Menteri Agama Fachrul Razi (Muhammad Ilman Nafi'an)
Dream - Menteri Agama, Fachrul Razi, mengajak seluruh abdi negara untuk merangkul semua golongan, terutama di lingkungan Kementerian Agama. Juga menjaga kerukunan dan persatuan bangsa.
" Rangkul semua golongan dan potensi umat dalam semangat kebersamaan, kerukunan dan moderasi beragama," ujar Fachrul dalam pidato Upacara Hari Amal Bakti Kemenag ke-74 di kantornya, Jumat 3 Desember 2019.
Fachrul menegaskan ideologi Negara Indonesia yaitu Pancasila memberikan kebebasan bagi setiap warganya untuk memeluk agama masing-masing tanpa paksaan.
" Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan fundamental modal gang harus melandasi penyelenggaraan negara, pemerintah dan pembangunan serta menyinari ruang kehidupan masyarakat," kata dia.
Menurut Fachrul, konsep kebhinekaan yang tertuang dalam Pancasila menjadi modal mempersatukan anak bangsa meski berbeda etnik, ras, agama dan golongan.
Lebih lanjut, mantan Wakil Panglima TNI itu berpesan kepada seluruh jajarannya untuk senantiasa memahami sejarah Kemenag serta tugas dan fungsinya.
" Jaga idealisme, kejujuran, integritas dan budaya kerja Kementerian Agama di tengah kehidupan yang serba materialistis," kata dia.
Menag meminta jajarannya untuk senantiasa menanamkan semangat bekerja merupakan bagian dari ibadah. Sehingga, rasa ikhlas akan ada setiap melaksanakan tugas.
Dream - Menteri Agama, Fachrul Razi, menyampaikan pesan khusus Presiden Joko Widodo untuk para pegawai di kementeriannya. Menurut dia, Jokowi meminta pegawai Kementerian Agama tidak takut mengambil keputusan.
" Ada pesan Beliau (Presiden Jokowi) yang baik. Kata beliau, ‘kalau itu dipandang baik untuk umat dan bangsa, lakukan tanpa perlu ragu'," ucap Fachrul dikutip dari kemenag.go.id, Jumat 27 Desember 2019.
Fachrul mengingatkan, Kemenag bukanlah kementerian yang membidangi satu agama saja. Sehingga yang dimaksud 'dianggap terbaik' bukan hanya untuk satu agama tertentu saja.
" Kembali lagi, kalau kita bertugas di bidang agama, hantaman pasti banyak. Tidak mungkin tidak," ujar Fachrul.
Untuk itu dia meminta jajarannya bekerja sungguh-sungguh tanpa memandang seseorang dari agama atau golongan tertentu. Dengan demikian, kerukunan antarumat beragama akan selalu terjaga.
" Kalau kita pandang itu baik untuk seluruh umat beragama, dan baik untuk bangsa, jalankan tanpa perlu ada keraguan lagi. Kalau takut diprotes orang, tidur saja di rumah. Tapi, tidur aja juga bisa sakit kan?" kata dia.
Selain itu, Fachrul mengatakan bahwa Jokowi mengucapkan terima kasih kepada jajaran pegawai di Kementerian Agama.
" Kemarin saya dipanggil menghadap Presiden, dan Bapak Presiden mengucapkan terimakasih atas semua yang telah kita lakukan. Dan saya menyampaikan ucapan itu kepada Bapak Ibu sekalian karena apa yang kita capai, pastilah bukan karena saya. Tapi karena kerja keras kita semua," ujar Fachrul.
Dream - Menteri Agama, Fachrul Razi, meminta agar kepala daerah tak lagi melarang warganya melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Masyarakat mempunyai hak kebebasan beribadah sesuai konstitusi.
" Enggak bolehlah. Meski alasannya apa, alasannya kesepakatan, kesepakatan itu kan seolah lex specialis. Ndak boleh, amanat konstitusi enggak boleh ada lagi lex specialis-nya," kata Fachrul, dikutip dari Liputan6.com, Kamis 26 Desember 2019.
Dia mengatakan, UUD 1945 menjamin semua warga negara untuk memeluk agama dan melaksanakan ibadah. Fachrul menyebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sependapat dengan kebebasan tersebut.
Dia menegaskan, pemerintah daerah tidak boleh membuat keputusan yang bertentangan dengan konstitusi. " Terkait semua pihak, khususnya kanwil agama dan semua pejabat daerah harus sepakat sama-sama tegas namanya amanat konstitusi itu enggak ada lain dilaksakan dengan sebaik-baiknya," ucap dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md mengatakan, dugaan adanya larangan ibadah Natal bersama di Dharmasraya dan Sijunjung, Sumatera Barat.
" Alhamdulillah, sekarang ya sampai saat ini ya, secara umum situasinya baik, apa yang disebut diskriminasi di berbagai daerah itu hanya ramai di media sosial," kata Mahfud.
Dream - Kerukunan antar umat beragama dahulu merupakan hal yang sangat terjaga. Masyarakat beda agama bisa hidup rukun dan berdampingan, bahkan bekerja sampai berpuluh tahun tanpa harus khawatir kehilangan prinsip beragamanya.
Cerita hangat soal soal toleransi ini bisa kita lihat dari keseharian Sapari atau akrab disapa Pakde. Pria bersahaja berusia 58 tahun itu sangat dikenal para jemaat GPIB Immanuel Palembang.
" Apa kabar Pakde, sehat kan?" begitu tanya setiap jemaat gereja ketika bertemu dan bersalaman dengannya menjelang misa Natal, Selasa, 24 Desember 2019.
Panggilan Pakde dinobatkan karena dia merupakan perantauan asal Bantul, DI Yogyakarta. Dia tinggal di Palembang sejak 1983 dan mencari nafkah menjadi buruh bangunan.
Empat tahun kemudian, atau tepatnya 1987, Pakde resmi bekerja sebagai sopir mobil gereja GBIP Immanuel Palembang. Pekerjaan itu didapatnya ketika memborong rekonstruksi di rumah salah satu jemaat gereja itu.
" Saya jadi sopir pertama di gereja itu. Gaji waktu itu sama dengan jadi buruh, kira-kira Rp 60 ribu sebulan, tapi jadi sopir lebih santai, pakaian rapi, pakai sepatu, beda saat masih jadi tukang bangunan," ungkap Pakde.
Sebagai penganut Islam, Pakde tidak merasa terganggu dengan pekerjaannya. Setiap hari, ia berkutat dengan aktivitas di gereja.
Tugas utamanya adalah antar jemput pendeta dari kediaman ke gereja, dari gereja ke gereja, dari gereja ke rumah sakit, atau menemui jemaat.
Lokasinya tak hanya di Palembang, tetapi sampai keluar kota dan provinsi, seperti Prabumulih, Lempuing, Pendopo, Karang Endah, hingga Jambi.
" Ya, tugas saya hanya melayani pendeta, ke mana pun dia pergi saya yang antar. Sesekali melayani pengurus gereja kalau ada keperluan," ujarnya.
Selama berhubungan dengan gereja dan pendeta, Pakde mengaku tak pernah sama sekali bersinggungan dengan keyakinan yang dianutnya. Justru menurut dia, pendeta sangat toleran terhadap keimanan Pakde.
" Misal lagi di jalan dan terdengar azan, saya diminta mampir ke masjid, pendeta bilang salatlah dulu kalo sudah masuk waktunya. Ya, saya pikir keimanan pendeta itu sudah tinggi, makanya tidak mau bicara soal keimanan saya, saling menghargai," kata dia.
Ketika tiba di gereja, Pakde juga tak pernah diajak pendeta masuk mendengarkan khutbahnya. Pakde diminta istirahat di mobil atau mengobrol saja dengan warga sekitar gereja.
" Saya tidak pernah meminta dan pendeta juga tidak pernah mengajak masuk ke gereja. Saya kerja profesional, sesuai tugas saya saja, melayani, itu saja," terangnya.
Meski usianya tak muda lagi, Pakde masih menjadi andalan pendeta dan pengurus gereja. Predikatnya kini menjadi sopir senior dan driver satu.
" Sudah 32 tahun menjadi sopir gereja dan melayani pendeta, sampai sekarang masih aktif. Total sudah ada delapan pendeta yang saya layani, rata-rata berasal dari Indonesia bagian timur," ungkapnya.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah