Pandemi Covid-19 Masih Buruk, Mahfud MD: Tenang, Anggap Flu Biasa

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Senin, 26 Juli 2021 17:00
Pandemi Covid-19 Masih Buruk, Mahfud MD: Tenang, Anggap Flu Biasa
"Ibnu Sina yang mengatakan kalau kamu ingin sembuh ya tenang aja, ingin selamat ya tenang aja, jangan panik," kata Mahfud MD.

Dream - Ditengah angka kasus aktif Covid-19 di Indonesia yang masih mengkhawatirkan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menpolhukam), Mahfud MD, mengajak masyarakat tetap tenang.

Mahfud mengajak para tokoh agama di Jawa Barat saling bekerjasama membangun ketenangan agar imunitas masyarakat tetap terjaga. 

" Bagaimana agar kita menjaga imunitas itu? Ketenangan. Mari bangun ketenangan masyarakat, jangan ditakut-takuti," kata Mahfud MD dalam dialog virtual dengan tokoh agama Jawa Barat yang diunggah kanal YouTube Kemenkopolhukam, Minggu 25 Juli 2021.

1 dari 4 halaman

Tenang dan Anggap Flu Biasa

Mahfud meminta masyarakat tetap tenang dan menganggap virus corona sebagai penyakit flu biasa. " Bahwa penyakit ini sama dengan kita flu, beli Decolgen selesai, kalau kita tenang itu biasa. Anggap begitu aja," tuturnya.

Dia juga mengingatkan bahwa kini sudah ada vaksin dan obat penunjang terapi Covid-19, sehingga masyarakat bisa tetap tenang. Ia juga menyinggung tentang dalil ilmu kedokteran yang dikatakan oleh Ibnu Sina soal imunitas.

" Ibnu Sina yang mengatakan kalau kamu ingin sembuh ya tenang aja, ingin selamat ya tenang aja, jangan panik. Apa kata beliau? Panik itu adalah separuh dari penyakit, tapi tenang itu adalah separuh dari obat. Nah, berarti kalau kita tenang, kita sudah sembuh separuh," tutur Mahfud MD.

Sementara untuk kondisi fisik, ia juga menyampaikan beberapa hal yang perlu dilakukan masyarakat.

" Tinggal fisiknya, fisiknya apa? Fisiknya sabar, berdoa, mencari obat, sabar itu artinya tangguh, sabar itu bukan ngalah. Itu adalah permulaan dari kesembuhan," ujar Mahfud MD.

2 dari 4 halaman

Epidemiolog: Bukan PPKM, Kasus Covid-19 Turun karena Sampel Sedikit

Dream - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria Wiratama, menyebut, PPKM Darurat yang diberlakukan pemerintah selama beberapa pekan terakhir belum mampu menurunkan kasus positif Covid-19. Menurut Bayu, penurunan kasus baru terjadi karena jumlah sampel yang dites menurun.

“ Belum terlihat penurunannya. Kalaupun turun diikuti jumlah tes yang turun juga,” kata Bayu Satria, dikutip dari Liputan6.com, Senin 26 Juli 2021.

Bayu mengungkapkan, pemerintah juga sudah mengaku adanya penurunan jumlah tes. Sedangkan presentase jumlah kasus positif cenderung stabil.

“ Kalau jumlah yang dites turun otomatis jumlah kasus juga turun. Bisa dilihat dari positivity rate yang cenderung stabil,” ucapnya.

3 dari 4 halaman

Masyarakat Semakin Abai Prokes

Beberapa waktu lalu, beredar kabar vaksinasi menyebabkan peningkatan kasus positif. Padahal tidak ada hubungan antara peningkatan kasus positif dan gencarnya program vaksinasiasi.

Menurut Bayu, peningkatan kasus aktif justru disebabkan masyarakat yang semakin hari abai dengan protokol kesehatan.

“ Bukan karena vaksinnya, karena vaksin aman dan tidak akan menyebabkan sakit Covid-19. Yang mungkin terjadi adalah pelaksanaannya yang tidak terkendali dan menyebabkan 5M tidak bisa dijaga,” katanya.

4 dari 4 halaman

Sulit Capai Herd Immunity

Bayu mengatakan kemungkinan peningkatan kasus Covid-19 sudah terjadi sejak lama, namun karena minimnya jumlah testing sehingga tidak terdeteksi.

“ Kita tidak pernah bisa cukup testingnya sehingga data yang ada itu tidak mencerminkan yang sebenarnya sehingga mungkin sekali di Juni sudah tinggi kasusnya, namun banyak yang masih undetected. Bahkan, diduga sejak Mei banyak kasus yang tidak terdeteksi sudah ada di masyarakat makanya bisa naik sangat tinggi di Juli,” ungkapnya.

Bayu pun menyarakan agar pemerintah terus gencar mempercepat program vaksinasi untuk bisa mencapai herd immunity. Ia mengingatkan, apabila laju vaksinasi masih rendah, target herd imunnity yang diprediksi pada September akan sulit dicapai.

Sumber: Liputan6.com

Beri Komentar