Asal Mula Aliran Hakekok yang Gelar Ritual Tanpa Busana di Pandeglang

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Sabtu, 13 Maret 2021 12:45
Asal Mula Aliran Hakekok yang Gelar Ritual Tanpa Busana di Pandeglang
Ke 16 orang pengikut aliran Hakekok diamankan saat melakukan ritual dengan telanjang di area perkebunan sawit.

Dream - Polres Pandeglang mengamankan 16 orang diduga penganut aliran sesat Hakekok pada Kamis, 11 Maret 2021. Terduga anggota kelompok aliran sesat itu diamankan di wilayah Perkebunan Sawit PT Globalindo Agro Lestari (GAL), di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang.

Belasan penganut aliran Hakekok tersebut diamankan saat melakukan ritual dengan bertelanjang di area perkebunan sawit. Polisi juga mengamankan pemimpin aliran Hakokek yang diduga sesat atas nama Arya, 52 tahun, warga Kampung Polos, Desa Waringin Kurung, Kecamatan Cimanggu.

Kapolres Pandeglang, AKBP Hamam Wahyudi mengatakan, polisi telah mengamankan sejumlah orang diduga penganut aliran sesat tersebut.

" Betul saat ini sudah kami amankan, dibawa ke Polres. Kami masih pengamanan ke Polres," katanya.

1 dari 4 halaman

Pemimpin Diamankan

Sang pemimpin ajaran, mengajak para anggota untuk mandi secara bersamaan tanpa busana. Ritual ini diketahui diikuti sebanyak 16 orang, terdiri dari 5 anggota perempuan, 8 anggota laki-laki, dan 3 orang anak-anak.

Adapun, kegiatan ritual tersebut baru dilaksanakan sekali dengan tujuan membersihkan diri dari segala dosa dan menjadikan agar lebih baik.

Saat ini Arya, sudah diamankan Mapolsek Cigeulis.

2 dari 4 halaman

MUI Sempat Beri Binaan

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pandeglang, Hamdi Ma'ani mengatakan pihaknya bersama tokoh masyarakat sudah pernah memberikan pembinaan kepada penganut aliran Hakekok Balakusta. Pembinaan dilakukan karena MUI menganggap ajaran tersebut menyimpang.

" Sudah pernah dibina, sudah kondusif, muncul lagi sekarang di luar sepengetahuan kami," tutur Hamdi dalam keterangannya, Sabtu 13 Maret 2021.

Menutut Hamdi, pemeluk aliran Hakekok Balakusta sudah terdeteksi beberapa tahun lalu di Desa Karangbolong, Cigeulis, Banten. Untuk kasus terbaru, dia sendiri telah bertemu dengan pimpinan pemeluk aliran tersebut di Polres Pandeglang.

" Arya (pimpinan aliran) mengakui telah melakukan kesalahan," jelas Hamdi.

3 dari 4 halaman

Diming-imingi

Dalam menggaet anggotanya, Arya ternyata mengiming-imingi pengikutnya dengan menawarkan kesuksesan dunia akhirat hingga kaya raya.

" Pimpinan mempengaruhi mereka apakah mereka ingin selamat dunia akhirat dan ingin mendapatkan kehidupan lebih layak, maka harus mengikuti keyakinan tersebut," kata Kapolres Pandeglang, AKBP Hamam Wahyudi, soal aliran itu di Kejari Pandeglang, Jumat 12 Maret 2021, dikutip Merdeka.com.

Pada 2009, aliran ini pernah dibubarkan masyarakat karena mencabuli dua santriwatinya di padepokan yang berada di Desa Sekon, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, dengan alasan kawin gaib. Namun Hamam mengatakan belum ada indikasi tindakan serupa pada kasus 2021 ini.

" Berdasarkan peyelidikkan kami, tidak ada, jadi tidak ada kegiatan (cabul) seperti itu," tutur Hamam soal aliran Hakekok Balatasutak.

4 dari 4 halaman

Dugaan Aliran Sesat

Pada 2009 silam, Hakekok Balakutak dipimpin oleh Sahrudin, 45 tahun yang merupakan keluarga dari pimpinan saat ini, Arya. Sahrudin sudah meninggal dunia, dan aliran itu diteruskan oleh A. Dulu, pengikutnya berasal dari Jawa Barat, Jakarta dan Banten. A merupakan warga asli Bogor, Jabar.

Hamam membenarkan adanya tiga anak di bawah umur yang ikut serta dalam mandi tanpa busana bersama di Desa Karang Bolong tersebut. Ketiganya mengikuti orangtua mereka.

Sementara ini, polisi masih menyatakan aliran Hakekok Balakutak hanya menyimpang dari ajaran Islam, bukan aliran sesat. Namun untuk memastikannya, akan ada rapat bersama Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat atau Bakorpakem.

" Kegiatan mereka adalah menyimpang, bukan sesat. Nanti keputusan Bakorpakem setelah ada fatwa MUI, akan disampaikan ke kita semua. Anak di bawah umur mengikuti orangtuanya," jelas Hamam.

Sumber: merdeka.com

Beri Komentar