Dream - Zafran, seorang anak bungsu berusia 18 tahun, dilanda amarah ketika mengetahui bahwa kakek dan neneknya akan pindah ke rumahnya.
Kemarahannya semakin memuncak ketika mengetahui bahwa kamarnya dipilih sebagai tempat tinggal sementara bagi pasangan lansia tersebut karena rumah Zafran tidak memiliki kamar tidur kosong lainnya.
" Ibu, ini tidak bisa! Adik tidak mau tidur dengan kakek dan nenek. Tiba-tiba mereka datang, memang apa yang terjadi di desa kakek dan nenek?" tanya pemuda Malaysia itu dengan penuh kekesalan.
Ibunya kemudian menjelaskan bahwa telah terjadi kekacauan yang menyebabkan kakek dan neneknya harus segera meninggalkan rumah mereka di desa.
" Zaf, ini darurat, tolong mengerti. Ayahmu sedang bergegas menjemput kakek dan nenek.
" Kita tidak bisa membiarkan mereka tidur di ruang tamu, terlalu panas. Kakak-kakakmu memiliki bayi, jadi kamarmulah yang paling cocok," jelas ibunya.
Zafran, yang tidak ingin berdebat, hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Namun dia masih bingung dengan informasi yang baru diterimanya.
Bertekad untuk mencari jawaban, Zafran meraih ponsel pintarnya yang sebelumnya dimatikan agar tidak mengganggu keseruannya bermain video game.
" Dari tadi asyik bermain game saja, tidak sempat mengikuti berita. Baiklah, mari kita lihat berita terbaru," gumam Zafran dalam hati.
" Eh! Lima Orang Ditemukan Tewas Tergantung di Dalam Rumah?" Zafran bermonolog dalam hati sambil membaca tajuk artikel.
Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di benaknya setelah membaca beberapa baris kalimat dalam artikel tersebut.
" Penyebab kematian akibat jeratan di leher. Lokasi di Kampung Alor Inai. Tersangka sedang diburu.
" Itu memang desa nenek, tapi rumah mana itu? Keluarga mana? Aku memang jarang bersosialisasi saat pulang kampung, hanya terpaku di kamar dengan gadget.
" Tapi kenapa seluruh desa jadi gempar? Aduh, pusing," Zafran berbicara dengan dirinya sendiri, pikirannya dipenuhi kebingungan.
Setelah Maghrib, kakek dan nenek Zafran tiba di rumah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Zafran yang seharusnya turun ke bawah untuk menyambut kedatangan kakek dan neneknya, terdiam kaku ketika melihat wajah mereka yang pucat pasi dan tubuh yang tampak lemah.
Bapak Zafran kemudian memasuki rumah setelah mengunci mobil. Dia merebahkan punggungnya di sofa sambil menghela napas panjang. Wajahnya tampak berkerut seolah dibebani seribu satu masalah.
Kakak perempuan Zafran beserta suami juga sudah berkumpul di ruang tamu. Zafran adalah anggota keluarga terakhir yang bergabung dalam pertemuan yang mengejutkan ini.
" Maaf anak-anak, kakek dan nenek perlu melakukan apa yang perlu demi kelangsungan keluarga kita. Kamu semua mungkin sudah tahu apa yang terjadi di desa kami. Di zaman Internet ini semua berita cepat menyebar," kata nenek Zafran membuka kisahnya.
Selanjutnya, nenek Zafran bercerita tentang kejadian sebenarnya di desa mereka. Neneknya mengatakan apa yang terjadi di desanya tidak seperti yang diberitakan media.
Tidak seperti seperti yang dibayangkan orang-orang. Apa yang terjadi di desa tersebut bukan pembunuhan, melainkan bunuh diri.
Menurut neneknya, keluarga itu adalah penganut ilmu hitam. Dalam beberapa hari lagi, mereka akan dilahirkan kembali sebagai 'sesuatu' yang bukan manusia.
" Aparat belum mengetahui hal ini. Tapi kakek dan penduduk desa lebih paham. Dengan bantuan ayahmu dan beberapa ustaz, kami sudah 'memagari' seluruh desa.
" Apa yang terjadi di kampung itu selanjutnya insya-Allah hanya akan tersimpan di dalam.
" Kita panjatkan doa kepada Allah agar pertahanan yang didirikan ini dapat bertahan selamanya untuk keselamatan kita semua," jelas nenek panjang lebar.
Zafran ternganga mencoba mencerna cerita tentang alam gaib yang baru diceritakan neneknya. Ternyata sangat berbeda dengan dunia digital yang selama ini dia anggap nyaman.
Selama ini Zafran sudah tahu bahwa keluarganya memiliki warisan kesaktian turun-temurun. Tetapi dia tidak menyangka bahwa kekuatan mereka begitu dahsyat.
" Lindungilah kami sekeluarga Ya Allah," doa Zafran yang tidak bisa tidur sepanjang malam usai mendengar cerita mistik dari neneknya.
Zafran pun memeluk erat tubuh neneknya yang sudah tertidur di sampingnya. Kini perasaan marah telah hilang dan digantikan dengan rasa syukur.
Kampung Alor Inai, dulunya sebuah desa yang ramai, kini telah hilang dari peta dan memudar dalam ingatan masyarakat.
Kawasan tersebut telah dipagari dengan tembok tinggi dan jebakan tersembunyi untuk mencegah orang luar memasuki wilayah terlarang.
Menurut legenda, seluruh desa ditelan perut bumi setelah disumpah karena tragedi yang terjadi di dalamnya. Kisah ini diceritakan Zafran kepada anaknya sebelum tidur, sebagai pengingat akan bahaya yang mengintai di balik misteri Kampung Alor Inai.