Penumpang 'Terpanggang' Hingga Pingsan Di Dalam Pesawat Karena Delay 3 Jam, Maskapai Cuma Kasih Air Mineral
Dream - Penumpang dalam penerbangan Ryanair rute Malaga ke Milan " terpanggang" kepanasan sampai pingsan karena pesawat delay berjam-jam. Meski begitu, maskapai hanya memberi kompensasi air mineral dan uang Rp66 ribu.
Dikutip dari Mirror, kejadian itu terjadi pada 9 Juli 2023. Menurut laporan, pesawat beroperasi saat suhu udara sedang tinggi, mencapai 42 derajat celcius.
Tetapi, pesawat tidak segera take off sesuai jadwal pada pukul 22.00. Tidak ada informasi durasi keterlambatan.
Penumpang mau tak mau menunggu di dalam pesawat tanpa kejelasan. Yang bikin menderita, AC di dalam pesawat tidak dinyalakan.
Penumpang pun seolah dipanggang di dalam pesawat. Bukan hanya satu jam, mereka berada di dalam pesawat itu sampai tiga jam.
Bahkan, sejumlah penumpang menuduh maskapai membiarkan mereka terkunci di dalam pesawat selama tiga jam dan tumbang karena kegerahan.
Pada jam ketiga itulah penumpang mulai makin kepanasan dan panik, beberapa di antaranya bahkan pingsan. Maskapai akhirnya memanggil ambulans dan membiarkan penumpang turun dari pesawat.
Video para penumpang yang sudah tidak berdaya itu viral di media sosial. Cuplikan rekaman pertama menunjukkan orang-orang dengan keringat mengucur dan mati-matian berusaha mengipasi diri mereka sendiri di dalam pesawat.
Di saat bersamaan kru berusaha membuat seluruh penumpang tetap tenang. Rekaman lain menunjukkan penumpang dirawat oleh petugas medis ambulans setelah pingsan dan menderita serangan panik.
Influencer Italia Marco Ferrero yang berada dalam pesawat, menggambarkan situasi itu sebagai penerbangan terburuk dalam hidupnya.
" Pada satu titik saya benar-benar berpikir bahwa saya tidak bisa lagi bernapas dan sesuatu sedang terjadi pada saya," kata dia.
Marco mengatakan bahwa Ryanair sama sekali tidak bertindak dan memudahkan penumpang yang terjebak dalam pesawat tersebut.
" Maskapai tidak memberi bantuan apa pun kecuali kompensasi senilai 4 euro atau Rp66 ribu," kata Marco.
Dia menyebut situasi di dalam pesawat itu seperti dalam ruang sauna dengan pintu terkunci. Dia menyebut maskapai seolah menganggap derita para penumpang sebagai lelucon.
Marco mengatakan bahwa penerbangan ditunda selama 10 jam dan bahkan ketika awak pesawat mulai membagikan air setelah delay satu jam, jumlah air minum itu tidak cukup untuk semua penumpang.
Dia mengatakan juga tidak mungkin pergi ke toilet karena lorong sudah dipenuhi penumpang yang mengalami serangan panik.
Setelah sekitar tiga jam, kru akhirnya mengijinkan penumpang untuk turun dari pesawat, asalkan tidak meninggalkan bandara. Dan, ternyata pesawat baru terbang pukul 22.00, bukan pukul 10.00 seperti jadwal semula.
" Mereka membiarkan kami turun dari pesawat setelah tiga jam di dalam pesawat dengan suhu di luar ruangan 42 derajat celcius dan tanpa AC. Seseorang pingsan, yang lain mengalami serangan panik, diperlukan ambulans," kata dia.
Ivano Giacomelli, dari Asosiasi Konsumen Codici, yang bertugas menetapkan standar dan pedoman untuk berbagai industri, meminta RyanAir bertanggung jawab terhadap kondisi para penumpang.
" Kisah penumpang luar biasa, dan videonya bahkan menunjukkan derita lebih dari lebih dari yang terlihat," kata Ivano.
" Kami akan meminta Ryanair untuk mempertanggungjawabkan apa yang terjadi karena apa yang terjadi tidak dapat diajukan sebagai peristiwa tak terduga yang sederhana," sambungnya.
Advertisement