Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Menjalani hubungan asmara, rindu bertemu kekasih tentu jadi hal wajar. Jika sudah tak tahan, berkencan bisa jadi alternatif.
Tapi, bagaimana jika kencan dilakukan di tengah lockdown? Bukan senang didapat malah kantong jadi bocor.
Kejadian ini dialami sepasang kekasih di Malaysia. Keduanya kena denda masing-masing 5 ribu ringgit, setara Rp17 juta, lantaran melanggar aturan lockdown demi bisa kencan. Total denda yang harus dibayar keduanya mencapai 10 ribu ringgit, setara Rp34 juta.
Keduanya terjaring razia penyekatan saat dalam perjalanan lintas batas daerah dari Kuala Muda menuju Yan, Kedah. Peristiwa itu terjadi pada Senin, 31 Mei 2021, sekitar pukul 10.45 waktu setempat atau 09.45 WIB.
Kepala Kepolisian Daerah Yan, Deputi Superintendan Shahnaz Akhtar Haji, mengatakan pasangan berusia 22 dan 24 tahun itu menyeberang batas daerah tanpa izin. Mereka pun terkena ketentuan Perintah Kendali Pergerakan (MCO).
" Hasil pemeriksaan didapati pasangan ini tak bisa menunjukkan dokumen pergerakan lintas daerah dan melanggar Perintah Kendali Pergerakan," ujar Shahnaz, dikutip dari Astro Awani.
Menurut Shahnaz, pasangan muda ini berasal dari Kuala Muda dan datang ke Yan untuk jalan-jalan. " Mereka mengaku melanggar Standar Operasional Prosedur (SOP)," ucap dia.
Pasangan muda-mudi ini kemudian dibawa ke Kantor Kepolisian Daerah Kuala Muda untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keduanya lalu dikenai denda sesuai Pasal 4(1) Aturan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (PPDPPB) Nomor 2 2021.
Dream - Lonjakan virus corona yang semakin mematikan di Malaysia menghabiskan sumber daya medisnya, dengan bangsal kritis terisi dan beberapa pasien ditolak atau menunggu lama.
Akibatnya, lebih banyak ruang perawatan diubah menjadi bangsal Covid-19. Hal ini berdampak pada fasilitas perawatan pasien non-Covid-19 yang semakin sedikit.
Pihak berwenang mengatakan negara itu, yang sekarang memiliki lebih banyak kasus per juta orang daripada India, belum mencapai tahap di mana petugas kesehatan harus menentukan prioritas dalam memilih pasien untuk perawatan berdasarkan peluang mereka untuk bertahan hidup.
Tetapi ada tanda-tanda keluarga pasien non-Covid-19 mulai harus membuat keputusan seperti itu tentang orang yang mereka cintai di tengah krisis.
Seorang petugas kesehatan di rumah sakit utama di Kuala Lumpur mengatakan beberapa pasien yang membutuhkan perawatan kritis terpaksa ditolak. Ini lantaran tidak tersedia tempat tidur.
" Kami mencoba untuk mengakomodasi semua, tetapi kami tidak selalu memiliki ventilator dan tempat tidur," kata petugas rumah sakit, yang berbicara tanpa menyebut nama, kepada The Straits Times.
Dia menceritakan sebuah insiden di mana keluarga pasien non-Covid-19 yang sakit kritis diberitahu untuk memilih antara membawa orang yang mereka cintai pulang sehingga meninggal di rumah atau tetap menahan pasien di rumah sakit dengan hasil yang sama.
Keluarga pasien Covid-19 juga menghadapi perjuangan untuk mengamankan tempat tidur perawatan kritis untuk orang yang mereka cintai.
Seorang profesional yang baru-baru ini kehilangan ayahnya berusia 85 tahun karena komplikasi terkait virus corona mengatakan ketika dia didiagnosis dengan Covid-19, dibutuhkan waktu lebih dari 12 jam bagi keluarganya untuk mendapatkan tempat tidur di sebuah rumah sakit semi-pemerintah di Selangor. Tempat tidur penuh di semua rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 dalam kondisi kritis.
" Dokter yang merawat ayah saya menelepon setiap rumah sakit di kota yang masih menyediakan tempat tidur untuknya begitu hasil tes kembali positif. Itu adalah saat yang menegangkan bagi kami karena ayah juga seorang pasien dialisis," kata pria tersebut.
Negara bagian utara Kedah, yang mengalami lonjakan drastis dalam beberapa pekan terakhir, menyatakan mereka mungkin tidak lagi menerima pasien sakit kronis di unit perawatan intensif (ICU). Entah apakah mereka pasien Covid-19 atau bukan.
" Saya merasa berat hati apakah akan mengumumkan hal ini, tetapi saya harus mengatakannya. Dalam kasus tertentu, dokter harus memilih siapa yang akan dikirim ke ICU, dan jika pasien sakit parah dan tidak memiliki harapan, kami tidak memasukkan mereka ke ICU," kata anggota Dewan Eksekutif Kesehatan Kedah, Mohd Hayati Othman.
Malaysia saat ini berada di pekan ketiga lockdown yang dijadwalkan berlangsung selama sebulan. Ini merupakan lockdown ketiga kalinya sejak pandemi untuk menangani peningkatan infeksi.
Sayangnya, lockdown tidak menunjukkan tanda-tanda meredakan beban kasus. Sejumlah negara bagian secara konsisten mencatakan rekor angka infeksi dan kematian dalam seminggu terakhir.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib