Kakek Bungkuk Yang Menjalani Tarawih Di Masjid (Foto: Oh Bulan)
Dream - Kekurangan fisik tak menghalangi semangat kaket ini untuk menjalankan ibadah Sholat Tarawih di masjid. Upayanya melaksanakan sholat di masjid menjadi penggugah semangat umat Islam lain.
Kisah itulah yang terjadi pada kakek bungkuk yang menjalani sholat di Masjid Asyakirin, Singapura. Kakek yang tak disebutkan namanya itu pertama kali diunggah oleh akun Twitter Fatin Afika, @sweettooth_96.
Menurut Fatin, kisah kakek bertubuh bungkuk itu pertama kali ditemukan oleh sang ayah. Di Twitter dia menulis, " Ayah membagi kepada kami kisah mengenai kakek yang dia lihat di masjid. Meskipun kondisinya demikian, dia tetap menjalani 20 rakaat sholat Tarawih tiap hari tanpa putus."
Laman Oh Bulan melansir, Fatin begitu kagum dengan semangat dan keinginan kakek itu dalam beribadah. Sebab, Fatin yang usianya lebih muda, hanya mampu menjalani delapan rakaat Sholat Tarawih.
" Aku merasa berdosa. Di usiaku yang lebih muda dan sehatm hanya melaksanakan sholat delapan rekaat selama beberapa hari," tulis Fatin.
Fatin menyelipkan doa agar Allah selalu memberi kesehatan di beberapa hari terakhir Ramadan ini.
" Semoga Allah memberikan jalan dan petunjuk selama 10 hari terakhir di bulan Ramadan ini. Amin," kata dia.
Kisah kakek ini semoga dapat menjadi penguat semangat umat Islam dalam menjalani ibadah di sisa lima hari bulan Ramadan ini. Insya Allah.
Dream - Ini kisah yang tertulis dalam kitab Mukasyafah Al Qulub, karangan Imam Ghazali. Cerita tentang pemuda penggali makam yang suka mencuri kafan pembungkus jasad yang telah dia kuburkan.
Pada suatu hari, dia mencuri kain kafan jenazaha seorang gadis yang baru dikuburkan. Namun, saat itu membuat nafsunya bangkit. Pemuda itu lalu menyetubuhi jasad gadis itu.
Namun pemuda itu kemudian menyesal. Dia terus menangis di depan rumah Rasulullah. Sehingga terlihat Umar Al-Khattab dan membuatnya menghadap Rasulullah SAW sambil menangis.
Melihat Umar menangis, Rasulullah bertanya, " Wahai Umar, apakah yang membuat engkau hingga menangis seperti ini?"
Jawab Umar, " Ya Rasulullah, ada seorang di muka pintu ini yang yang sudah membakar hatiku."
Berkata Rasulullah, " Ya Umar, bawalah ia masuk." Lalu Umar membawa pemuda yang tengah menangis itu masuk.
Bertanya Rasulullah, " Apakah yang sudah engkau kerjakan hingga engkau menangis?"
Pemuda itu menjawab, " Wahai Rasulullah, saya telah lakukan dosa yang besar! Saya sangat takut pada Allah SWT yang sangat murka kepadaku."
" Apakah Anda mempersekutukan Allah?"
" Tidak Ya Rasulullah."
" Apakah Anda membunuh jiwa yang Anda tiada hak membunuhnya?"
" Tidak Ya Rasulullah."
" Allah akan mengampunkan dosa anda meskipun sebesar tujuh petala langit dan bumi dan bukit-bukit."
" Wahai Rasul Allah, saya sudah lakukan dosa yang lebih besar dari langit, bumi dan bukit-bukitnya."
" Apakah dosamu itu semakin besar dari Arsy?"
" Dosaku lebih besar."
Baca kisah selengkapnya di sini
Dream - Musibah kebakaran mengerikan terjadi di London pada Selasa dini hari waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia. Api melalap dan menghanguskan sebuah apartemen Grenfell. Sejumlah penghuni apartemen selamat dari insiden tersebut.
Adalah Khalid Suleman Ahmed, menjadi sosok pahlawan bagi para penghuni apartemen. Pemuda 20 tahun itu menyelamatkan para penghuni apartemen dari ancaman kobaran api.
Ahmed baru saja pindah ke apartemen itu bersama bibinya. Keduanya tinggal di lantai delapan apartemen itu.
Kepada Huffington Post, Ahmed mengaku sebenarnya dia tidak biasa bangun tengah malam. Tetapi, selama Ramadan, dia selalu bangun dini hari untuk makan sahur.
Saat menyadari ada api, dia segera menggedor pintu tetangganya untuk membangunkan mereka.
" Tidak ada alarm kebakaran yang menyala dan tidak ada peringatan. Saya sedang bermain PlayStation sembari menunggu waktu makan sahur, lalu mencium bau asap. Saya bangun dan menengok keluar jendela dan melihat lantai tujuh terbakar," ujar Ahmed.
" Saya langsung membangunkan bibi saya, lalu berpakaian dan mulai menggedor pintu tetangga-tetangga. Setiap rumah terbuka kecuali dua. Saya melihat orang lain dan hanya satu keluarga yang tidak menyahut. Tetangga sebelah saya tidur begitu lelap," ucap dia.
Saat menyusuri lorong, Ahmed melihat kepulan asap tebal. Dia dan bibinya terus berjalan menuju jalur evakuasi.
Saat sudah berada di tempat aman, Ahmed mengaku api belum melalap rumah mereka. " 20 menit kemudian, rumah kami habis," kata Ahmed.
Selanjutnya, Ahmed mengatakan kepanikan mulai muncul ketika sebagian besar penghuni sudah berada di luar apartemen. Sebagian dari mereka menangis, menyadari anggota keluarganya telah tiada.
" Ada banyak Muslim yang tinggal di sana dan orang-orang memilih bertahan dan menunggu sehingga itu menjadi faktor bagi saya dan para Muslim lainnya (untuk bertindak secepatnya). Ini mungkin menyelamatkan nyawa," kata Ahmed.(Sah)
Dream - Kulit wajahnya sudah berkerut. Menandakan usia yang tak muda lagi. Namun, gerakannya masih gesit. Jemarinya masih lihai meracik bumbu dan mengolah bahan makanan menjadi sajian bercita rasa. Lebih dari 30 tahun, Asrida (57) menjadi juru masak di sebuah rumah makan Padang sebagai usaha mencari nafkah keluarga.
Menjadi janda dengan empat anak tentunya tidak mudah bagi perempuan Minang ini. Terlebih sejak suaminya meninggal 19 tahun silam, tepatnya saat anak bungsunya berusia 6 bulan, Asrida menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Dia harus membanting tulang untuk menjaga asap dapurnya agar terus mengepul.
“ Dari bantu masak di rumah makan, biasanya digaji Rp175 ribu tiap minggunya,” tutur Asrida.
Asrida tinggal di pondok sederhana peninggalan orangtua di Jorong Tiga Batur, Nagari Sungai Tarab, Tanah Datar, Sumatera Barat. Di rumah kayu berukuran sekitar 4x6 meter dan beratapkan seng inilah Asrida berjuang membesarkan keempat anaknya.
Asrida tidak pernah patah arang menjalani hidup dalam himpitan kemiskinan. Wanita berjilbab ini berusaha tegar membesarkan anak dengan penuh kasih sayang. Meskipun dengan susah payah, dia berhasil menyekolahkan semua anaknya. Hanya saja, tidak semuanya bisa mengenyam pendidikan hingga tingkat lanjut.
“ Anak pertama lulusan SD, ke dua SMP, ke tiga SMA sekarang sudah keja dan berkeluarga. Alhamdulillah ini si bungsu bisa lanjut kuliah di UGM,” ungkapnya penuh suka cita.
Asrida tak pernah membatangkan salah satu anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga bangku perguruan tinggi. Putera bungsunya, Deki Putra Ananda, diterima di Program Studi Elektronika dan Instrumentasi (ELINS) FMIPA UGM melalui jalur SNMPTN Undangan.
Deki mendapatkan beasiswa Bidikmisi sehingga dibebaskan dari biaya kuliah hingga delapan semester. Program Bidikmisi ditujukan bagi pelajar berprestasi dari keluarga kurang mampu.
“ Bersyukur sekali akhirnya apa yang diimpikan Deki untuk lanjut kuliah bisa terwujud. Soalnya sejak kecil sudah ingin kuliah, tapi waktu itu saya tidak memperbolehkan karena berat, biayanya banyak saya tidak sanggup,” paparnya dengan mata berkaca-kaca.
Melihat semangat dan kegigihan putera bungsunya dalam menggapai cita akhirnya meluluhkan hati Asrida. Dia pun merestui setiap langkah dan usaha Deki dalam mengejar mimpinya.
“ Anaknya tekun belajar, dari SD sampai SMA selalu mendapat beasiswa sehingga meringankan beban keluarga,” katanya.
Bahkan saat duduk di kelas 3 SMA, Asrida sudah tidak pernah lagi mengeluarkan biaya untuk menghidupi puteranya itu. Deki menjadi salah satu anak asuh dari gurunya di SMA 1 Batusangkar, Tanah Datar.
“ Tinggal di asrama sekolah dan biaya hidup semuanya ditanggung sekolah. Pulang kadang 1 bulan sekali, baru saya kasih uang saku 20 ribu,” ungkapnya.
Melepas Deki untuk mengejar mimpi di UGM tentunya tidaklah mudah bagi Asrida. Terselip rasa was-was dibenaknya bagaimana puteranya bisa bertahan di tanah perantauan. Namun, demi kebahagiaan dan masa depan yang lebih baik dia pun merelakan Deki untuk berangkat ke Yogyakarta.
“ Semoga bisa lancar kuliahnya dan kelak bisa sukses serta mengangkat derajat keluarga,” harap Asrida.
Ingin menjadi insinyur
Hidup dalam keadaan pas-pasan, bahkan serba kekurangan, tak menyurutkan semangat Deki dalam menggapai cita-cita. Kondisi itu justru melecut Deki untuk giat belajar dan berprestasi di sekolah. Hasilnya, sejak SD hingga SMA dia selalu masuk dalam posisi 4 besar di kelas.
Ketika masih sekolah di SMA, Deki hanya diberikan uang saku pas-pasan untuk biaya ojek pulang pergi ke sekolah. Sementara untuk kebutuhan lainnya, Deki tidak pernah meminta banyak ke ibunya.
Pria kelahiran 15 Juni 1998 ini memiliki impian suatu saat kelak bisa menjadi insinyur kebanggaan Indonesia. Dia ingin meniru jejak BJ Habibie, sosok yang begitu menginspirasinya. Oleh sebab itu, dia memutuskan mengambil jurusan ELINS di UGM dengan harapan bisa menghantarkannya meraih cita-cita menjadi insinyur yang mampu mengharumkan nama bangsa.
“ Bapak Habibie merupakan sosok idola saya. Kalau Pak Habibie dari ITB, maka saya ingin menjadi penerus Habibie dari UGM,” tuturnya.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN