kekuatan melawan sakit dengan memperbaiki tiga sisi yakni fisik, psikis dan spiritual pada akhirnya akan melahirkan mentalitas baru. Dengan fighting spirit yang sama, saya merasa menjadi manusia baru dengan DNA fighter," ucap dia.
Jumat, 11 September, Kiai Fachruddin dinyatakan sembuh. Dia pun diizinkan pulang setelah menjalani swab test ulang dan dinyatakan negatif Covid-19.
Selama menunggu hasil swab lanjutan, Kiai Fachruddin membaca Juz 16 hingga juz 24. Seketika keringat dingin keluar dari tubuhnya, lalu matanya menitikkan air mata.
Telepon berdering, Kiai Fachruddin mengangkatnya. Suara dari balik telepon menyatakan Kiai Fachruddin sudah sembuh dan boleh pulang namun harus menjalani isolasi lagi selama 14 hari di rumah.
" Mendengar kata sembuh total, saya sujud syukur di atas ranjang sambil air mata kembali berlinang. Istri sudah standby sejak siang di rumah siap jemput," kata Kiai Fachruddin.
Dia meminta semua pihak untuk mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan Pemerintah. Karena Covid-19 bukan dongeng.
" Saya masih akan terus berkampanye anti Covid-19 sebagai survivor yang dinyatakan sembuh," ucap Kiai Fachruddin.
Sumber: NU Online
Advertisement
Wanita Ini Dinikahi Orang Terkaya Dunia, Beda Usia 47 Tahun
6 Tips Bijak Mengawasi Penggunaan HP pada Anak
10 Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Dunia Tahun 2025
Menjelajah Waktu Sejarah Lokal Bareng Komunitas Ciledug Archives
Kenalan dengan Si Ganteng El Putra Sarira, Sosok `Rangga` yang Dipilih Nicholas Saputra