Ilustrasi Kakek Wardin Yang Hidup Sebatang Kara. (Foto: Instagram/@rumahyatim)
Dream - Statistik negara boleh saja mengklaim ekonomi mulai membaik. Namun nyatanya, masih banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tak sedikit orang sulit memenuhi kebutuhan hidup, bahkan hanya sekdar makan.
Seperti kisah Wardin. Hidupnya sebatang kara. Sudah begitu tinggal di gubuk reyot. Meski hidup di jurang kemiskinan, dia tak menyerah. Raganya memang tak lagi perkasa. Namun dia tak mau meratapi nasib. Kakek itu tetap membanting tulang demi sesuap nasi.
Dengan tenaga terbatas, Wardin menjadi pemulung. Memungut sampah dan mengubahnya menjadi duit. Seperti apa kisahnya? Simak selengkapnya berikut ini.
Kakek 62 tahun itu tak bisa bersantai seperti manusia senja kebanyakan, yang lebih banyak menghabuskan waktu bersama anak dan cucu. Wardin justru menghabiskan masa senja dengan nasib yang tak begitu mujur.
Ia kerja keras banting tulang mememungut botol-botol bekas dan barang lainnya yang bisa dijual. Hasil dari kegiatan memulungnya itu hanya cukup untuk membeli makan. Bahkan tak jarang ia tidak makan karena pendapatan hariannya tak mencukupi.
Kakek Wardin memulung dengan menaiki sepede tuanya. Rongsokan yang sudah terkumpul ia serahkan kepada pengepul untuk ditukar pundi-pundi rupiah.
Hal ini dengan sukarela ia lakukan demi menyambung hidupnya. Mengingat kini ia sudah tinggal sebatang kara dalam sebuah gubuk reot yang benar-benar tidak layak untuk dihuni.
" Inilah rumah seorang lansia pencari rongsok, setiap hari kakek tidur di gubuk tak layak ini, rasa khawatir selalu menghantui kakek, bagaimana jika saat kakek tertidur pulas rumahnya ambruk dan menimpa kakek?” tulis akun Instagram @rumahyatim.
Kisah pilu Wardin bermula dari dirinya ditinggal sang istri. Diketahui sampai sekarang sang istri tidak pernah kembali. Tidak diketahui kemana istrinya pergi. Sebab tak ada kabar tentang keberadaannya.
Pada awalnya sang istri pamit pergi dari rumah dengan alasan bekerja. Akan tetapi hingga saat ini, sang istri tidak pernah kembali dan membuat kakek Wardin hidup sebatang kara.
" Istri Kakek pergi untuk bekerja dan tidak pernah kembali. Kakek Wardin mencari rongsok setiap hari sampe jam 11, dan menjual ke pengepul dengan jarak 1 KM," lanjut keterangan pada akun pengunggah.
Nasib malang kakek Wardin tidak berhenti di situ saja. Rupanya ia menderita penyakit sesak napas yang membuatnya semakin kesulitan.
Mengingat pendapatannya hanya cukup untuk makan sehari-hari, ia tidak pernah mengobati penyakit yang dideritanya. Bahkan ia rela menahan sakitnya dan tetap bekerja memulung setiap hari sampai jam 11 serta menjualnya ke pengepul dengan jarak 1 kilometer.
" Kakek wardin mempunyai penyakit sesak dan jarang untuk di obati," bunyi keterangan pada unggahan.
View this post on Instagram
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu