Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini, membantah tuduhan media asing. Tuduhan itu menyebut NU menerima suap dari Pemerintah China agar bungkam atas isu kemanusiaan yang dialami Muslim Uighur.
" Pemberitaan itu sama sekali tidak benar. Tidak ada aliran dana apapun bentuknya terkait dengan isu muslim Uighur," ujar Helmy dalam keterangan tertulisnya, Selasa 17 Desember 2019.
Tuduhan tersebut bermula dari artikel media berbasis di Amerika Serikat, Wall Street Journal (WSJ). Dalam laporannya, WSJ menuding tiga ormas Islam di Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima suap dari China.
Helmy berujar NU merupakan organisasi keagamaan yang independen dan tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun.
" Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang independen dan tidak terikat dan tidak bisa didekte oleh pihak manapun," kata dia.
Helmy juga menegaskan NU memiliki sikap selalu menentang segala bentuk kekerasan. Terlebih, kekerasan itu dilakukan terhadap umat Islam.
" Prinsipnya adalah menolak segala bentuk kekerasan dan perlakuan yang mencederai kemanusiaan," ucap dia.
Sebelumnya, PP Muhammadiyah juga telah menyatakan sikap terkait masalah ini. Dalam konferensi pers yang digelar Senin siang, Muhammadiyah meminta WSJ untuk meminta maaf terkait artikel mengenai nasib umat Islam Uighur.
" Kami minta klarifikasi dari wartawan tersebut dari mana sumbernya agar beliau menjelaskan, karena kalau tanpa memberikan sumbernya itu namanya provokasi dan tuduhan. Kalau memang sumbernya ada, siapa?" kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Muhyiddin Junaidi. (Beq)
Dream - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah angkat bicara terkait artikel media asal Amerika Serikat, Wall Street Journal (WSJ) yang menuduh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima suap dari China. Penyuapan itu diberikan agar dia tidak berbicara lantang terhadap masalah muslim Uighur.
" Menyesalkan pemberitaan Wall Street Journal yang menyebut adanya fasilitas dan lobi-lobi pemerintah Tiongkok terhadap PP Muhammadiyah, NU dan MUI," ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti di kantornya, Jakarta, Senin, 16 Desember 2019.
Dalam kesempatan itu, Muhammadiyah juga meminta pemerintah China menghentikan segala pelanggaran HAM yang menimpa muslim Uighur.
Muhammadiyah juga mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi terhadap pelanggaran HAM yang menimpa warga muslim di Uighur, Rohingya, Palestina, Suriah, Yaman, India.
Selain itu, Muhammadiyah meminta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menggelar sidang khusus terkait masalah Muslim Uighur.
Mu'ti melanjutkan, Muhammadiyah juga mendesak pemerintah Indonesia untuk bertindak secara aktif mengenai masalah ini.
" Mendesak pemerintah Indonesia agar menindaklanjuti arus aspirasi umat Islam dan bersikap lebih tegas untuk menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM di Xinjiang," kata dia.
Dream - Gelandang Arsenal, Mesut Ozil, mengkritik peran dunia Muslim terhadap penanganan etnis Uighur di China, Jumat 13 Desemeber 2019. Kritik tersebut ditulis Ozil di Twitter pribadinya.
“ (Di Cina) Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah teologi Islam, madrasah dilarang, cendekiawan agama dibunuh satu per satu. Terlepas dari semua ini, umat Islam tetap diam,” tulis Ozil.
Menurut Sky News, akibat pernyataan itu, stasiun televisi China, CCTV 5, enggan menayangkan pertandingan penting Arsenal melawan Manchester City.
CCTV 5 beralasan, pernyataan Ozil membuat kecewa penggemar sepak bola dan otoritas resmi sepakbola China. Laga tersebut berkesudahan dengan kemenangan Manchester City, 0-3.
#Hay?rl?CumalarDo?uTürkistan ???????? pic.twitter.com/dJgeK4KSIk
— Mesut Özil (@MesutOzil1088)December 13, 2019
Sebagai ganti siaran langsung, CCTV 5 menayangkan siaran ulang Totenham Hotspur melawan Wolves yang berkesudahan 2-1.
China merupakan pangsa pasar besar Premier League. Hak siar Premier League di China mencapai 700 juta dollar, atau sekitar Rp981 miliar, untuk musim 2019 hingga 2022.
Arsenal belum memberi komentar resmi mengenai pernyataan Ozil. Klub London Utara itu membagikan penjelasan untuk penggemarnya di China melalui Weibo.
" Konten tersebut merupakan ekspresi personal dan pendapat pribadi Ozil. Sebagai klub sebakbola, Arsenal selalu menganut prinsip tidak terlibat dalam politik," tulis Arsenal.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati