Mengawal Toleransi dari Goresan Kartun

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 25 November 2015 16:06
Mengawal Toleransi dari Goresan Kartun
Kartun menjadi media aspirasi yang cukup efektif dalam melihat fenomena sosial.

Dream - Kartun menjadi media aspirasi yang cukup efektif dalam melihat fenomena sosial. Tidak jarang, kritik sosial dapat tersalurkan dengan unik melalui media gambar ini.

Media ini juga dimanfaatkan oleh para santri dalam menuangkan ide terkait fenomena sosial di dunia Islam Indonesia. 70 Karya kartun unik terpajang dalam pameran bertajuk 'Bernegara dan Beragama yang Santun Berakhlak'.

Salah satu kartun cukup menarik berjudul 'Untitled' karya Aji Prasetyo. Kartun ini menggambarkan tiga orang santri mengendarai motor tanpa helm sehingga ditilang polisi.

Dengan wajah tengil, salah seorang pengendara membela diri, 'Melanggar? Ayat yang mana, hadist yang mana!?' tanya pengendara.

Anggota Dewan Juri Abdullah Ibnu Thalhah menyebut kartun ini seperti menyindir kelompok ekstrim yang kerap menggunakan dalih agama sebagai pembelaan ketika melanggar peraturan. Mereka kerap 'ngeyel' ketika dinyatakan melakukan pelanggaran.

" Lihat, wajah tengil ketiga orang ini. Sudah tahu melanggar hukum, masih saja menghubungkan dengan agamanya," jelas Ibnu kepada Dream, di Galeri Nasional, Selasa, 24 November 2015 malam.

Pameran ini digelar sebagai hasil perlombaan Kartun Santri yang diadakan Kementerian Agama (Kemenag). Kartun berjudul 'Agama dan Bakti Kemanusiaan' karya Muhammad Bahrudin didaulat menjadi juara pertama perlombaan ini.

Bahrudin menyajikan dengan apik ide tentang kemanusiaan melalui sketsa tiga anak berlatar belakang agama berbeda. Ketiga anak itu membantu seorang nenek menyeberang menuju Jalan Damai.

Ibnu menilai karya ini menyajikan optimisme berkembangnya toleransi di negeri ini. Simbol-simbol keberagaman yang tercantum dalam karya ini dapat menjadi inspirasi sikap menjaga nilai-nilai persatuan.

Munculnya kartun sebagai media berkesenian bagi para santri ini menurut Kurator Pameran Kartun Santri Kuss Indarto membawa dampak positif. Baginya, dengan seni inilah sesungguhnya Islam mendapatkan pemaknaan yang lebih mendalam.

" Dengan memadukan kemampuan beragama dan budaya maka akan membuat kehidupan menjadi tidak gersang. Apalagi dalam karya yang ditampilkan ada bungkus eufimistik dengan pendekatan humor," terang dia. (Ism) 

Beri Komentar